Suri Ikun dan Dua Ekor Burung adalah Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur yang paling saya suka. Pada Cerita Rakyat Singkat : Suri Ikun dan Dua Burung dikisahkan bahwa kebaikan akan membawa kesuksesan dan kebahagiaan bagi orang yang melakukannya. Adik-adik tentunya harus mencontoh Suri Ikun yang baik hati dan berbakti pada orang tuanya. Jangan pernah meniru saudara-saudara Suri Ikun yang iri dengki juga pemalas.
Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur : Suri Ikun
Ayah mengeluh kesal. “Lagi-lagi babi hutan merusak hasil panen kita. Sia-sia semua kerja keras Ayah selama ini.” Suri Ikun yang mendengar keluhan ayahnya memberi usul, “Bagaimana kalau kita berjaga setiap malam, Yah? Aku dan kakak-kakak akan bergantian menjaga kebun kita.” Keenam kakak Suri Ikun terkejut. Mereka tak suka saran si Bungsu itu.
Mereka adalah anak-anak pemalas dan penakut. Jangankan menghalau babi hutan, menghadapi tikus kecil saja, mereka lari terbirit-birit.
“Benarkah kalian mau melakukannya? Wah, Ayah bangga pada kalian. Jika kita bergotong-royong, pasti babi hutan itu akan kapok.” Semua anak terdiam, kecuali Suri Ikun.
“Tentu kami mau melakukannya, Yah. Mulai nanti malam, aku akan berjaga di kebun.”
Keenam kakak Suri Ikun menggerutu. Ketika sang Ayah tak mendengar, mereka memarahi Suri Ikun habis-habisan. “Lancang sekali kau, Dik, memberi usul pada Ayah tanpa bertanya dulu pada kami,” kata kakak tertua.
“Ya, karena kau yang mengusulkan, maka kau saja yang menjaga kebun tiap maiam. Aku tak mau melakukannya,” kata kakak kedua. Semua menyetujui perkataannya. Suri Ikun tak keberatan. Ia rela dan ikhlas membantu ayahnya.
Malam itu, Suri Ikun mulai berjaga. Meski mengantuk, ia berusaha keras untuk tetap terjaga. Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Seekor babi hutan yang gemuk datang. Langkahnya yang cepat membuat ranting-ranting pohon patah dan buah-buah berguguran. Suri Ikun terkesiap. Dengan sigap ia mengambil anak panahnya dan membidik babi hutan itu.
“Rasakan panahku ini babi hutan nakal!” katanya dalam hati. Bidikannya tepat mengenai sasaran. Babi hutan itu pun mati. Suri Ikun sangat senang, babi hutan itu besar dan gemuk.
“Ayah pasti senang. Selain kebunnya aman, kami juga mendapat lauk untuk makan,” batin Suri Ikun. Ia membayangkan babi hutan yang akan dimasak ibunya, pasti lezat.
“Wah, kau hebat sekali Suri Ikun,” kata ayahnya ketika melihat anaknya pulang membawa babi hutan gemuk. Kakak-kakaknya semakin iri mendengar pujian ayahnya itu. Mereka beranggapan bahwa Suri Ikun hanya mencari muka. Saat makan, mereka menghabiskan semua daging babi hutan itu dan hanya menyisakan kepalanya. Suri Ikun tak diberi secuil daging pun. Namun Suri Ikun tak keberatan. Kepala babi hutan pun dilahapnya sampai habis. Kakak-kakaknya semakiln gemas melihatnya.
“Aku punya rencana. Bagaimana jika kita singkirkan saja Suri Ikun? Aku muak melihatnya terus mencari muka pada Ayah,” kata salah seorang kakaknya. “Iya, kita tak pernah dipuji. Tapi Ayah memujinya terus. Aku setuju, kita harus mencari cara agar ia tak lagi tinggal di sini,” jawab yang lain. Akhirnya mereka membuat rencana. Suri Ikun akan diajak berburu, dan kakak-kakaknya akan meninggalkannya begitu saja di hutan. Sungguh rencana yang keterlaluan, apalagi hutan itu terkenal angker dan dihuni oleh para hantu.
Suri Ikun tak curiga ketika kakak-kakaknya mengajak berburu di hutan. Ia asyik mengejar hewan buruannya sampai tak menyadari kalau kakak-kakaknya telah meninggalkannya. Hari semakin sore dan gelap. Suri Ikun bermaksud untuk pulang. Ketika ia menoleh, kakak-kakaknya sudah tak ada. Ia pun cemas. Ia telah jauh berjalan ke dalam hutan dan tak tahu jalan pulang. Apalagi langit sudah gelap. “Kakak…. kakak… di mana kalian?” teriaknya. Tapi ia tak mendengar jawaban. Suasana hutan benar-benar sunyi dan mencekam.
Tiba-tiba, terdengar suara tawa yang mengerikan. “Hiiii…. hi… hi… hiiii…”, begitu bunyinya. Suri Ikun menoleh dengan waswas. Ternyata suara itu berasal dari atas pohon. Alangkah terkejutnya Suri Ikun ketika melihat betapa bangak hantu di atas pohon itu.
“Ayo teman-teman, kita tangkap anak muda ini,” kata salah satu hantu.
“Ya, dagingnya pasti nikmat, tapi sayang ia terlalu kurus,” jawab hantu yang lain.
“Jika begitu, kita sekap dulu dalam gua. Kita beri banyak makanan supaya ia cepat gemuk,” kata hantu yang lain lagi. Suri Ikun ketakutan. Namun ia tak berdaya. Hantu-hantu itu dengan mudah menangkapnya.
Di dalam gua, Suri Ikun tak bisa melihat keluar. Gua itu ditutup dengan batu yang sangat besar. Hanya ada sedikit celah untuk mengintip. Suri Ikun tak mungkin melarikan diri. Hantu-hantu itu bergantian menjaga dan memberinga makan supaya ia cepat gemuk. Suatu hari, masuklah dua ekor burung kecil ke dalam gua. Mereka jatuh dari langit melalui celah batu besar yang menutupi gua itu. Kedua burung itu tampak sakit. Rupanya sayapnya patah.
“Kasihan sekali kalian ini,” kata Suri Ikun. Ia lalu merawat kedua burung tadi. Ia juga selalu menyisakan makanannya dan memberikannya pada kedua burung itu. Suri Ikun akan menyembunyikan mereka jika hantu-hantu itu datang.
Berkat Suri Ikun, kedua burung tadi cepat sembuh dan bisa terbang lagi. Burung-burung itu berterima kasih padanga. “Anak Muda, kami tahu bahwa kau ingin sekali lolos dari gua ini. Percayalah, kami akan membantumu,” kata mereka.
“Bagaimana caranya? Hantu-hantu itu menjagaku dengan ketat. Aku tak mungkin melarikan diri,” jawab Suri Ikun.
“Tenanglah.. kami akan pergi sekarang dan segera kembali untuk membebaskanmu,” kata kedua burung itu lagi.
Tak lama kemudian terdengar suara gaduh. Rupanya kedua burung itu mengajak teman-temannya. Jumlahnya sangat banyak dan mereka menyerang hantu-hantu yang menjaga gua Suri Ikun. Hantu-hantu itu kalah. Mereka dipatuk dan dicakar oleh gerombolan burung itu. Suri Ikun pun bebas.
“Kau sekarang bebas, Anak Muda. Sebagai ucapan terima kasih, kami akan mengajakmu ke suatu tempat di mana kau bisa tinggal selamanya,” kata kedua ekor burung kecil. Suri Ikun kemudian diajdk terbang dengan menaiki salah satu burung yang besar. Mereka melewati hutan, gunung, dan bahkan menyeberangi lautan. Suri Ikun sangat takjub. Ia tak pernah terbang sebelumnya.
Akhirnya mereka sampai. Sebuah istana mungil yang cantik telah disediakan untuk tempat tinggal Suri Ikun. Istana itu Iengkap dengan para pengawal dan juga rakyat yang ramah. Suri Ikun pun tinggal di istana itu. Melihat sifat-sifat Suri Ikun yang baik, ia kemudian diangkat menjadi raja. Sampai akhir hayatnya, Suri Ikun dikenal sebagai raja yang balk hati. Suri Ikun memimpin kerajaan kecilnya dengan adil dan bijaksana.
Pesan dari Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur : Suri Ikun untukmu adalah Jika kau selalu berbuat baik pada orang lain, maka orang lain pun akan berbuat baik padamu.
Baca kisah cerita rakyat dari Nusa tenggara Suri ikun sebelumnya pada link berikut Cerita Rakyat Singkat : Suri Ikun dan Dua Burung