Ada dua dongeng yang akan Kakak ceritakan malam hari ini, satu merupakan cerita rakyat dari luar negeri dan satu lagi dongeng fabel Nusantara. Dua-duanya sangat sederhana untuk diambil pesan moralnya. Selamat membaca dan selamat istirahat yah adik-adik.
Cerita Rakyat Dari Luar Negeri : Lebah Yang Baik (Yunani)
Dahulu kala, kura-kura, laba-laba, dan lebah bersaudara. Suatu hari, ibu mereka sakit parah. Ibu mereka hanya dapat terbaring di tempat tidurnya.
Lalu, sang ibu memanggil ketiga anaknya untuk menemuinya. Sang ibu yakin sekali ketiga anaknya akan segera datang setelah ia panggil. Sebab, ia telah menjadi ibu yang baik selama ini.
Namun, ternyata sang ibu salah. Saat ia memanggil kura-kura, kura-kura tidak segera menemuinya. “Aku sedang sibuk mencuci, Bu. Ibu tunggu saja ya,” kata kura-kura seenaknya.
Mendengar jawaban itu, sang ibu marah dan mengutuk kura-kura, “Jadi, kau sibuk mencuci ya. Kau anak durhaka. Kalau begitu, aku kutuk kau dan keturunanmu selamanya membawa bak cucian di punggung kalian.”
Sejak saat itu, kura-kura selalu membawa cangkang berbentuk bak cucian di punggungnya. Begitupun dengan keturunannya.
Lalu, sang ibu memanggil laba-laba. Tapi, laba- laba juga tidak segera datang. “Aku sibuk merajut sarang, Bu. Ibu pasti bisa menunggu,” jawab laba-laba.
Sang ibu kesal pada laba-laba yang tidak juga datang memenuhi panggilannya. Ibu pun mengutuk laba-laba, “Semoga kau dan seluruh keturunanmu terus merajut tanpa henti. Tapi, sarang hasil rajutanmu tidak akan bertahan lama karena akan dirusak manusia dan binatang lain.”
Sejak saat itu, laba-laba dan keturunannya selalu merajut sarang yang indah.Tapi, sarangnya itu tidak bertahan lama dan mudah rusak.
Tinggal satu anak yang belum dipanggil, yaitu lebah. Saat lebah mendengar panggilan ibu dari kamar tidur, ia segera menemui ibunya.
“Ibuku yang malang. Aku harus segera menemui dan menemaninya,” kata lebah sambil terbang menemui ibunya.
Ibu sangat senang sekali melihat lebah memenuhi panggilannya. Ia tersenyum lembut menyambut lebah.
“Anakku yang manis, semoga engkau dan seluruh keturunanmu bisa menghasilkan sesuatu yang paling manis dan berguna bagi semua makhluk,” kata sanng ibu.
Sejak saat itu, Iebah selalu membuat madu yang sangat manis. Selain manis, madu juga bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Itulah balasan bagi Iebah yang sayang kepada ibunya. Sementara, kedua saudaranya yang tidak menunjukkan kasih sayang pada ibunya, akhirnya mendapat kutukan.
Pesan Moral dari Cerita Rakyat Dari Luar Negeri adalah sayangilah ibumu dan jangan menolak saat ia meminta pertolongan. Sebab, ia adalah orang yang telah melahirkan dan merawat dirimu dari kecil hingga dewasa. Tuhan akan menghukum anak yang durhaka kepada ibunya.
Kumpulan Dongeng Fabel Nusantara : Mengapa Tidak Ada Harimau Di Kalimantan?
Suatu hari, pada masa lampau, raja harimau mengumpulkan pasukan harimaunya. Mereka membahas kelaparan yang sedang melanda Pulau Jawa.
Harimau muda berkata, “Rajaku, makanan di Pulau Jawa mulai habis. Kita harus mencari persediaan makanan ke pulau lain.”
Raja harimau pun diam menyimak kata-kata harimau muda. Lalu, ia memotong sehelai kumisnya. Harimau muda segera mengambil potongan kumis sang raja.
“Kalian pergilah ke Pulau Kalimantan dan bawalah kumisku itu. Katakan pada penduduk Kalimantan bahwa mereka harus menyediakan kita makanan. Jika tidak, kita akan menaklukkan pulau mereka!” kata raja harimau.
Prajurit harimau yang berjumlah empat puluh ekor, langsung pergi menuju Kalimantan. Mereka mengarungi lautan hingga akhirnya berlabuh di Pulau Kalimantan.
Namun, mereka kaget sekali karena hanya menemukan seekor kancil kurus di bibir pantai. Kancil pun segera berlari. Tapi terlambat, tubuhnya yang gemetaran sudah dikelilingi empat puluh harimau.
“Kau mata-mata, ya?” tanya panglima harimau.
“Bukan, aku bukan mata-mata. Aku hanya kebetulan lewat,” kata kancil.
“Di mana rajamu? Kami datang untuk meminta makanan. Jika rajamu menolak, kami akan menaklukkan pulau ini. Lihat ini, ini potongan kumis dari wajah raja kami,” kata harimau muda.
“Ya ampun, kumis ini besar sekali. Raja harimau itu pasti sangat besar dan keji,” kata kancil dalam hati sambil memungut kumis raja harimau.
Kancil tidak tahu harus menjawab apa. Sebab, di Kalimantan tidak ada raja. Kancil memutar otak mencari akal.
“Aku akan membawa kumis ini kepada rajaku. Kalian beristirahatlah dulu,” kata kancil.
Kancil pergi menuju ke dalam hutan. Saat sedang berpikir, kancil melihat sahabatnya, landak. Kancil mendapat ide cemerlang.
“Hei, Landak. Kemari kau!” kata kancil. “Aku butuh durimu. Satu saja,” kata kancil. “Buat apa?” jawab landak.
“Ini semua demi keselamatan seluruh binatang di Kalimantan,” kata kancil.
“Baiklah, jika ini begitu penting,” kata landak sambil mencabut durinya yang paling panjang dan tajam.
“Hati-hati, duriku sangat tajam,” kata landak mengingatkan kancil. Kancil pun segera pergi membawa duri landak yang dimasukkan ke dalam mulutnya.
Sementara itu di pantai, para harimau masih tertidur. Kancil membangunkan panglima harimau. Lalu, panglima harimau dan pasukannya segera bangun dan mengepung kancil.
“Kau sudah bicara dengan rajamu dan menyampaikan pesan kami?” kata panglima harimau.
“Iya, tentu saja. Rajaku sudah siap berperang melawan kalian,” kata kancil sambil menggigit duri landak sehingga kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak teratur.
“Apa?” tanya harimau tua kaget.
“Sebagai buktinya Sri baginda raja mengirimkan kumisnya untuk kalian.” kata kancil sambil memuntahkan duri landak dari mulutnya dan menyerahkannya pada para harimau.
“Puahh! Berat sekali kumis ini,” lanjut kancil.
“Ini kumis rajamu?” kata para harimau dengan nada suara yang tidak keras dari biasanya.
“Iya, itu kumis paling kecil dari wajah raja kami.la menerima tantangan kalian,” kata kancil.
“Kita harus melapor kepada raja secepatnya,” kata harimau muda.
Para harimau segera pulang. Setibanya di Jawa, mereka menemui raja harimau. “Ada kabar apa dari Kalimantan?” tanya raja harimau.
“Yang Mulia, saat tiba di sana, kami bertemu salah satu pejabat istana mereka. Kami menyampaikan pesan Anda melalui dirinya. Pejabat istana itu membawa hadiah kumis dari wajah rajanya,” kata harimau muda sambil menyerahkan duri landak.
Raja harimau memerhatikan duri landak yang disangkanya sebagai kumis Raja Kalimantan. Ia berusaha membengkokkan duri landak yang keras dan menyentuh ujung durinya yang tajam. Tapi, tidak bisa dibengkokkan. Raja harimau diam sejenak, lalu berkata, “Aku telah berubah pikiran. Pulau Kalimantan terlalu jauh. Kita ke Sumatra saja untuk berburu gajah.”
Sejak saat itu hingga kini, tidak ada harimau di Pulau Kalimantan. Itu semua berkat kecerdikan si kancil yang memanfaatkan duri si landak.
Pesan moral dari cerita hewan fabel adalah Jadilah anak yang cerdik dan banyak akal. Tetaplah tenang saat menghadapi persoalan. Jika tidak tenang, kamu tidak akan mendapatkan solusi dari permasalahanmu.
Ikuti Cerita Rakyat Luar Negri Terbaru Terbaik yang telah kakak posting sebelumnya pada artikel kakak berikut ini cerita rakyat luar negeri