Cerita Rakyat Indonesia Paling Populer Dari Pulau Jawa

Pulau Jawa memiliki banyak sekali cerita rakyat yang sangat menarik. Cerita-cerita ini jika dikumpulan dengan cerita rakyat dari daerah lainnya akan menjadi kumpulan cerita rakyat Indonesia. Tiga kisah rakyat kali ini merupakan beberapa kisah rakyat yang paling populer di Pulau Jawa.

Tiga Cerita Rakyat Indonesia Terpopuler Dari Pulau Jawa

Kisah-kisah yang akan Kakak ceritakan ini akan menambah pengetahuan Adik-adik mengenai kekayaan tradisi dan sejarah rakyat Indonesia. Selain menambah pengetahuan legenda ini juga merupakan cerita anak yang sangat seru untuk diceritakan.

Cerita Rakyat Indonesia : Legenda Candi Prambanan (Lara Jongrang)

Prabu Baka adalah Raja Prambanan yang terkenal sakti. Sosoknya berupa raksasa yang mengerikan. Meski sosoknya berupa raksasa, dia mempunyai anak perempuan yang sangat cantik wajahnya. Rara Jonggrang nama anak perempuan Prabu Baka itu.

Cerita Rakyat Indonesia Asal Mula Candi Prambanan - Lara Jongrang
Cerita Rakyat Indonesia Asal Mula Candi Prambanan – Lara Jongrang

Syandan, Kerajaan Prambanan diserang oleh Kerajaan Pengging yang dibantu Bandung Bondowoso yang terkenal sakti. Bandung Bondowoso mampu mengalahkan Prabu Baka dalam pertarungan yang sangat seru. Prabu Baka tewas terkena senjata Bandung Bondowoso. Kerajaan Prambanan dikuasai Bandung Bondowoso.

Ketika Bandung Bondowoso melihat Rara Jonggrang, dia langsung jatuh hati. Ia pun melamar Rara Jonggrang untuk diperistrinya. Rara Jonggrang sesungguhnya tidak bersedia diperistri oleh Bandung bondowoso yang telah membunuh ayah kandung tercintanya. Namun, untuk Iangsung menolaknya, Rara Jonggrang tidak berani. Ia mengetahui kesaktian Bandung Bondowoso. Dia bisa celaka jika menolak lamaran Bandung Bondowoso yang pemarah itu. Ia lantas mencari cara agar urung diperistri Bandung Bondowoso. Katanya, “Aku bersedia engkau peristri, namun aku mempunyai syarat untuk itu.”

“Apa syarat yang engkau kehendaki?”

“Aku ingin engkau membuatkan seribu candi dan dua sumur yang sangat dalam,” jawab Rara Jonggrang. “Semua itu harus engkau selesaikan dalam semalam. Jika engkau dapat melakukannya, aku bersedia engkau peristri.”

Baik” Bandung Bondowoso menyanggupi permintaan Rara Jonggrang. “Aku akan memenuhinya.’

Bandung Bondowoso mengerahkan kesaktiannya. Dipanggilnya seluruh bala tentara makhluk gaib yang pernah ditaklukkannya. Bandung Bondowoso meminta makhluk-makhluk gaib itu membantunya membuat seribu candi dan dua sumur yang sangat dalam waktu semalam.

Bala tentara makhluk gaib menyatakan kesediaannya. Mereka lantas bekerja keras. Sangat luar biasa cara kerja mereka, amat cepat. Candi-candi terwujud dalam waktu singkat. Jumlahnya terus meningkat. Begitu pula dengan dua sumur yang sangat dalam itu. Melewati tengah malam, ratusan candi telah berdiri. Dua sumur itu juga telah dalam. Mereka terus bekerja keras untuk mewujudkan permintaan Rara Jonggrang.

Rara Jonggrang sangat khawatir mendapati kenyataan itu. Menurut perkiraannya, Bandung Bondowoso akan mampu mewujudkan kehendaknya. Candi-candi terus dibuat dalam kecepatan yang menakjubkan. Dua sumur yang sangat dalam itu juga hampir selesai. Bergulirnya sang waktu menuju fajar masih terbilang cukup bagi Bandung Bondowoso untuk merampungkan pembuatan seribu candi dan dua sumur yang sangat dalam itu. Kian khawatir Rara Jonggrang ketika mendapati jumlah candi yang dibuat telah melebihi sembilan ratus sembilan puluh candi. Lantas, apa yang harus dilakukannya untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso?

Setelah sejenak memikirkan cara, Rara Jonggrang lantas membangunkan gadis-gadis Prambanan. Rara Jonggrang meminta gadis-gadis to untuk membakar jerami di wilayah Prambanan sebelah timur. Sebagian gadis-gadis itu dimintanya pula untuk menumbuk padi dan juga menaburkan berbagai jenis bunga yang harum baunya.

Bala tentara makhluk gaib sangat terperanjat mendapati cahaya menyemburat berwarna kemerah-merahan di sebelah timur. Mereka juga mencium harum aneka bunga. Kian kaget pula mereka saat mendengar bunyi lesung dipukul, Semua ciri-ciri itu menunjukkan jika waktu pagi telah tiba. Mereka pun bergegas pergi karena takut. Padahal, sembilan ratus sembilan puluh sembilan candi telah selesai, hanya tinggal satu candi lagi untuk mewujudkan permintaan Rara Jonggrang. Meski hanya tinggal satu candi lagi, namun Bandung Bondowoso tidak mungkin dapat membuatnya tanpa bantuan hantuan bala tentara makhluk gaib.

lara jonggrang dikutuk menjadi arca ke 1000
lara jonggrang dikutuk menjadi arca ke 1000

Tak terkirakan kemarahan Bandung Bondowoso. Ia tahu, hari masih terhitung malam. Waktu pagi belum datang. la juga mengetahui, semua itu dilakukan Rara Jonggrang untuk menggagalkan usahanya. Jelas dia menangkap keengganan Rara Jonggrang untuk diperistrinya. Dengan kemarahan yang meluap, Bandung Bondowoso pun mengeluarkan kutukannya. Gadis-gadis Prambanan yang membantu Rara Jonggrang untuk menggagalkan usahanya dikutuknya menjadi perawan-perawan tua. Kepada Rara Jonggrang, Bandung Bondowoso berujar, “Hei Rara Jonggrang! Seribu candi yang engkau minta hampir selesai, hanya tinggal satu candi lagi, Karena engkau telah melakukan kecurangan untuk menggagalkan usahaku, maka jadilah engkau arca dalam candi ke seribu!”

Seketika itu tubuh Rara Jonggrang membatu menjadi arca. Arca tersebut lantas diletakkan di dalam ruang candi besar yang hingga kini disebut candi Lara Jonggrang,

Pesan Moral dari cerita adalah memaksakan kehendak dan juga kecurangan akan membuahkan kerugian di kemudian hari, kita hendaklah berani mengungkapkan kebenaran meski sangat pahit sekalipun.

Cerita Rakyat Indonesia : Menak Jingga dan Damar Wulan

damar wulan dan menak jingga
damar wulan dan menak jingga

Menakjingga adalah seorang adipati di daerah Blambangan. Terkenal sakti mandraguna dirinya. Ia mempunyai pusaka yang luar biasa ampuh lagi bertuah. Gada Wesi Kuning namanya. Merasa dirinya sakti dan juga mempunyai senjata yang luar biasa ampuh, Menakjingga menjadi sosok yang angkuh, kejam, lagi sewenang-wenang. Apapun juga yang dikehendakinya harus terwujud dalam kenyataan. Ia akan mengamuk sejadi jadinya jika keinginannya tidak dituruti.

Suatu hari Adipati Menakjingga mengirimkan utusan ke Kerajaan Majapahit. Adipati Menakjingga hendak melamar penguasa Majapahit, Ratu Ayu Kencana Wungu, yang belum bersuami itu. Ratu Ayu Wungu Wungu menolak pinangan Adipati Menakjingga itu. Sang ratu tak ingin diperistri adipati yang congkak, kejam, lagi telah banyak mempunyai istri itu.

Tak terkirakan kemarahan Adipati Menakjingga ketika utusannya kembali ke Kadipaten Blambangan dan menyatakan lamaran sang adipati ditolak Ratu Majapahit. Tanpa berpikir panjang, Adipati Menakjingga segera memerintahkan segenap prajurit Blambangan untuk bersiap-siap guna menyerang Majapahit. Adipati Menakjingga Iangsung memimpin penyerangan tersebut.

Perang dahsyat segera meletus setelah kekuatan Majapahit dikerahkan untuk menghadapi kekuatan Blambangan. Adipati Menakjingga mengamuk dalam peperangan dahsyat itu. Dengan senjata Gada Wesi Kuning saktinya, ia menghadapi ratusan prajurit Majapahit yang ditugaskan untuk meringkusnya. Benar-benar menggetarkan kesaktian Adipati Menakjingga, karena dengan sekali tebasan Gada Wesi Kuning-nya, belasan hingga puluhan prajurit Majapahit tewas karenanya.

Para prajurit Majapahit akhirnya mundur karena tidak sanggup menghadapi amukan Adipati Menakjingga dan juga keperkasaan para prajurit Blambangan. Ratu Ayu Kencana Wungu sangat bersedih mendapati kekalahan para prajuritnya. Ia pun lantas bersemedi, memohon petunjuk dari Dewa untuk mengatasi masalah besar yang tengah dihadapinya tersebut. Petunjuk itu pun didapatkan sang ratu. `Menakjingga akan binasa jika berhadapan dengan pemuda bernama Damar Wulan!”

Ratu Ayu Kencana Wungu lantas memerinhkan Patih Logender untuk mencari pemuda bernama Damar Wulan. Sosok pemuda yang dimaksud akhirnya diketemukan. la tinggal jauh di luar kotaraja Majapahit. Dia segera diiringkan untuk menghadap Ratu Ayu Kencana Wungu di istana kerajaan Majapahit.

“Damar Wulan,” kata Ratu Ayu Kencana wungu setelah Damar Wulan duduk bersimpuh di hadapannya, “kuperintahkan engkau untuk melenyapkan Adipati Menakjingga yang telah merusuh dan menyebabkan kerusakan di Majapahit. Bawa kepala Menakjingga di hadapanku sebagai wujud rasa baktimu pada Majapahit dan juga diriku!”

“Hamba, Gusti Prabu.”

Setelah menghaturkan sembahnya, Damar Wulan segera menuju Blambangan seorang diri. Seketika tiba di alun-alun Kadipaten Blambangan, Damar Wulan lalu menantang bertarung Adipati Menakjingga. Tak terkirakan kemarahan Adipati Menakjingga. Segera dilayaninya tantangan Damar Wulan. Setelah melalui pertarungan yang sengit, Adipati Menakjingga mampu mengalahkan Damar Wulan. Damar Wulan pingsan terkena hantaman Gada Wesi Kuning. Para prajurit Blambangan lantas menangkap dan memenjarakan Damar Wutan di penjara Kadipaten Blambangan. Pertolongan akhirnya tiba bagi Damar Wulan. Tanpa diduganya, dua selir Adipati Menakjingga memberikan bantuannya. Dewi Wahita dan Dewi Puyengan nama kedua selir tersebut. Keduanya sesungguhnya sangat membenci Adipati Menakjingga. Mereka sangat berharap Damar Wulan mampu membunuh Adipati Menakjingga agar diri mereka terbebas dari penguasa Kadipaten Blambangan yang kejam lagi sewenang-wenang itu.

Dewi Wahita dan Dewi Puyengan membuka rahasia kesaktian Adipati Menakjingga. “Rahasia kesaktian Adipati Menakjingga berada pada Gada Wesi Kuningnya,” kata mereka. “Tanpa senjata sakti andalannya itu, niscaya engkau akan dapat mengalahkannya.”

Damar Wulan meminta tolong kepada Dewi Wahita dan Dewi Puyengan untuk mengambil senjata andalan Adipati Menakjingga tersebut. Dengan diam-diam, Gada Wesi Kuning itu akhirnya berhasil diambil dua selir Adipati Menakjingga tersebut. Gada Wesi Kuning lantas diserahkan kepada Damar Wulan. Dengan bersenjatakan Gada Wesi Kuning, Damar Wulan pun kembali menantang Adipati Menakjingga.

Pertarungan antara Adipati Menakjingga dan Damar Wulan kembali terjadi. Sangat seru pertarungan mereka. Akhirnya Adipati Blambangan yang terkenal sombong, kejam, lagi sewenang-wenang itu menemui kematiannya setelah tubuhnya terkena hantaman Gada Wesi Kuning. Kepalanya dipenggal. Damar Wulan lantas membawa potongan kepala Adipati Menakjingga kembali ke Majapahit.

Sesungguhnya perjalanan Damar Wulan ke Blambangan itu diikuti oleh dua anak Patih Logender yang bernama Layang Seta dan Layang Kumitir. Keduanya mengetahui keberhasilan Damar Wulan menjalankan titah Ratu Ayu Kencana Wungu. Keduanya lantas merencanakan siasat licik untuk merebut potongan kepala Adipati Menakjingga dan mengakui sebagai pembunuh Adipati Menakjingga di hadapan Ratu Ayu Kencana Wungu. Dengan demikian mereka berharap akan mendapatkan hadiah yang sangat besar dari penguasa takhta Majapahit itu.

Dalam perjalanan pulang kembali ke Majapahit, Damar Wulan dicegat Layang Seta dan Layang Kumitir. Terjadilah pertarungan di antara mereka. Damar Wulan dikeroyok dua saudara kandung anak Patih Logender tersebut. Pada suatu kesempatan, mereka berhasil merebut kepala Adipati Menakjingga dan bergegas meninggalkan Damar Wulan. Setibanya di istana Majapahit, Layang Seta dan Layang Kumitir segera menghadap Ratu Ayu Kencana Wungu. Mereka menyatakan bahwa mereka telah berhasil mengalahkan Adipati Menakjingga. Mereka lantas menyerahkan potongan kepala Adipati Menakjingga kepada Ratu Ayu Kencana Wungu.

Sebelum Ratu Ayu Kencana Wungu berujar; datanglah Damar Wulan. Damar Wulan menyatakan keberhasilannya mengalahkan Adipati Menakjingga dan memenggal kepalanya. “Ampun Gusti Prabu, di tengah jalan hamba dihadang dua orang dan potongan kepala Adipati Menakjingga itu berhasil mereka rebut.”

Ucapan Damar Wulan segera disanggah Layang Seta dan Layang Kumitir yang menyatakan jika mereka itulah yang berhasil mengalahkan Adipati Menakjingga. Damar Wulan akhirnya mengetahui jika dua orang itulah yang menghadangnya dan merebut potongan kepala Adipati Menakjingga.

Perselisihan antara Damar Wulan dan dua anak Patih Logender itu purl kian memanas. Ratu Ayu Kencana Wungu menengahi perselisihan itu. Katanya, “Untuk membuktikan pengakuan siapakah di antara kalian yang benar, maka selesaikan secara jantan. Bertarunglah kalian. Siapa yang menang di antara kalian, maka dialah yang benar.”

Pertarungan antara Damar Wulan melawan Layang Seta dan Layang Kumitir kembali terjadi. Kebenaran itu akhirnya terbuka setelah Damar Wulan berhasil mengalahkan kakak beradik anak Patih Logender tersebut. Layang Seta dan Layang Kumitir akhirnya mengaku bahwa yang mengalahkan Adipati Menakjingga sesungguhnya Damar Wulan. Meski mereka telah mengakui, namun tak lepas pula mereka dari hukuman. Ratu Ayu Kencana Wungu memerintahkan prajurit untuk memenjarakan Layang Seta dan Layang Kumitir karena telah berani berdusta kepadanya.

Ratu Ayu Kencana Wungu kemudian memberikan hadiah yang luar biasa bagi Damar Wulan. Damar Wulan diperkenankan Ratu Ayu Kencana Wungu untuk menikahinya. Pesta pernikahan antara Ratu Ayu Kencana Wungu dan Damar Wulan pun dilangsungkan secara besar-besaran. Segenap rakyat Majapahit bergembira karena ratu mereka akhirnya bersuami. Suami sang ratu adalah sosok yang terbukti besar rasa baktinya kepada Majapahit karena berhasil mengalahkan Adipati Menakjingga yang telah memporak-porandakan kedamaian dan ketenteraman Majapahit.

Pesan Moral Cari Cerita Rakyat Indonesia Damar Wulan dan Menak Jingga adalah Kebenaran pada akhirnya akan terbuka meski berusaha untuk ditutup-tutupi. Begitu pula dengan kejahatan akan tersingkap pula meski berusaha ditutupi serapat mungkin. Kebenaran akan mendapatkan kebaikan di kemudian hari.

Cerita Rakyat Indonesia : Joko Dolog

Tersebutlah seorang pangeran dari Madura Situbondo namanya. Ia putra Adipati Cakraningrat. Pada suatu hari Pangeran Situbondo berlayar ke Kadipaten Surabaya dengan diiringi Gajah Seta dan Gajah Menggala. Ia disambut dengan ramah oleh Adipati Jayengrana, sang Adipati Surabaya.

Maksud kedatangan Pangeran Situbondo ketika itu adalah untuk melamar Purbawati, putri Adipati Jayengrana.

Adipati Jayengrana mempersilakan putrinya untuk menjawab sendiri lamaran yang ditujukan kepadanya itu. Purbawati sesungguhnya tidak mencintai Pangeran Situbondo. Cintanya hanya pada Pangeran Jaka Taruna dari Kadipaten Kediri. Namun, untuk menolak lamaran Pangeran Situbondo, Purbawati merasa tidak enak hati. Masalahnya, ayahandanya dan ayahanda Pangeran Situbondo sangat karib persahabatannya. Jika ia langsung menyatakan penolakannya, ia khawatir persahabatan antara ayahandanya dan ayahanda Pangeran Situbondo akan putus. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi peperangan antara Surabaya dan Madura itu!

Purbawati lantas menolak secara halus. Katanya kepada Pangeran Situbondo, “Aku bersedia diperistri Kanda Pangeran Situbondo, asalkan Kanda Pangeran Situbondo dapat membuka hutan di wilayah Kadipaten Surabaya ini. Hutan yang dibuka itu kelak akan menjadi tempat hunian anak keturunan kami.”

Syarat Purbawati itu, meski sesungguhnya sangat berat karena hutan itu terkenal angker dan berbahaya, disanggupi Pangeran Situbondo. Dengan kesaktiannya, Pangeran Situbondo sangat yakin mampu melaksanakan syarat yang diajukan putri Adipati Jayengrana yang sangat dicintainya itu, Pangeran Situbondo lantas membuka hutan seperti yang dikehendaki Purbawati. Ketika Pangeran Situbondo tengah membuka hutan, datanglah Pangeran Jaka Taruna ke Kadipaten Surabaya. Sangat terperanjat ia ketika mengetahui Pangeran Situbondo tengah membuka hutan sebagai syarat sebelum memperistri kekasih hatinya. Ia lantas memberanikan diri menghadap Adipati Jayengrana untuk melamar Purbawati. Kepada Adipati Jayengrana, Pangeran Jaka Taruna menyatakan jika ia dan Purbawati telah lama menjalin hubungan kasih.

Adipati Jayengrana tampak kebingungan. Agak menyesal ia mengapa Pangeran Jaka Taruna terlambat datang sehingga Pangeran Situbondo telah tertebih dahulu melaksanakan sayembara yang diminta Purbawati. Adipati Jayengrana kembali menyerahkan sepenuhnya masalah itu kepada putrinya mengingat hubungan baiknya dengan Adipati Kediri dan juga dengan ayahanda Pangeran Situbondo.

Purbawati lantas meminta Pangeran Jaka Taruna yang dicintainya itu untuk turut membuka hutan. Pangeran Jaka Taruna lalu turut membuka hutan di dekat tempat Pangeran Situbondo tengah membuka hutan. Tak terkirakan kemarahan Pangeran Situbondo ketika mendapati Pangeran Jaka Taruna turut membuka hutan. Perselisihan antara dua putra Adipati itu pun tak terelakkan lagi disusul dengan pertarungan yang sengit. Kedua pangeran itu saling menumpahkan kesaktiannya untuk sating mengalahkan demi mendapatkan Purbawati. Kesaktian Pangeran Situbondo masih di atas Pangeran Jaka Taruna. Pangeran Situbondo mampu memukul putra Adipati Kediri itu hingga tubuh Pangeran Jaka Taruna terpental jauh membumbung hingga tersangkut pada dahan pohon yang sangat tinggi. Pangeran Situbondo lantas meninggalkan tempat itu begitu saja.

Pangeran Jaka Taruna berteriak-teriak meminta tolong karena tidak mampu melepaskan diri dari kondisi yang menjeratnya. Suara teriakannya keras menggema di hutan belantara itu. Namun, tidak ada yang datang menolongnya mengingat hutan belantara tersebut jarang dilewati orang. Pangeran Jaka Taruna terus berteriak-teriak meminta tolong. Syandan, lewatlah seorang pemuda di hutan belantara itu. Jaka Jumput namanya. Ia tengah mencari bahan-bahan untuk racikan obat-obatannya. Mendengar teriakan Pangeran Jaka Taruna, Jaka Jumput segera memberikan pertolongannya. Dengan kesaktiannya, Jaka Jumput berhasil melepaskan dan menurunkan Pangeran Jaka Taruna.

Pangeran Jaka Taruna lalu menceritakan kejadian yang dialaminya. Ia juga meminta agar Jaka Jumput membantunya untuk mengalahkan Pangeran Situbondo.

“Jika hamba bisa mengalahkan Pangeran Situbondo,” kata Jaka Jumput, “apa imbalan yang akan hamba dapatkan?”

“Apapun juga yang engkau kehendaki, niscaya aku akan memberikannya,” jawab Pangeran Jaka Taruna.

“Baiklah,” kata Jaka Jumput.

Jaka Jumput lantas mencari Pangeran Situbondo. Seketika ditemukannya, Jaka Jumput lalu menantang Pangeran Situbondo. Tak terkirakan kemarahan Pangeran Situbondo mendapat tantangan Jaka Jumput. Keduanya segera terlibat dalam pertarungan yang sangat seru, sementara Pangeran Jaka Taruna hanya menonton dari kejauhan. Jaka Jumput ternyata benar-benar tangguh. Amat tinggi kesaktiannya. Meski Pangeran Situbondo mengerahkan segenap kemampuan dan kesaktiannya, tak berdaya pula pada akhirnya menghadapi Jaka Jumput. Pangeran Situbondo lantas melarikan diri setelah merasa kalah. Ia terus berlari, tidak kembali ke Madura melainkan ke sebuah wilayah di sebelah timur dari Kadipaten Surabaya. Wilayah itu di kemudian hari disebut sesuai dengan nama pangeran dari Madura tersebut, Situbondo.

Ketika mendapati Pangeran Situbondo telah kalah dan melarikan diri, Pangeran Jaka Taruna bergegas kembali ke Kadipaten Surabaya. Segera ia menghadap Adipati Jayengrana dan menyatakan jika ia telah mengalahkan Pangeran Situbondo.

“Benar engkau mengalahkan Pangaeran Situbondo?” tanya Adipati Jayengrana.

“Benar, Paman Adipati,” sahut Pangeran Jaka Taruna. “Setelah kami bertarung, Pangeran Situbondo dapat hamba kalahkan. Ia terus berlari ke arah timur tanpa berani lagi menghadapi hamha. Dengan ini hamba mohon perkenan Paman Adipati untuk memberikan restu kepada hamba yang ingin menyunting putri Paman.”

Namun, kebohongan Pangeran Jaka Taruna seketika itu terbongkar ketika Jaka Jumput juga datang di Kadipaten Surabaya dan menyergah, “Bohong! Pangeran Jaka Taruna telah berbohong kepada Paduka, Kanjeng Adipati!”

Adipati Jayengrana terperanjat mendengar sergahan Jaka Jumput. Tanyanya, “Bagaimana maksudmu dengan menyebut Pangeran Jaka Taruna berbohong?”

“Hamba yang mengalahkan Pangeran Situbondo, Kanjeng Adipati,” jawab Jaka Jumput. Ia lantas menceritakan kejadian yang dialaminya sejak ia bertemu dengan Pangeran Jaka Taruna yang tersangkut di dahan pohon tinggi hingga akhirnya mengalahkan Pangeran Situbondo.

Pangeran Jaka Taruna mati-matian menyanggah ucapan Jaka Jumput. Ia terus mengemukakan kebohongan demi kehohongan untuk menutupi kebohongan yang diucapkannya sebelumnya.

Adipati Jayengrana segera menengahi perselisihan pendapat antara Pangeran Jaka Taruna dan Jaka Jumput. “Apa bukti yang kalian miliki jika kalian sama-sama mengaku mengalahkan Pangeran Situbondo?”

Pangeran Jaka Taruna tidak mempunyai bukti. Ia hanya meminta agar Adipati Jayengrana memercayai penjelasannya. Berbeda dengan Pangeran Jaka Taruna, Jaka Jumput mempunyai bukti berupa keris milik Pangeran Situbondo. Bukti itu pun diserahkan Jaka Jumput kepada Adipati Jayengrana.

Adipati Jayengrana memeriksa keris itu. Katanya kemudian, “Benar, keris ini milik Pangeran Situbondo.”

Pangeran Jaka Taruna amat malu karena kebohongannya telah terbongkar. Namun, dia tetap bersikeras menyatakan jika dirinyalah yang mengalahkan Pangeran Situbondo. Bahkan, untuk membuktikan kesaktiannya, dia menantang Jaka Jumput untuk bertarung.

“Baiklah,” kata Adipati Jayengrana. “Siapa di antara kalian yang menang, maka berhak is menyunting putriku.”

Pangeran Jaka Taruna dan Jaka Jumput segera terlibat dalam pertarungan yang seru. Pangeran Jaka Taruna bersenjatakan keris pusakanya, sementara Jaka Jumput menghadapinya dengan senjata andalannya berupa cambuk yang diberinya Hama Kyai Gembolo Geni. Beberapa saat terlibat dalam pertarungan, Pangeran Jaka Taruna tak mampu menandingi kesaktian Jaka Jumput. Tubuh Pangeran Jaka Taruna tergeletak di atas tanah setelah terkena cambuk sakti Kyai Gembolo Geni. Pangeran Jaka Taruna kalah.

“Hei Pangeran Jaka Taruna!” seru Adipati Jayengrana, “Telah terbukti engkau membohongiku! Betapa beraninya engkau berbohong kepadaku dengan mengaku mampu mengalahkan Pangeran Situbondo!”

Pangeran Jaka Taruna hanya terdiam. Ia benar-benar malu. “Mengapa engkau hanya terdiam saja, hei Pangeran Jaka Taruna?” tanya Adipati Jayengrana dengan perasaan jengkel. “Mengapa engkau tidak menjawab pertanyaanku?”

Pangeran Jaka Taruna tetap terdiam. Adipati Jayengrana kian jengkel mendapati Pangeran Jaka Taruna tetap terdiam. “Jaka Taruna!” seru Adipati Jayengrana, “Mengapa engkau hanya diam seperti patung?”

Keajaiban pun terjadi. Ucapan Adipati Jayengrana menjadi kenyataan. Tubuh Pangeran Jaka Taruna seketika itu berubah menjadi patung yang di kemudian hari dinamakan patung Joko Dolog.

PESAN MORAL CERITA RAKYAT INDONESIA JOKO DOLOG ADALAH JANGANLAH KITA MEMBIASAKAN DIRI UNTUK BERBOHONG KARENA JIKA KITA BERBOHONG KITA AKAN KEMBALI BERBOHONG UNTUK MENUTUIPI KEBOHONGAN KITA SEBELUMNYA. BAGAIMANAPUN JUGA, KEBOHONGAN ITU AKAN TERBONGKAR KARENA SERAPAT-RAPATNYA BANGKAI ITU DITUTUPI, NISCAYA BAU BUSUKNYA AKAN TERCIUM PULA.

2 komentar tentang “Cerita Rakyat Indonesia Paling Populer Dari Pulau Jawa”

  1. rasanya tidak ada orang pulau Jawa yang tidak tahu 3 cerita ini, terima kasih telah memposting artikel Cerita Rakyat Indonesia Paling Populer Dari Pulau Jawa sehingga kisah ini bisa dinikmati seluruh masyarakat Indonesia

Tinggalkan Balasan