Kisah mengenai sejarah asal mula Reog Ponorogo akan menjadi cerita rakyat Indonesia yang kami ceritakan malam hari ini. Ceritanya sangat menarik dan mengajarkan kita sebuah hikmah didalamnya. Selain itu kami juga menceritakan satu legenda rakyat yang asal muasal nya dari Negara Cina. Selamat membaca.
Cerita Sejarah Asal Mula Reog Ponorogo (Indonesia)
Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Kediri. Raja Kediri memiliki seorang putri bernama Putri Sanggalangit, putri yang sangat cantik dan baik hati. Putri Sanggalangit tumbuh menjadi dewasa dan banyak pangeran yang melamarnya.
Raja kediri sangat khawatir karena Putri Sanggalangit selalu menolak lamaran dari para pangeran. Raja Kediri lantas menemui Putri Sanggalangit. Ia meminta agar Putri Sanggalangit menerima pinangan dari salah satu pangeran tersebut.
Putri Sanggalangit tak bisa menolak permintaan ayahnya. Namun, ia mengajukan sebuah syarat bagi para pangeran yang menginginkannya.
“Katakan kepada para pangeran itu, Ayah. Jika mau menikah denganku, mereka harus menerima syarat dariku, yaitu mengadakan pertunjukan yang belum pernah ada di negeri ini. Syarat yang kedua, pertunjukan itu harus diiringi oleh 140 penunggang kuda kembar. Kemudian syarat terakhir, mereka harus membawa seekor binatang berkepala dua,”ucap Putri Sanggalangit.
Raja kediri kaget mendengar persyaratan itu. Sungguh sulit syarat yang diajukan oleh putrinya. Tetapi, ia harus tetap mengumumkannya kepada para pangeran. Setelah Raja Kediri mengumumkan syarat itu, hanya dua pangeran yang sanggup mengikuti sayembara, yaitu Pangeran Kelana dan Pangeran Singabarong. Mereka pun pulang untuk mempersiapkan syarat tersebut.
Beberapa hari kemudian, Pangeran Kelana sudah menyiapkan semuanya.Tapi, ada satu yang belum ia miliki, yaitu binatang berkepala dua. Dia hanya memiliki seekor merak yang sangat indah. Pangeran Kelana berharap Putri Sanggalangit menyukai merak miliknya.
Rombongan Pangeran Kelana pun berangkat ke kerajaan Kediri. Namun, di tengah perjalanan, rombongan Pangeran Kelana dihadang oleh seekor singa yang ganas. Sebenarnya singa itu adalah jelmaan Pangeran Singabarong. Ia ingin merebut apa yang disiapkan oleh Pangeran Kelana. Pangeran Singabarong sungguh licik. Beberapa prajurit menjadi korban keganasan singa itu. Pangeran Kelana lalu mencari cara untuk menghentikan singa yang ganas itu.
Olala… merak miliknya tiba-tiba pergi ke atas pundak singa itu. Ia mematuk kutu-kutu yang ada pada tubuh singa. Singa tersebut terlena. Pada saat yang bersamaan, Pangeran Kelana mengambil pecut sakti miliknya, lalu mengarahkannya pada singa dan merak. Akhirnya tubuh singa dan merak menempel menjadi satu. Mereka tak dapat dipisahkan. Pangeran Kelana pun berhasil menjinakkan singa itu.
Kini lengkap sudah syarat yang diajukan oleh Putri Sanggalangit. Rombongan Pangeran Kelana pun melanjutkan perjalanan ke kerajaan Kediri dan melakukan pentas di sana. Putri Sanggalangit sangat takjub melihat pementasan yang belum pernah ada itu. Putri Sanggalangit juga terpesona dengan hewan berkepala dua yang dibawa oleh Pangeran Kelana. Hewan berkepala singa dan merak. Sungguh indah.
Akhirnya, Putri Sanggalangit menerima pinangan Pangeran Kelana. Sejak saat itu, pertunjukan yang ditampilkan oleh Pangeran Kelana dinamakan dengan Reog Ponorogo.
Hikmah dari Cerita Sejarah ASal Mula Reog Ponorogo (Indonesia) adalah jika ingin mendapatkan sesuatu, berjuanglah sendiri. Jangan berusaha merebut milik orang lain, sebab hal itu akan merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
Cerita Rakyat dari Cina : Pentingnya Ilmu
Ada seorang petani sedang sibuk menanam padi. Ia selalu senang dan tak kenal letih dalam bekerja. Ia membajak sawah sendiri dan menanam padi pun sendiri. Setelah beberapa hari, akhirnya petani itu selesai menanam padinya. Kini saatnya ia merawat tanaman miliknya.
Setiap hari petani itu pergi ke sawahnya. Ia mengairi sawahnya dan mencabuti rumput liar yang tumbuh di antara padi-padi itu.Tetapi, petani agak sedih, sebab padi miliknya tak tumbuh tinggi, tidak seperti padi-padi milik orang lain.
“Padahal aku sudah merawatnya dengan baik. Tapi kenapa padi-padiku tumbuh lebih pendek daripada padi milik mereka?” gumam petani, sendu.
Petani itu lantas pulang ke rumah. Ia terus saja memikirkan padinya. Ia bertekad untuk membuat padi-padinya tumbuh seperti padi milik orang lain.
Setelah berpikir keras, petani itu akhirnya mendapatkan ide. Ide yang sempurna menurutnya. Besok ia akan membuat padi-padi itu tumbuh sama tingginya dengan padi petani lain. Bahkan kalau bisa lebih tinggi. Petani itu tak sabar menunggu hari esok.
Pagi-pagi sekali ia sudah pergi ke sawahnya. Satu per satu padi miliknya ia tarik menjulur ke atas.Tentu saja padi itu jadi lebih tinggi, sebab ditarik oleh si Petani. Bahkan ada beberapa padi yang ditarik sampai terbawa akarnya, lalu ditanam lagi oleh si Petani, tapi tak seperti semula, sebab akarnya masih terlihat sebagian. Hal itu agar padi tersebut terlihat lebih tinggi.
Hari sudah siang. Petani itu menyeka keringat. Rupanya bekerja menarik semua padinya membuatnya lelah.
“Aku akan beristirahat dulu sebentar. Nanti akan aku lanjutkan lagi.” ucap si Petani. Meskipun capek, ia tersenyum senang melihat sebagian tanaman padinya sudah tumbuh lebih tinggi.
Setelah beristirahat beberapa lama, si Petani mulai melanjutkan pekerjaannya. Kembali ia menarik tanaman padinya agar tumbuh sama tingginya dengan tanaman milik petani lain. Si Petani baru selesai menarik semua tanaman padinya menjelang malam. Ia tersenyum senang melihat tanaman padinya yang tumbuh tinggi sesuai dengan keinginannya.
Si Petani pulang ke rumahnya dengan hati senang. Esok ia akan melihat lagi kondisi tanamannya, apakah tumbuh lebih tinggi daripada sebelumnya, atau tetap sama.
Keesokan harinya, si Petani kembali ke sawahnya dengan penuh semangat. Namun, alangkah kagetnya ia saat melihat semua tanaman padi miliknya mati. Rupanya, ia telah melakukan kekeliruan. Seharusnya ia tak menarik tanaman-tanaman padi itu kemarin.
“Maafkan aku, padi-padiku. Seharusnya kau tumbuh subur meskipun tak setinggi tanaman petani lain. Aku telah berbuat kesalahan,” ucap si Petani, lemas.
Si Petani menyadari kesalahannya. Tetapi, semua sudah terlambat. Kali ini sepertinya ia tidak akan menikmati panen padi seperti petani-petani lain.
Pesan moral dari Cerita Rakyat dari Cina : Pentingnya Ilmu adalah kita tidak boleh memaksakan sesuatu kepada siapa pun, karena pasti akan berakibat tidak baik.