Lo Upe dan Raja Ikan adalah contoh dongeng anak anak sebelum tidur yang baik untuk diceritakan. Kisah ini menceritakan bahwa orang baik akan mencapai keinginan dan akan dilingkupi keberuntungan semasa hidupnya. Bercerita tentang sifat baik pada tokoh dongeng anak anak tanpa sadar kita juga sudah mengajarkan perilaku yang baik tersebut untuk anak kita.
Pada posting kami sebelumnya kami telah memposting Contoh Dongeng Sebelum Tidur Anak yang juga memiliki pesan moral yang baik. Begitu pula dengan posting-posting kami yang lain seperti Cerita Dongeng Anak Anak dan Dongeng Anak Anak Bergambar .
Ingin segera mendongengkan kisah ini untuk anak anda? Silahkan ikuti hingga selesai kisah seru ini.
Contoh dongeng anak anak sebelum tidur : La Upe dan Raja Ikan
Cerita Rakyat Sulawesi Selatan
La Upe… kau di mana?” teriak seorang wanita bernama I Ruga.
Mendengar teriakan ibu tirinya, La Upe yang tengah asyik bermain layang-layang segera berlari pulang. “Anak pemalas, bisanya hanya main! Hari sudah siang, ayo cepat ke sungai, cari ikan untuk makan siangmu!” perintah I Ruga.
La Upe bertanya, “Bukankah masih ada daging rusa hasil buruan ayahku kemarin?”
Mendengar pertanyaan La Upe, I Ruga marah bukan kepalang dan mengambil sapu untuk memukul La Upe.
“Ampun… ampun Bu. Baiklah, aku berangkat sekarang,” teriak La Upe sambil berlari menuju sungai.
La Upe melamun di tepi sungai. Hatinya sedih memikirkan ibunya yang telah tiada. Sepeninggal ibunya, ayahnya menikah lagi dengan I Ruga. Awalnya La Upe berharap I Ruga akan menyayanginya seperti ibu kandungnya.
Tapi kenyataannya, I Ruga justru menyiks dan memukulnya setiap hari, Ayah La Upe tak pernah tahu karena I Ruga melakukannya jika ia tidak ada di rumah. “Ya Tuhan, berilah hamba jalan untuk mengubah sifat ibu tiri hamba,” doa La Upe sambil menunggu umpannya dimakan ikan.
Hari sudah slang, tapi La Upe belum mendapat seekor ikan pun. La Upe pasrah, ia tahu I Ruga pasti akan memukulinya lagi. I Ruga tak suka jika ia pulang dengan tangan kosong. Ketika La Upe beranjak mengemasi peralatan pancingnya, tiba-tiba kailnya bergerak-gerak. Seekor ikan memakan umpannya.
La Upe girang sekali, ditariknya pancingnya dan ternyata seekor ikan besar telah tersangkut di kailnya. Dengan hati-hati, dilepaskannya ikan itu kemudian ditaruhnya dalam wadah. Ikan itu menggelepar-gelepar, dan tiba-tiba ikan itu berbicara pada La Upe, “Anak balk, kumohon lepaskan aku. Aku adalah raja ikan, aku akan menuruti semua permintaanmu jika kau mau melepasku. Kau hanya tinggal menyebut ‘berkat ilmu raja ikan’ maka semua permintaanmu akan terkabul.” Karena terkejut, antara percaya dan tak percaya, ia memutuskan untuk melepas ikan itu.
Setibanya di rumah, La Upe menceritakan kejadian tersebut pada ibu tirinya. I Ruga langsung marah-marah, “Kau ini bagaimana, sudah mendapat ikan besar, malah dilepaskan. Kau patut dihukum!” teriaknya sambil mengambil sapu. Lagi-lagi La Upe akan dipukul. Saat I Ruga mengangkat sapunya, La Upe teringat perkataan raja ikan tadi. Secepat kilat ia berseru, “Lekatkan ibu tiriku ke pintu, berkat ilmu raja ikan.”
Ajaib, tiba-tiba saja tubuh I Ruga menempel erat di pintu rumahnya. I Ruga meronta-ronta, namun ia tak dapat melepaskan diri.
“La Upe, lepaskan aku. Maafkan aku, aku berjanji tak akan memukulmu lagi,” ratap I Ruga yang mulai kelelahan.
“Tolong, jangan sampai ayahmu tahu tentang hal ini,” katanya lagi.
La Upe akhirnya merasa iba, ia lalu me- ngucapkan mantra, “Lepaskanlah ibu tiriku, berkat ilmu raja ikan,” seketika tubuh I Ruga terlepas dari pintu. I Ruga segera menghampiri La Upe dan memeluknya. “Maafkan aku, aku tak akan memukuli dan marah-marah padamu lagi. Mulai saat ini kau kuanggap sebagai anakku sendiri.”
La Upe memang anak yang baik. Melihat ibu tirinya meminta maaf, La Upe pun memaafkan semua kesalahannya dan tak mendendam. Bertahun-tahun kemudian, La Upe tumbuh menjadi pria dewasa. Suatu hari, ia mengantarkan I Ruga ke kota untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Saat melewati istana kerajaan, mata La Upe terpana pada seorang gadis yang cantik jelita. Gadis itu sedang berbincang dengan inangnya. Rupanya gadis itu adalah putri kerajaan. Saat La Upe mencuri pandang, gadis itu juga sedang menatapnya. Mereka berdua lalu saling melempar senyum.
Sejak pertemuan itu, hati La Upe dilanda gelisah. Demikian juga dengan Putri Raja. Rupanya mereka berdua telah jatuh cinta. Dengan bantuan inangnya, sang putri berhasil menemui La Upe di tempat rahasia. Dalam pertemuan itu, La Upe berjanji akan segera datang ke istana untuk melamar sang putri.
La Upe memohon pada ayah dan ibu tirinya untuk pergi ke istana, guna melamar sang putri. Meskipun tak yakin akan permintaan anaknya, ayah La Upe menuruti permohonan anaknya itu. Dugaan ayah La Upe benar, Raja dan Permaisuri menolak mentah-mentah lamaran La Upe. “Putri kami hanya boleh dan pantas bersanding dengan seorang pangeran. Bukan dengan rakyat jelata seperti anakmu,” kata Raja.
Mendengar perkataan Raja, ayah dan ibu tiri La Upe bergegas pulang ke rumah. Mereka menyampaikan kabar penolakan tersebut pada La Upe. La Upe tak mau berputus asa. Tiap hari ia memikirkan dan mencari cara untuk menikahi sang putri. Beberapa hari berlalu, akhirnya ia mendapat ide. Ia akan melekatkan sang putri ke pintu, persis seperti yang pernah dilakukannya pada I Ruga. Ia yakin, Raja dan Permaisuri akan kebingungan. Ia yakin, hanya dirinyalah yang sanggup melepaskan sang putri, dengan demikian pernikahan mereka akan direstui.
La Upe lalu memberitahukan rencana itu pada sang putri. Malam itu, dengan bantuan Inang, ia berhasil menyusup ke kamar putri. “Kita harus bersiasat untuk mewujudkan cinta kita,” kata La Upe. Sang putri setuju, lalu La Upe mengucapkan mantranya. Tiba-tiba tubuh sang putri melekat ke pintu. Inangnya pun sangat ketakutan melihat betapa Iengketnya tubuh sang putri, tak ada yang bisa melepaskannya.
Keesokan harinya, istana gempar. Raja dan Permaisuri sedih sekali melihat keadaan putrinya. “Bagaimana ini bisa terjadi? Panggil semua prajurit dan tabib terbaik untuk melepaskan putriku!” titahnya. Namun semuanya sia-sia, prajurit yang berbadan besar dan kuat pun tak mampu menarik putri dari pintu. Apalagi para tabib, meski mereka telah memberi ramuan- ramuan pada sang putri, tubuhnya tetap melekat di pintu.
Karena putus asa, Raja akhirnya menggelar sayembara. “Barangsiapa bisa melepaskan tubuh putriku, ia akan kujadikan menantu dan mewarisi takhta kerajaanku,” serunya. Banyak orang berbondong-bondong mencoba memenangkan sayembara tersebut, tapi tak ada yang berhasil. Tibalah saatnya bagi La Upe untuk mengikuti sayembara. Dengan tenang, La Upe mengucapkan mantra saktinya, “Lepaskanlah tubuh putri don pintu itu, berkat ilmu raja ikon.”
Seketika itu juga, tubuh sang putri terlepas dari pintu. Putri berlari menghampiri La Upe dan memeluknya dengan sukacita. Semua yang hadir, termasuk raja dan permaisuri terbelalak tak percaya melihat keajaiban yang dilakukan La Upe. Namun janji tetaplah janji, raja pun merestui La Upe untuk menikahi putrinya. Pesta pernikahan segera dilaksanakan. La Upe dan putri hidup berbahagia. Beberapa tahun kemudian, La Upe diangkat menjadi raja, menggantikan ayah mertuanya.
Pesan moral dari Contoh dongeng anak anak sebelum tidur : La Upe dan Raja Ikan untukmu adalah menyusahkan orang tak ada gunanya. Jauh lebih baik bila kita memberi kemudahan pada sesama. Dengan demikian hidup kita akan dimudahkan oleh Tuhan.
Baca artikel kami yang lain yaitu 5 Cerita Rakyat Fabel Nusantara Dongeng Sebelum Tidur dan Cerita Dongeng Sebelum Tidur Untuk Anak-Anak