Legenda Samba Paria kami masukan dalam koleksi kumpulan cerita rakyat daerah Sulawesi Barat. Cerita dongeng nusantara ini mengisahkan kuatnya persaudaran antara seorang adik dan kakak yang tinggal di Sulawesi Barat. Pesan moral dari cerita daerah nusantara Samba Paria patut untuk dicontoh. Yuk kitta ikuti cerita lengkap dari Hikayat Kisah Samba Paria.
Kumpulan Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Barat : Legenda Samba Paria
Tersebutlah seorang gadis pada zaman dahulu. Ia tinggal bersama adiknya di sebuah rumah panggung di tengah hutan belantara. Keduanya telah yatim piatu. Rumah panggung yang mereka huni rapat tertutup tanaman paria. Karena keadaan rumahnya yang tertutup tanaman paria itu maka orang-orang pun menyebut Si gadis dengan sebutan Samba Paria.
Pada suatu hari Samba Paria dan adiknya memakan penganan yang terbuat dari singkong. Adiknya menjatuhkan satu makanan itu karena masih panas. Ia enggan memungutnya kembali karena makanan itu telah terkena tanah.
Seekor anjing kesayangan Sang Raja yang tengah berburu menemukan makanan itu. Anjing itu menggigit dan membawa makanan tersebut untuk kemudian dibawanya kembali kepada Sang Raja.
Sang Raja sangat keheranan mendapati anjing kesayangannya membawa makanan. la yakin pembuat makanan itu tidak jauh dari tempatnya berburu mengingat makanan itu masih hangat. Ia lantas memberi isyarat kepada anjingnya untuk mengantarkannya ke tempat anjing itu menemukan makanan tersebut. Dengan iringan para prajuritnya, Sang Raja akhirnya tiba di rumah panggung milik Samba Paria.
Ketika bertemu dengan Samba Paria, Sang Raja sangat terpesona dengan kecantikan Samba Paria. Timbul niat jahat Sang Raja untuk menculik Samba Paria setelah ia mengetahui Samba Paria hanya tinggal berdua dengan adiknya yang masih kecil. Ia lantas berpura-pura meminta air minum.
“Ampun Baginda Raja, air minum hamba telah habis,” jawab Samba Paria. “Namun, jika Baginda Raja bersedia menunggu, biarlah adik hamba mengambilkan air dari mata air di balik gunung terlebih dahulu.”
Ketika adik Samba Paria tengah mengambil air, Sang Raja pun menjalankan niat jahatnya. Ia perintahkan para prajuritnya untuk membawa Samba Paria ke istana kerajaannya.
Samba Paria mencari cara agar kepergiannya itu diketahui adiknya. Ia pun mengajukan syarat sebelum dibawa para prajurit Sang Raja. Katanya, “Perkenankan hamba membawa daun-daun paria. Sungguh, hamba sangat senang memakan sayur daun paria”
Sang raja memenuhi permintaan Samba Paria. Samba Paria kemudian dibawa dengan kuda menuju istana kerajaan. Tanpa diketahui para prajurit yang mengawalnya, Samba Paria merobek daun-daun paria yang dibawanya itu dan dibuangnya di sepanjang jalan yang dilaluinya. Dengan cara itu ia berharap adiknya dapat mengikutinya hingga ke tempat dimana ia dibawa.
Adik Samba Paria yang tidak menemukan kakaknya di rumah menjadi bingung dan takut. Ia yakin kemudian jika kakaknya itu dibawa paksa oleh Sang Raja. Ketika ia mendapati sobekan daun-daun paria yang berceceran di jalan, yakinlah ia jika sobekan daun-daun paria itu merupakan petunjuk dari kakaknya. Ia pun mengikutinya. Selama dua hari dua malam ia berjalan, tibalah adik Samba Paria itu di halaman sebuah istana kerajaan. Ia lantas berteriak-teriak mernanggil nama kakaknya dari luar halaman istana kerajaan.
Adik Samba Paria terus memanggil-manggil, namun kakaknya itu tidak juga menyahut panggil- annya. Ia pun akhirnya berseru keras-keras, “Jika Kakak tidak menjawab panggilanku, tunjukkan setengah wajahmu di jendela itu!”
Sang Raja sebenarnya mengetahui kedatangan adik Samba Paria itu. Didengarnya pula teriakan panggilan adik Samba Paria itu. Untuk mengelabui adik Samba Paria, karena Samba Paria tengah disekapnya, Sang Raja memperlihatkan wajah seekor kucing melalui jendela istananya tersebut.
Adik Samba Paria keheranan ketika melihat wajah kucing dari balik jendela. Ia pun kembali berteriak, “Tunjukkan tangan Kakak!”
Sang Raja lantas menunjukkan kaki depan kucing melalui jendela istananya.
“Tunjukkan kaki Kakak!”
Sang Raja memperlihatkan kaki belakang kucing.
Adik Samba Paria pun jengkel. Dengan kesal ia lalu berujar, “Aku akan pulang ke rumah panggung kita di tengah hutan belantara. Namun sebelumnya, aku akan menanam pohon kelor di sini. Ingat-ingatlah, Kak. Jika pohon kelor itu layu, itu pertanda aku tengah menderita sakit keras. Jika pohon kelor itu mati, maka aku pun juga mati.”
Samba Paria sangat sedih mendengar pesan adiknya itu. Ia tidak bisa berbuat apapun juga untuk menolong adiknya itu karena dua prajurit bersenjata senantiasa menjaganya dari luar ruang sekapan. Namun dengan berbagai cara, akhirnya Samba Paria dapat melihat pohon kelor yang ditanam adiknya. Hingga pada suatu hari dilihatnya pohon kelor itu terlihat layu. Pertanda adiknya tengah sakit keras. Samba Paria lantas mencari cara agar dapat bebas dari sekapan Sang Raja.
Samba Paria mengajak dayang-dayang istana untuk mandi di sungai. Ketika tengah mandi, Samba Paria menjatuhkan cincin emas pemberian Sang Raja. Ia meminta semua dayang-dayang untuk mencari cincin emas itu. Maka, ketika para dayang-dayang itu sibuk mencari, Samba Paria diam-diam meninggalkan mereka. Dengan menaiki kuda yang telah disiapkannya terlebih dahulu, Samba Paria bergegas menuju rumah panggungnya.
Adik Samba Paria sangat gembira melihat kakaknya telah pulang. Ia yang tengah sakit keras akhirnya bersedia makan masakan buatan kakaknya. Kesehatannya pun segera berangsur angsur membaik.
Samba Paria merasa, Sang Raja tentu akan segera menyusulnya. Maka, ia pun menyiapkan sesuatu untuk menyambut kedatangan Sang Raja. Samba Paria mencampur cabe rawit, biji-biji merica, dan daun kelor dalam jumlah yang banyak. Campuran bahan-bahan itu lantas di campur dengan air dan abu dapur hingga menyerupai adonan kue.
Ketika Sang Raja benar-benar datang, Samba Paria Iangsung menyiramkan ramuan rahasianya itu ke wajah Sang Raja. Sang Raja menjerit kesakitan ketika kedua matanya terkena ramuan rahasia buatan Samba Paria itu. Diusap-usapnya kedua matanya. Bukan berkurang rasa pedih yang dirasakannya, melainkan kian bertambah-tambah pedih. Ketika Sang Raja terus mengusap-usap matanya, ia terpeleset hingga tubuhnya jatuh dari rumah panggung. Lehernya membentur tanah dengan sangat keras hingga akhirnya Sang Raja pun menghembuskan napas terakhirnya.
Samba Paria dan adiknya kemudian hidup dalam ketenangan dan kedamaian setelah Sang Raja yang jahat kelakuannya itu meninggal dunia. Keduanya tetap tinggal di rumah panggung mereka di tengah hutan belantara.
Pesan moral dari Kumpulan Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Barat : Legenda Samba Paria adalah kita hendaklah saling sayang-menyayangi dan hormat-menghormati dengan saudara. Kebersamaan di antara saudara akan menjadikan kita kuat.
Blog dongengceritarakyat.com ini memuat cerita rakyat indonesia populer 34 Provinsi di Indonesia, meliputi cerita tentang hewan, tumbuhan, daerah, sejarah tempat dan dongeng horor yang penulis kemas seringan mungkin. Dongeng-dongeng di blog dongengceritarakyat.com ini penulis dapat dari berbagai sumber, baik itu secara lisan maupun tulisan yang kemudian oleh penulis diceritakan kembali dalam buku ini secara sederhana.
Penulis juga menuliskan pesan-pesan moral pada setiap akhir cerita, agar memudahkan anak dalam menyerap pesan-pesan yang disampaikan. Semoga blog dongengceritarakyat.com ini bermanfaat bagi kita semua.