Legenda Batu Menangis, Kisah Putri yang Durhaka pada Ibunya

Batu Menangis adalah legenda yang berasal dari Kalimantan dan batu tersebut masih dapat dijumpai hingga saat ini. Cerita ini pun sudah dikenal oleh banyak orang dan dijadikan sebagai pelajaran yang berharga. Seorang putri yang durhaka kepada ibunya harus menanggung konsekuensinya. Penasaran dengan kisahnya? Yuk simak kisah Batu Menangis berikut!

Seorang Janda dengan Putri yang Cantik Jelita

Pada zaman dahulu di pedalaman bukit Kalimantan yang jauh dari pedesaan hidup seorang janda yang sangat miskin dengan seorang putrinya yang sangat cantik. Putri dari janda tersebut sangat membanggakan kecantikan paras yang dimilikinya. Akan tetapi, cantiknya rupa tidak sesuai dengan perangainya. Putri tersebut sangat pemalas dan tidak pernah membantu ibunya.

Janda tersebut harus mengerjakan semuanya sendiri dan banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sementara itu, putrinya yang juga sangat manja hanya bisa meminta keinginannya untuk dituruti. Ia tidak peduli dengan keadaan ibunya dan kondisi ekonomi keluarganya yang miskin. Bahkan, janda tersebut tetap harus banting tulang meskipun sedang sakit.

Saat janda tersebut mengajak sang putri ke sawah untuk bekerja, putrinya selalu menolak. Putri yang pemalas dan manja itu hanya peduli dengan dirinya sendiri dan kecantikan yang ia banggakan. Ia sama sekali tidak peduli kerja keras dari sang ibu yang setiap harinya banting tulang untuk memenuhi keinginannya.

Janda dan Putrinya Pergi ke Pasar

Suatu hari, janda tersebut mengajak putrinya ke pasar dan sang putri menyetujuinya. Mereka pun berangkat ke pasar yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal mereka. Sang putri berjalan di depan ibunya dengan memakai baju yang sangat bagus dan serasi dengan kecantikan wajahnya. Tidak heran banyak orang yang terpesona dengan kecantikan putri janda tersebut.

Sementara itu, ibunya berjalan di belakangnya dengan baju yang lusuh dan membawa keranjang belanjaan. Penampilannya sangat bertolak belakang dengan putrinya yang cantik dan memakai baju bagus. Mereka berdua hidup jauh dari pedesaan, sehingga tidak ada orang yang tahu dengan kehidupan mereka.

Saat janda dan putrinya memasuki desa, seluruh orang yang ada di desa tersebut sangat terkagum-kagum dengan kecantikan yang dimiliki oleh putri janda. Tidak sedikit pemuda yang menghampiri sang putri dan memandang wajahnya. Kemudian, para penduduk desa itu penasaran dengan perempuan tua yang berjalan di belakang sang putri.

Putri yang Durhaka Dihukum Menjadi Batu

Namun, saat sang putri ditanya tentang siapa perempuan tua di belakangnya, ia menjawab bahwa perempuan itu adalah pembantunya. Hatinya sangat kejam hingga tidak mengakui ibunya sendiri dan justru mengatakan bahwa ibunya adalah pembantunya. Setiap kali ada orang yang bertanya, putri dari janda tersebut selalu memberikan jawaban yang sama.

Mendengar jawaban yang dilontarkan putrinya, tentu saja hati sang janda sangat sakit dan tidak menyangka, tapi ia masih memilih untuk diam saja. Hingga kemudian, janda tersebut sudah tidak bisa menahan rasa sakit yang ada di hatinya dan ia berhenti di tengah jalan, duduk, dan menangis.

Ia mengangkat tangannya dan meminta maaf kepada Tuhan karena tidak bisa mendidik anaknya dengan baik, sehingga menjadi anak yang durhaka. Kemudian, janda tersebut memohon kepada Tuhan untuk menghukum putrinya dan perlahan tubuh putrinya menjadi batu.

Seorang anak tidak sepatutnya durhaka kepada orang tuanya, terlebih seorang ibu. Apalagi sampai mengatakan bahwa ibunya sendiri adalah pembantunya karena merasa malu memiliki ibu yang tua dan tidak berdaya. Anda juga bisa membaca Legenda Batu Bagga dari Sulawesi Tengah.