Dahulu di Pakistan terdapat sebuah rawa bernama Dawran. Rawa itu ratusan kilometer panjangnya. Di tengah rawa tersebut terdapat sebuah kota bernama Aydazinum. Kota itu memiliki banyak hal menarik. Penduduknya sangat sejahtera hingga bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan.
Di dalam kota itu ada seekor tikus bernama Mezra yang dinobatkan sebagai Raja Tikus di wilayah tersebut. Kekuasaan Mezra bahkan meluas hingga ke desa-desa dipinggir kota. Untuk membantunya dalam memimpin para tikus, dia dibantu oleh tiga orang penasehat yang cerdas dan pemberani.
Suatu hari para penasehat berkumpul dengan sang raja tikus untuk membicarakan berbagai masalah yang terjadi di sekitar kerajaan mereka. Di tengah perbincangan, Mezra Raja Tikus berkata,” Apakah mungkin membebaskan diri kita dari teror kucaing? Kita sudah sangat lama di tindas oleh para kucing itu.”
“Meski kita hidup nyaman dan memiliki banyak kesenangan dalam hidup, ketakutan kita terhadap kucing telah melenyapkan semua kenikmatan tersebut. Saya harap kalian bisa memberi saran bagaimana mengatasi masalah ini. Apa yang kalian pikir harus kita lakukan?”
“Saran saya.” Ujar penasehat pertama.” Adalah mengumpulkan sebanyak mungkin lonceng kecil dan mengalungkan bel itu ke leher setiap kucing sehingga kita dapat mendengar mereka datang dan memiliki waktu untuk bersembunyi di lubang-lubang kita.”
Raja menoleh ke penasehat kedua dan berkata.” Bagaimana menurut kamu tentang sarannya itu.”
“Saya pikir itu sarang yang kurang baik.” Ujar penasehat kedua.” Siapa yang berani memasang lonceng di leher kucing meskipun kepada seekor anak kucing?”
“Menurut saya, kita harus mengungsi untuk sementara waktu ke desa. Ketika kota kosong, kucing akan mencari di kota lain yang banyak tikusnya. Sehingga ketika kucing sudah tidak ada di kota kita, kita dapat kembali dengan aman.” Lanjut penasehat kedua.
Mezra, sepertinya masih kurang puas dengan ide dari penasihat kedua. Dia lalu menoleh ke penasehat ketiga yang dikenal paling cerdas dan bijaksana.” Menurutmu bagaimana dengan saran tersebut.”
Penasehat ketiga menggeleng.” Saya tidak setuju. Jika kita meninggalkan kota dan tingal di desa, bagaimana bisa kita pastikan kucing-kucing itu akan menghilang, yang saya tahu sebagian besar kucing di kota ini menjadi peliharaan para pemiliknya. Andaipun mereka pergi ke kota lain, tidak ada jaminan bahwa mereka tidak akan kembali. Yang lebih penting adalah tentang keselamatan para tikus. Kehidupan di desa jauh lebih berat dibandingkan dengan di kota. Disana bukan hanya hidup para kucing liar tetapi banyak binatang liar lain yang juga memangsa bangsa kita, beberapa diantaranya ular dan burung elang.”
“Saya setuju dengan pendapatmu itu.” Ucap sang Raja.” Lalu apa menurutmu jalan keluar yang terbaik untuk masalah ini.”
“Saya berpendapat satu rencana yang paling masuk akal dan dapat kita lakukan. Raja harus memanggil seluruh tikus di kota dan memerintahkan mereka membangun lorong di dalam rumah-rumah orang kaya yang menghubungkan ke semua ruang dalam rumah.”
“Lalu kita masuk ke terowongan itu, tapi kita tidak akan menyentuh makanan manusia. Tugas kita hanya merusak pakaian, tempat tidur dan karpet mereka. Ketika melihat kerusakan itu, orang kaya akan berpikir, ‘Wah satu kucing sepertinya tidak cukup untuk mangatasi banyak tikus disini.’ Dan dia pasti akan menambah satu lagi kucing peliharaan.” Ujar penasehat ketiga.
“Begitu kucing ditambah, kitapun menambah jumlah kerusakan. Dia pasti akan menambah satu kucing lagi, lalu kitapun menambah kerusakan hingga tiga kali lipatnya. Manusia yang cerdas tentu akan berpikir, ‘hei kerusakan hanya sedikit ketika aku memiliki satu kucing. Kini ketika aku memiliki banyak kucing kerusakan dirumahku semakin bertambah parah.”
“Jika orang tersebut mengurangi jumlah kucingnya kitapun akan mengurangi jumlah kerusakan di rumah tersebut. Orang tersebut pasti berpikir, ‘aneh sekali’. Dia lalu akan menyingkirkan satu kucing lain. Kita mengikuti dengan mengurangi tingkat kerusakan. Dan akhirnya tentu saja dia akan menyingkirkan satu lagi kucing yang tersisa.”
“Saat itu merupakan waktu kita untuk mengherntikan merusak barang-barang orang kaya itu. Tentu para orang kaya akan berpikir. ‘Wah ternyata bukan tikus yang merusak rumahku, malainkan kucing.” Mereka tentu akan bercerita kepada orang lainnya. Karena mereka orang kaya tentu saja pengaruh mereka akan sangat besar untuk masyarakat di kota ini. Dan nantinya kucing akan diburu dan justru akan dimusnahkan.”
Raja Mezra pun mengikuti saran penasehat ketiga. Butuh waktu tidak terlalu lama hingga tidak ada satupun kucing berada di kota tersebut. Bila mereka melihat lubang di pakaian mereka, orang-orang tetap yakin bahwa itu adalah ulah kucing.
Kini, jika itu terjadi, mereka pasti berkata.” Seekor kucing pasti telah menyelinap ke rumah tadi malam. Seekor kucing pasti mengendap-endap di kota tadi malam.” Dengan cara itu, para tikus benar-benar berhasil membebaskan diri dari rasa takut terhadap kucing.
Pesan yang bisa diambil dari Cerita Fabel Kisah Kerajaan Tikus dan Kucing adalah untuk mencapai sesuatu kadang kita harus melakukan hal yang tidak biasa.