Cerita Rakyat Calon Arang, Cerita Rakyat Bali Paling Terkenal

Pulau yang dikenal sebagai pulau dewata, Bali bukan hanya merupakan sebuah pulau dengan keindahan alam yang memesona. Pulau ini juga memiliki cukup banyak cerita dibaliknya, termasuk cerita rakyat. Salah satu cerita rakyat Bali yang terkenal adalah cerita rakyat Calon Arang.

Apa itu cerita rakyat Calon Arang dan bagaimana kisahnya?

Sekilas informasi, Calon Arang merupakan kisah tentang janda jahat yang memiliki ilmu teluh dan kemudian berubah menjadi leak. Mengenai kisahnya seperti apa, mari simak cerita lengkapnya berikut ini!

Cerita Rakyat Calon Arang Bali

Di sebuah desa bernama Girah yang merupakan sebuah desa di Kerajaan Daha yang dipimpin seorang raja bernama Raja Airlangga, hidup seorang penganut aliran hitam yang bernama Calon Arang.

Ia merupakan janda dan memiliki seorang anak perempuan bernama Ratna Manggali. Seiring berjalannya waktu, anak perempuan Calon Arang semakin dewasa, hanya saja belum ada satu pun pria yang berani meminangnya.

Karena sakit hati anak perempuannya tak kunjung mendapat jodoh, Calon Arang pun beraksi dengan ilmu hitamnya. Ia berusaha menyebarkan ketakutan di Desa Girah.

Ia memerintahkan Krakah, seorang anak buah untuk mencari anak gadis sebagai persembahan.

“Krakah, pergilah dan kerahkan pasukanmu untuk membawa seorang gadis ke hadapanku sebelum matahari tenggelam. Bawa gadis itu ke Candi Durga!” perintah Calon Arang kepada Krakah, anak buahnya.

Krakah bersama pasukannya pun segera menemukan seorang gadis dan membawanya ke Candi Durga. Gadis itu tentu saja berusaha memberontak. Ia ketakutan namun masih sempat berteriak – teriak.

“Lepaskan aku! Lepaskan aku sekarang!” teriak sang gadis.

Akan tetapi usahanya tak membuahkan hasil, hingga lama kelamaan gadis tersebut jatuh pingsan. Ia dibaringkan di altar persembahan dan tepat tengah malam, dibawah langit gelap, Calon Arang mengorbankan anak gadis tersebut untuk Betari Durga, persembahan bagi dewi angkara murka.

Kutukan Calon Arang pun menjadi kenyataan, penduduk Girah ketakutan karena banjir besar datang.

Calon Arang tentu bahagia dengan hal itu. Ia berkata, “Siapa pun yang terkena percikan air banjir dari Sungai Brantas ini akan menderita sakit parah dan menemui ajalnya. Ha ha ha ha..” ungkap Calon Arang sambil terkekeh puas.

Karena ulah Calon Arang tersebut, korban yang berjatuhan sangat banyak. Banyak penduduk desa Girah sakit, lalu meninggal. Naasnya lagi, tak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit tersebut.

Raja Airlangga selaku raja di Kerajaan Daha pun mendengar kabar tersebut.

“Apa yang membuat rakyatku mengalaminya?” tanya sang raja kepada Paman Patih.

Paman Patih pun menjelaskan bahwa semua itu ulah Calon Arang. Raja Airlangga yang mendengar kabar itu tentu saja marah besar. Bendera perang dikibarkan. Ratusan prajurit pilihan kerajaan dikerahkan untuk menangkap Calon Arang.

Mendengar kabar bahwa Calon Arang akan segera ditangkap, tentu saja rakyat sangat senang. Akhirnya rumah Calon Arang dikepung. Hanya saja, prajurit Daha terkecoh dengan ulah pasukan Calon Arang.

Ketika prajurit Daha lengah, mereka diserang oleh pasukan Calon Arang. Tahu bahwa Calon Arang mendapat perlawanan dari semua pihak, tentu pasukannya semakin ganas.

Tapi, Raja Airlangga tentu tidak tinggal diam. Ia berusaha terus mencari cara untuk mengalahkan Calon Arang.

“Baiklah, kita tidak bisa menggunakan cara kasar. Kita harus mulai menggunakan kasih sayang.” Ungkap Raja Airlangga dalam musyawarah kerajaan.

Empu Barada, sebagai punggawa yang dipercaya sang raja pun mengusulkan untuk meminta Empu Bahula menikahi Ratna Manggalih dengan tulus guna meluluhkan Calon Arang.

Empu Barada pun menjelaskan kepada Empu Bahula, bahwa jika ia menikahi Calon Arang maka ilmunya akan semakin sempurna. Empu Bahula setuju dengan ide tersebut.

Karena semua pihak sudah setuju dengan rencana itu, seorang utusan kerajaan diperintahkan menyampaikan kabar tersebut ke Calon Arang. Calon Arang tentu sangat senang dengan kabar itu.

“Akhirnya, aku akan punya menantu. Hahahaha, menantuku seorang Empu yang rupawan” Calon Arang terkekeh dan sangat gembira.

Hari pernikahan pun tiba. Calon Arang mengadakan pesta besar selama tujuh hari tujuh malam. Empu Bahula dan Ratna Manggali juga tentu sangat bahagia apalagi karena seiring berjalannya waktu, melalui pertemuan demi pertemuan, keduanya saling mencintai.

Pesta pernikahan pun berlalu. Suasana desa Girah kembali tenang. Empu Bahula memanfaatkan momen tersebut untuk melaksanakan tugasnya.

Suatu hari, Empu Bahula bertanya pada sang istri, “Dinda Ratna, apa yang menyebabkan Nyi Calon Arang begitu sakti mandraguna?”

Ratna Manggali pun menjelaskan bahwa kesaktian sang ibu terletak pada kitab sihirnya. Lewat buku itu, ia dapat memanggil Betari Durga.

Kitab sihir itu juga selalu dibawa sang ibu kemana – mana dan tak pernah dilepaskan. Bahkan ketika tidur, kitab sihir itu selalu ada di dekapannya.

Mendengar kesaksian sang istri, Empu Bahula segera mengatur siasat untuk mencuri kitab sihir Nyi Calon Arang, mertuanya. Tepat tengah malam, Empu Bahula mulai menyelinap masuk ke kamar Calon Arang. Beruntungnya pada malam itu, Calon Arang tidur terlalu lelap karena kelelahan dengan pesta pernikahan yang diselenggarakan tujuh hari tujuh malam.

Akhirnya, Empu Bahula pun berhasil mencuri kitab sihir Calon Arang dan langsung menyerahkannya malam itu juga ke Empu Baradah. Mengetahui kitab sihirnya sudah tak ada lagi, tentu Calon Arang sangat marah.

Menghindari kemarahan Calon Arang, Empu Bahula mengajak istrinya untuk mengungsi. Beruntungnya, Calon Arang tidak tahu kalau yang mencuri kitab tersebut adalah Empu Bahula.

Ketika Calon Arang dengan getol mencari kitabnya, di sisi lain, Empu Baradah mempelajari kitab sihir tersebut dengan sangat tekun. Setelah siap, Empu Baradah menantang Calon Arang.

Calon Arang mulai beraksi. Keluar bola – bola api dari tangan dan matanya. Empu Baradah menghadapi dengan tenang. Ia segera melafalkan sebuah mantra untuk mengembalikan jilatan dan semburan api ke tubuh Calon Arang.

Akhirnya, tubuh calon Arang pun hancur menjadi debu karena dilalap api. Debu tersebut lalu tertiup angin ke Laut Selatan. Sejak saat itu, Desa Girah pun tenang dan tentram karena si ahli sihir telah tiada.

Pesan moral cerita rakyat Calon Arang

Jangan terlalu bernafsu untuk menghancurkan orang lain karena bisa jadi diri sendirilah yang akan hancur sebelum orang lain dihancurkan. Hadapi semua masalah dengan tenang dan lapang dada.

Baca cerita rakyat Bali lainnya, Cerita Rakyat Bali Manik Angkeran dan Naga Besukih

Demikian cerita rakyat Bali cerita rakyat Calon Arang. Semoga informasi yang kami bagikan di atas menjadi informasi yang membawa manfaat, menambah pengetahuan, dan jangan lupa ambil pesan moral baiknya ya. Tunggu terus cerita – cerita menarik dari dongengceritarakyat.com.