Pada jaman dahulu, hidup dua orang bersaudara yang bernama Ali Baba dan Kasim. Kedua saudara itu memiliki perbedaan dalam tabiat dan kondisi ekonominya. Ali hidup dalam kemiskinan dan tinggal di daerah pegunungan. Dia mengandalkan hidupnya dari penjualan kayu bakar yang dikumpulkannya di hutan. Walaupun demikian Ali Baba dan istrinya hidup bahagia. Berbeda halnya dengan kakaknya yaitu Kasim yang hidup berkecukupan dan menjadi pedagang ternama di kota. Namun tabiat Kasim dan Istrinya tidak baik yaitu iri dengki, serakah dan pelit.
Suatu hari, ketika Ali sedang mengumpulkan kayu bakar di hutan, dia melihat segerombolan perampok berkuda. Ali segera bersembunyi karena takut dibunuh jika para perampok melihatnya. Dari tempat persembunyiannya, Ali memperhatikan para perampok sedang sibuk menurunkan harta rampokan dari kuda mereka. Kepala perampok tiba-tiba berteriak.” Alakazam barakaaahh. Buka.” Pitu gua yang ada di depan mereka tiba-tiba terbuka perlahan-lahan. Setelah itu mereka segera memasukan seluruh harta rampokan mereka “Alakazam barakaaahh. Tutup.” Teriak kepala perampok, pintu gua pun tertutup.
Setelah para perampok tersebut pergi, Ali memberanikan diri keluar dari tempat persembunyiannya.” Alakazam barakaaahh. Buka.” Pintu gua yang terbuat dari batu terbuka.
“Wah hebat!” Teriak Ali sambil terpana sebentar karena melihat harta emas permata yang bertumpuk-tumpuk seperti gunung.
“Gunungan harta ini akan aku ambil sedikit, semoga aku tidak miskin lagi dan aku akan membantu tetanggaku yang kesusahan.”
Setelah mengarungkan harta dan emas tersebut. Ali segera pulang setelah sebelumnya menutup pintu gua. Istri Ali sangat terkejut melihat barang yang dibawa Ali. Ali kemudian bercerita pada istrinya apa yang dia alami hari ini.” Uangnya sangat banyak, bagaimana jika kita bagikan kepada orang-orang miskin yang kesusahan seperti Aisyah dan para tetangga kita yang lain?” Ujar istri Ali. Alipun sangat setuju dengan usul baik istrinya tersebut. Untuk bisa membagi-bagikan harta yang diperolehnya, Ali membutuhkan timbangan. Akhirnya mereka sepakat untuk meminjam timbangan pada saudaranya, Kasim. Istri Ali segera pergi meminjam timbangan kepada istri Kasim. Karena istri Kasim orang yang suka curiga, maka dia mengoleskan lem di dasar timbangan.
Keesokan harinya, setelah timbangan dikembalikan, ternyata di bawah timbangan menempel benda berkilauan. Istri Kasim segera memanggil suaminya dan memberitahu suaminya bahwa didasr timbangan ada uang emas yang melekat. Kasim segera pergi kerumah Ali untuk menanyakan hal tersebut. Setelah semuanya diceritakan Ali, Kasim segera kembali kerumahnya untuk mempersiapkan kuda-kudanya. Dia pergi ke gua harta dengan membawa 20 ekor kuda. Setibanya di depan gua, dia berteriak.” Alakazam barakaaahh. Buka.” Pintu batu gua bergerak terbuka. Kasim segera masuk dan langsung mengarungkan emas dan harta yang ada di dalam gua sebanyak-banyaknya. Namun karena harta yang dia ambil sangat banyak sampai sore hari kasim baru mengarungkan lima karung harta. Dan saat Kasim masih sibuk memindahkan harta dari gua ke karung, para perampok tiba didepan gua. Mereka kaget melihat pintu gua dalam keadaan terbuka.
“Hai maling tangkap dia.” Seru ketua perampok. Kasimpun ditangkap dan dibunuh oleh para perampok.
Istri Kasim yang menunggu di rumah mulai khawatir karena Kasim tidak kunjung pulang. Akhirnya dia meminta bantuan Ali untuk menyusul ke gua harta. Ali segera pergi. Disana dia sangat sedih melihat kakaknya terkapar dalam kondisi tidak bernyawa. Istri Kasim menangis keras melihat suaminya telah meninggal. Sebelum Kasim dimakamkan, ali membawa tubuh kakaknya itu ke tabib untuk menjahit luka di tubuh jasad kakaknya. Setelah selesai menjahit, Ali memberi upah beberapa koin emas.
Di tempat lain, di gua harta, para perampok terkejut karena mayat Kasim sudah tidak ada.” Tidak salah lagi, ada orang lain yang tahu rahasia gua harta ini. Ayo kita cari dan bunuh dia.” Kata sang kepala perampok. Merekapun mulai berkeliling pelosok kota. Ketika bertemu dengan seorang tabib, mereka bertanya.” Apakah akhir-akhir ini ada orang yang kaya mendadak?”
“Akulah orang itu, karena setelah menjahit luka mayat, aku mendapat bayaran koin emas. Dan membuatku menjadi orang kaya.”
“Apa? Mayat? Siapa yang memintamu melakukan itu? Tolong antarkan aku padanya. Nanti akan aku beri uang.”
Setelah menerima uang dari perampok, si tabib lalu mengantar para perampok itu ke rumah Ali. Si perampok segera memberi tanda silang di pintu rumah Ali.” Aku akan melaporkan pada ketua, dan nanti malam kami akan datang untuk membunuhnya.” Tetangga Ali, Aisyah yang baru pulang berbelanja mendengar dan melihat percakapan tersebut.
Malam harinya, ali di datangi lima orang perampok yang menyamar menjadi pedagang minyak yang kemalaman dan memohon untuk menginap satu hari dirumahnya. Ali yang baik hati mempersilahkan tamunya masuk dan memperlakukan mereka dengan baik. Dia tidak mengenal wajah perampok. Aisyah tetangga Ali yang berada di luar rumah, melihat dan mengenali wajah para perampok tersebut. Dia segera meminta bantuan para pemuda di desa itu untuk membantu Ali yang sedang dalam keadaan bahaya. Agar para perampok tidak curiga, Aisyah lalu menyamar sebagai seorang penari. Dia pergi ke rumah Ali untuk menari. Ketika Ali, istri dan para tamunya sedang menikmati tarian Aisyah, para pemuda dan tokoh desa sudah menunggu diluar menunggu isyarat dari Aisyah. Sepeminuman teh berlalu para tamu sangat terpesona dengan kemampuan Aisyah dalam menari, kelengahan itu tidak disia-siakan Aisyah. Dia melempar pisau ke arah dada Ketua perampok. Lemparan itu tepat menusuk dada kepala perampok, dan sebagai isyarat untuk para pemuda diluar untuk merangsek kedalam menangkap empat perampok lainnya.
Awalnya Ali dan istrinya sangat terkejut, sebelum Ali bertanya. Aisyah membuka samarannya dan segera menceritakan semua yang dilihat dan didengarnya.
“Aisyah dan para sahabat, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena kalian telah menyelamatkan nyawa kami.” Ucap Ali terharu.
“Sama-sama Ali, kamupun sering membantu kami disaat kami sedang kesusahan.” Ucap Aisyah. Setelah semua berlalu, Ali membagikan harta peninggalan perampok didalam gua kepada orang-orang miskin yang sangat membutuhkan.
Pesan Moral dari Cerita Anak Dongeng Timur Tengah Kisah Ali Baba dan Perampok adalah
-
Jangan iri hati dan serakah seperti yang dilakukan oleh Kasim saudara Ali, karena keserakahan hanya menimbulkan kesusahan dalam hidup.
-
Berbuat baiklah kepada orang lain, maka kebaikanmu suatu saat akan dibalas dengan cara yang tidak kita sangka