Sejak awal kami memiliki komitmen untuk menjadikan blog ini sebagai portal cerita rakyat dan dongeng paling lengkap di Indonesia. Oleh karenanya kali ini kami posting kumpulan cerita rakyat kalimantan barat untuk melengkapi legenda yang pernah kami posting dari propinsi yang lain. Kami pastikan bahwa semua posting hikayat maupun legenda yang ada di blog ini mengandung pelajaran yang dapat dipetik hikmahnya. Ada begitu banyak hikmah yang terkandung dibalik dongeng rakyat kali ini, yuk kita ceritakan sebelum anak-anak kita tidur malam nanti.
Kumpulan Cerita Rakyat Kalimantan Barat Terpopuler untuk Dongeng Anak-Anak
1. Kisah Nelayan yang Serakah
Alkisah pada jaman dahulu di Sintang, Kalimantan Barat, hiduplah seorang nelayan beserta istri dan anak anaknya. Rumah mereka yang sederhana terletak di pinggir salah satu anak Sungai Kapuas yang panjang dan lebar itu. Kehidupan mereka sangat miskin. Usaha sang nelayan mencari ikan di sungai setiap hari tak selalu membawa hasil. Bahkan seringkali ia pulang dengan tangan hampa.
Walaupun kehidupannya tak pernah membaik, nelayan itu tetap saja pergi mencari ikan. Tak ada pekerjaan lain yang dapat dilakukannya. Perahu yang diwariskan orang tuanya merupakan satu satunya modal yang dapat dipakainya untuk mencari nafkah.
Seperti biasa pagi itu sang nelayan telah siap untuk berangkat. Setelah pamit pada istrinya, ia mulai mendayung perahunya menyusuri sungai. Begitu menemukan tempat yang dirasanya cocok, sang nelayan berhenti mendayung dan mulai memancing.
Lama sang nelayan menunggu pancingnya dimakan umpan, namun jangankan dimakan, bergerak saja tidak. Sang nelayan akhirnya memutuskan untuk pindah tempat. Di tempat kedua inipun, pancing sang nelayan diam saja. Sampai matahari di atas kepala hari itu, sang nelayan telah pindah tempat tiga kali namun hasilnya tetap nihil.
Bayangan akan wajah anak anak dan istrinya yang kecewa jika dirinya pulang dengan tangan hampa, membuat sang nelayan memutuskan untuk terus memancing. Setelah makan bekal sederhana yang dibawanya dari rumah, sang nelayan pindah tempat untuk keempat kalinya.
“Mengapa nasibku begini terus ?”, pikir sang nelayan yang mulai melempar lagi pancingnya ke sungai. Wajahnya yang hitam terlihat sangat berkerut dibawah topi lebarnya. Walaupun usianya belum lanjut, kerasnya hidup membuatnya terlihat tua. “Kapan aku bisa merasa sejahtera sedikit saja dalam hidupku ini ?”, ujarnya dalam hati. Rupanya sang nelayan bosan dengan kemiskinan yang terus menderanya.
Ketika sang nelayan asyik dengan lamunannya, tiba tiba ia merasa pancingnya bergerak. Sang nelayan terkejut dan buru buru menarik pancingnya. Secercah harapan di matanya langsung pudar begitu melhat tak ada seekor ikanpun yang memakan umpannya, melainkan hanya ujung kawat yang tersangkut disitu.
Warna kawat yang kuning keemasan menarik perhatian sang nelayan. Ia menarik ujung kawat itu dan memperhatikannya dengan seksama. Sang nelayan yakin kalau kawat itu adalah emas. Sekali lagi sang nelayan mengamati ujung kawat itu dengan tangan gemetar. Ia tak mampu menahan gejolak perasaannya yang sangat senang.
“Mungkin Tuhan mendengar doaku”, pikir sang nelayan sambil mulai menarik ujung kawat yang dipegangnya. Pelan pelan ia menarik kawat itu dan membuat gulungan yang didiletakkan di atas perahunya. Setelah menarik beberapa meter, sang nelayan mendengar sebuah suara yang berbisik padanya. “Cukuplah kau menarik kawat itu sampai disini, segera potong kawat itu dan pulanglah..”, ujar suara itu dengan nada rendah.
Sang nelayan heran darimana asal suara yang ia dengar. Dengan cepat ia menengok kiri kanan mencari cari sekiranya ada orang di dekatnya. Sang nelayan tak melihat seorangpun dalam keremangan sisa sisa cahaya mentari yang mulai tenggelam. Setelah terdiam sejenak, sang nelayan memutuskan untuk mengabaikan suara itu.
Hari yang mulai gelap tak membuat sang nelayan berhenti menarik kawat emas itu. Ia terus saja menarik tanpa kenal lelah dan meletakkan gulungan kawat itu dalam perahunya yang mulai miring menahan beban. Sang nelayan terus menarik dan meletakkan gulungan kawat di sisi perahunya yang lain. Keringat mulai meleleh di dahinya tanda dirinya yang lelah.
“Cukuplah kau menarik kawat itu sampai disini. Potonglah dan pulanglah..”, ujar sebuah suara yang kembali berbisik di telinganya. “Sudah panjang sekali kawat yang kau tarik, padahal jika kau mengambilnya satu meter saja, hidupmu sudah berkecukupan..”, tambah suara itu dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Sang nelayan sama sekali tak menghiraukan suara itu. Bahkan dalam hati ia berkata, “Jika dengan satu meter saja hidupku sudah berkecukupan, aku harus membawa pulang kawat emas ini sebanyak banyaknya..”, ujarnya dalam hati. “Pasti aku akan menjadi orang paling kaya nanti..”, pikir sang nelayan sambil tersenyum lebar. Ketamakan mulai menguasai hati sang nelayan miskin itu.
“Cukuplah kau menarik kawat itu sampai disini. Potonglah dan pulanglah..!!”, ujar sebuah suara yang kembali terdengar. Suara yang kali ini terdengar jauh lebih keras membuat sang nelayan terkejut. Ia berhenti sejenak dan kembali mengamati sekelilingnya yang terlihat gelap gulita. “Enak saja kau menyuruhku berhenti”, kata sang nelayan dengan suara keras. “Inilah kesempatanku untuk menjadi kaya !!! aku akan menarik kawat ini sampai habis dan membawa pulang semuanya…”, tambahnya sambil menarik kembali kawat emas itu lebih cepat.
Sungguh aneh. Kawat emas itu tak putus juga meski sang nelayan telah kelelahan menariknya. Perahunya semakin berat dan mulai masuk ke dalam air. Sang nelayan yang telah berubah menjadi seorang yang sangat tamak, tak menyadari hal itu. Tak berapa lama kemudian sang nelayan dan perahunya tenggelam ke dasar sungai.
Ketamakan sang nelayan akhirnya membunuh dirinya sendiri. Ia tak mampu menyelamatkan diri dan mati tenggelam bersama perahunya. Akibat kejadian itu, masyarakat setempat menyebut sungai tempat sang nelayan tenggelam sebagai Sungai Kawat.
2. Cerita Dongeng Rakyat Dari Kalimantan Barat : Asal Mula Sungai Landak
Di sebuah desa, tinggallah sepasang suami istri. Setiap hari mereka bekerja sebagai petani palawija. Walaupun hidup sangat sederhana, mereka selalu bersedia membantu para tetangga sebisa mereka.
Suatu malam, sang suami tidak bisa tidur karena hatinya sangat gelisah. Ketika ia menoleh kepada istrinya yang sedang tertidur pulas, ia sangat terkejut. Seekor lipan yang tubuhnya bersinar putih keluar dari kepala istrinya. Lipan itu merayap turun dan keluar dari rumah. Merasa penasaran, sang suami mengikuti ke mana lipan itu pergi.
Lipan masuk ke sebuah lubang kecil di dekat rumahnya dan tidak keluar-keluar lagi. Keesokan paginya, sang suami menceritakan kejadian aneh itu kepada istrinya.
Baca legenda lengkapnya pada link kami berikut ini Cerita Dongeng Rakyat Dari Kalimantan Barat : Asal Mula Sungai Landak
3. Cerita Rakyat Kalimantan Barat Paling Populer : Kisah Bujang Beji
Dahulu, hiduplah dua orang pemimpin yang bernama Bujang Beji dan Tumenggung Marubai. Kedua orang ini mempunya sifat yang sangat bertolak belakang.
Tumenggung Marubai adalah orang yang baik hati dan tidak sombong.
Sementara itu, Bujang Beji adalah orang yang sakti, tetapi serakah dan sombong.
Keduanya mempunyai mata pencaharian sebagai pencari ikan dan mempunyai wilayah sendiri-sendiri. Tumenggung Marubai dan pengikutnya mencari ikan di Sungai Simpang Melawi, sedangkan Bujang beji di Sungal Simpang Kapuas.
Wilayah Sungai Simpang Melawi mempunyai banyak sekali jenis ikan, lebih banyak daripada ikan-ikan di Sungal Simpang Kapuas. ltulah sebabnya, basil tangkapan Tumenggung Marubai selalu lebih banyak daripada Bujang Beji.
Baca dongeng anak lengkapnya pada posting kami berikut ini Cerita Rakyat Kalimantan Barat Paling Populer : Kisah Bujang Beji
4. Cerita Rakyat Kalimantan Barat : Batu Menangis
“Tralala… trilili…” senandung Darmi pelan sambil menyisir rambutnya.
Selesai menyisir, ia memoleskan bedak ke wajahnya. “Hmm… tak ada seorang pun yang bisa mengalahkan kecantikanku,” katanya sambil mematut diri di depan cermin. “Darmi… bantu Ibu, Nak,” kata ibunya tiba- tiba.
“Aku sedang sibuk, Bu!” jawab Darmi ketus.
“Nak, Ibu harus berangkat ke ladang. Tolong gorenglah ikan ini,” jawab Ibu.
“Hah… bagaimana jika nanti minyaknya kena tanganku? KuIitku yang mulus bisa terluka,” Darmi menolak.
“Kau tak akan terpercik minyak jika berhati-hati,” jawab Ibu sabar.
Baca cerita anak lengkapnya pada posting kami berikut ini Cerita Rakyat Kalimantan Barat : Batu Menangis
Pesan Moral dan Kesimpulan
Kita memang harus memiliki cita-cita yang tinggi untuk masa depan yang sukses, namun jangan menjadi orang yang serakah dan tamak. Keserakahan hanya akan merugikan diri kita sendiri dimasa yang akan datang.
Berbaktilan kepada kedua orang tua kita, doa mereka akan membuat kita bahagia, sukses dan di hormati oleh orang lain.
Sumber dan Referensi
Berikut adalah beberapa sumber yang dijadikan penulis blog ini sebagai bahan untuk posting dongeng dan cerita rakyat:
- https://www.facebook.com/dongengceritarakyat/ fanspage ini berisi dongeng dan cerita rakyat Nusantara dan Dunia
- https://www.youtube.com/channel/UC_ay1jdDqXucE6Gk7FhVz5Q Channel youtube yang berisi kumpulan dongeng dunia
- Kumpulan Cerita Rakyat Kalimantan
- Cerita Rakyat Indonesia