Kisah pembalasan Dendam Limonu kami ambil dari Kumpulan Dongeng Anak Bergambar yang kami miliki. Ingat adik-adik harus tahu bahwa membalas dendam bukanlah hal yang terpuji. Walaupun kita memilki kemampuan dan kekuatan melebihi orang lain, hendaknya kemampuan dan kekuatan itu dipergunakan untuk membantu orang lain. Jika adik-adik suka dengan Dongeng Anak Anak Indonesia, maka adik-adik dapat membaca posting kami sebelumnya yaitu Dongeng Anak Anak Bergambar : Si Cerdik La Dana.
Kumpulan Dongeng Anak Bergambar : Kisah Keperkasaan Limonu
Cerita Rakyat dari Gorontalo
Malam itu, saat Limonu sedang membersihkan kerisnya, ibunya berkata, “Nak, bagaimana perkembangan latihan silatmu belakangan ini? Apakah sekarang kau sudah mahir?”
Limonu menoleh, agak janggal baginya mendengar sang ibu bertanya demikian. “Sudah lumayan, Bu. Ada apa memangnya?” tanya Limonu.
Ibunya menghela napas, “Begini Nak. Ibu ingin bercerita padamu tentang kematian ayah dan kakakmu.”
Limonu langsung menghentikan kegiatannya lalu menyimpan kerisnya ke dalam kotak. Ia ingin mendengar cerita ibunya yang terjadi sebelum ia lahir.
“Dulu, ayahmu adalah penguasa di daerah ini. Kau tahu kan benteng-benteng di sekitar rumah ini? Semua itu warisan dari ayahmu. Dulu ia bercita-cita akan memperluas daerah kekuasaan sampai ke utara. Ibu sudah berusaha mencegahnya, tapi ayahmu tetap keras kepala. Ayahmu bahkan mengangkat kakakmu Pahu untuk menjadi pemimpin Pasukan Berani Mati. Lalu mereka menyerang daerah utara.”
Limonu menyimak cerita ibunya dengan saksama, “Lalu apa yang terjadi,Bu?”
“Mereka gagal. Pemimpin daerah utara ternyata lebih hebat dari ayahmu. Ia tewas, dan ketika kakakmu melawan, orang itu juga membunuhnya,” cerita ibunya sambil terisak.
Darah Limonu mendidih, “Siapa yang membunuh Kakak dan Ayah, Bu? Aku harus menuntut balas,”
Ibunya menjawab, “Ibu harap kau tak terkejut. Saat itu pemimpin daerah utara adalah Hemuto. Dia orang yang membunuh ayah dan kakakmu. Setelah membunuh mereka, ia mengambil alih wilayah barat yang sebeIumnya dikuasai oleh ayahmu.”
Limonu syok. Ia tak menyangka, Hemuto, guru yang selama ini ia hormati, guru yang telah menurunkan ilmu silat kepadanya, adalah pembunuh ayahnya.
“Tidak mungkin, Bu! Itu tidak benar! Mengapa guru yang kuhormati itu membunuh Ayah?” tanya Limonu sambil menggeleng-gelengkan kepala tak percaya.
Setelah diam beberapa saat, ibunya bertanya, “Apa yang akan kau Iakukan, Nak?”
“Meski Hemuto adalah guruku, aku tetap akan menuntut balas. Apalagi, ia juga telah merebut wilayah kekuasaan Ayah. Namun, aku akan tetap menghormatinya sebagai guru. Aku akan memintanya mengembalikan wilayah tersebut. Jika ia bersedia, aku tidak akan menuntut balas atas kematian Ayah dan Kakak,” jawab Limonu.
Sejenak ibunya terdiam mendengar jawaban anaknya, lalu berkata, “Jika demikian, kau harus mempersiapkan pasukanmu untuk melawan Hemuto.”
Setelah pengakuan itu, Limonu sibuk mempersiapkan Pasukan Berani Mati. Ia melatih mereka siang dan malam. Selain itu, pasukan itu juga ia kerahkan untuk membantu penduduk di wilayah barat dan utara. Karena kebaikannya penduduk di kedua wilayah tersebut mencintai Limonu dan pasukannya.
Malam itu adalah pertemuan para pendekar silat dari seluruh daerah, yang dipimpin oleh Hemuto. Di tengah-tengah pertemuan, Limonu menyela, “Maaf, Guru. Apa yang seharusnya kulakukan pada seseorang yang membunuh ayah dan kakakku, tapi ia juga seorang yang sangat kuhormati? Apakah aku harus menuntut balas padanya?”
Mendengar pertanyaan murid yang dicintainya itu, sadarlah ia kalau Limonu hendak menuntut balas atas kematian ayah dan kakaknya. Hemuto balik bertanya, “Jika aku katakan ya, apa yang akan kau lakukan?”
“Jika demikian, bersiaplah Guru untuk bertempur denganku! Tapi, jika Guru bersedia mengembalikan wilayah barat yang dulu merupakan tanah kekuasaan ayahku, aku akan berusaha melupakan semua dendam ini,” jawab Limonu.
“Kurang ajar! Kau anak kemarin sore sudah berani menantangku?” teriak Hemuto sambil menghunus pedangnga.
Malam itu, benteng Otanaha menjadi saksi atas pertempuran antara Limonu dan gurunya, Hemuto. Berkat pasukannya dan penduduk yang mendukungnya, Limonu berhasil memenangkan pertarungan. Sepertinya Hemuto lupa kalau selama ini ia telah mendidik Limonu dengan baik. Seluruh ilmu silatnga telah ia turunkan pada Limonu. Tak heran, Limonu mampu mengalahkannya.
Hemuto dan pasukannya melarikan diri ke utara. Ia malu, karena kejadian tersebut penduduk menjadi tidak menghargainya. Apalagi sekarang Limonu menjadi penguasa wilayah barat. Penduduk setempat merasa kepemimpinan Limonu jauh lebih baik daripada Hemuto.
Tak mau tinggal diam, Hemuto pun merancang serangan bolas dendam. Dengan bantuan orang-orang yang masih setia padanya, Hemuto menyerang wilayah barat.
Tapi serangan tersebut dapat dipatahkan. Hemuto berusaha menyerang kembali pada satu kesempatan lain dengan cara mengepung benteng. Namun, Limonu bersama rakyatnya menggulingkan batu-batu dan pasukannya sambil menyerukan “Dembenga! Dembenga timongoliyo!”, yang artinya “Lempar! Lempari mereka!”
Sebagian besar pasukan Hemuto tewas, tapi Hemuto berhasil melarikan diri ke wilayah utara. Sekarang, tempat pertempuran itu dinamai Desa Dembe yang berasal dari kata dembenga.
Pesan moral Kumpulan Dongeng Anak Bergambar : Kisah Keperkasaan Limonu untukmu adalah Balas dendam bukanlah tindakan yang terpuji. Jika temanmu berbuat salah, berusahalah memaatkan dan berdaniai dengannya.
Baca dongeng anak anak lainnya dalam posting Kumpulan Cerita Dongeng Anak Anak dan Contoh dongeng anak anak sebelum tidur