Cerita rakyat Kancil dan Buaya sudah menjadi sebuah cerita klasik berjenis fabel yang dikisahkan dari zaman ke zaman. Cerita ini mengisahkan banyak hal mengenai hewan Kancil yang cerdik dan kawanan buaya.
Cerita ini juga sering disebut sebagai cerita pengantar tidur legendaris yang sejak zaman dulu selalu dijadikan kisah pengantar tidur untuk si kecil. Seperti apa kisah kancil dan buaya? Yuk simak kisahnya!
Cerita Rakyat Kancil dan Buaya
Cerita rakyat kancil dan buaya bermula ketika suatu hari hewan bernama Kancil merasa perutnya sangat lapar. Ia sudah mencari makanan di sekitar tempatnya berteduh namun ia tak kunjung menemukan makanan.
Ia terus menerus mencari makanan tapi tak kunjung menemukannya. Hingga ia melihat sebuah sungai yang di seberangnya terdapat ladang mentimun luas. Ia pun terpikir untuk ke seberang sungai tersebut.
Hanya saja yang menjadi kendala adalah kancil tidak bisa berenang sehingga tidak dapat dengan mudah ke seberang sungai yang ingin ia tuju.
Kancil terdiam cukup lama sambil sesekali menyeruput air sungai untuk membuat tenggorokannya tidak haus lagi. Hingga kemudian terpikir di otaknya suatu ide yang akan ia lakukan.
Kancil mendekati buaya dan berjalan berlenggak – lenggok di dekat buaya. Buaya yang merasa tubuhnya si kancil sangat menggoda pun berniat menyantapnya. Ketika sudah dekat dengan si kancil, kancil bertanya pada buaya tersebut, “Kau ingin menyantapku buaya?”
Tentu saja buaya mengiyakan.
“Eits, tunggu dulu! Coba lihat tubuhku. Aku masih kurus kering karena belum makan dari pagi. Tubuhku ini hanya mengandung tulang belulang saja sehingga kau tak akan merasa kenyang jika menyantapku. Bagaimana jika aku makan dulu agar kau bisa lebih kenyang menyantap tubuhku yang nantinya tidak akan sekurus ini?” Kancil yang cerdik mencoba membuat suatu penawaran.
Buaya pun termakan rayuan si kancil. Ia pun menjawab, “Ya sudah, aku akan menunggu kamu selesai makan dan baru memakanmu nanti.”
“Aku ingin makan sih, tapi di sini tidak ada makanan yang bisa ku makan. Coba lihat! Di seberang sana ada kebun mentimun luas yang banyak sekali makanannya. Aku ingin makan di sana sebelum kau menyantapku. Kalau aku sudah puas makan mentimun, tubuhku akan gemuk dan penuh kandungan air sehingga kamu akan merasa lebih kenyang menghabiskan tubuhku. Bisakah kau mengantarku kesana Buaya?”
Buaya pun menyanggupi hal tersebut. Hanya saja karena tidak mungkin seekor buaya tersebut mengantar kancil sampai ke tepian sungai, Kancil mengajukan ide lagi agar buaya tersebut memanggil kawanannya dan Kancil akan menyeberang di punggung kawanan buaya tersebut.
Buaya pun menyanggupi hal tersebut namun dengan masih berusaha mengingatkan kancil tentang janjinya.
“Baiklah, aku dan kawananku akan menyanggupi permintaanmu. Namun ingat, jangan pernah kau mengingkari janjimu!” Kancil pun mengangguk tanda setuju.
Setelah kawanan buaya tersebut berjajar, Kancil berlari di atas satu per satu punggung buaya sembari menghitung berapa banyak kawanan buaya tersebut.
“Aku sambil menghitung ya Buaya, agar nanti aku bisa memberi tahumu bagaimana membagi tubuhku yang gendut setelah makan nanti sama rata untuk kalian semua. Satu, dua….” Teriak kancil sambil menyeberang di atas punggung buaya.
Akhirnya Kancil pun tiba di seberang sungai dan mengucapkan terima kasih kepada buaya. Kancil pun segera berlari ke arah kebun mentimun dan menyantap satu per satu buah yang ada di sana. Sementara buaya masih menunggu si Kancil di pinggiran sungai sambil melihat gerak – geriknya.
Cukup lama si Kancil menyantap timun tersebut namun ia tak kunjung kembali. Sementara buaya sudah mulai gusar menanti Kancil yang terkesan berusaha menghindar.
Karena sudah mulai tak sabar, buaya berteriak kepada Kancil, “Cepat kau ke sini! Aku sudah lapar ingin menyantapmu?”
Kancil pun pergi ke tepian sungai menghampiri buaya namun ia cukup berusaha menjaga jaraknya. Kancil pun berkata, “Buaya, setelah aku pikir – pikir sepertinya tubuhku ini tidak cukup deh untuk disantap kalian semua yang berjumlah banyak itu.
Jadi sepertinya aku harus menginap di sini dulu untuk satu malam dan besok pagi kamu baru bisa menyantapku. Jadi, sampai jumpa besok ya!”
Buaya merasa tertipu. Namun ia dan kawanannya masih berusaha berpikir positif. Esok paginya, buaya kembali ke pinggir sungai namun Kancil tetap tidak ada.
“Bajingan dia! Dia menipuku setelah aku membantunya menyeberang sungai” ucap buaya tersebut menyadari bahwa dirinya sudah tertipu.
Pesan moral dari cerita rakyat Kancil dan Buaya
Dari cerita fabel yang sudah seringkali menjadi dongeng pengantar tidur ini, pesan moral yang bisa petik adalah :
- Dari Kancil, kita belajar untuk bisa menggunakan kepandaian dan kecerdikan yang dimiliki di jalan yang benar.
- Dari buaya kita belajar untuk tidak mudah percaya dengan tipuan dan rayuan orang lain karena bisa jadi orang lain berusaha memanfaatkan kita setelah tahu kelemahan kita.
Ingin tahu dongeng tentang Kancil lainnya? Baca : Dongeng Kancil dan Tikus, Dongeng Anak Kaya Pesan Moral
Baca juga : Dongeng Kancil dan Cicak Badung, Antara Kecerdikan dan Sikap Suka Mencuri
Demikian sedikit informasi yang kami dapat sampaikan terkait cerita rakyat Kancil dan Buaya. Semoga apa yang kami sampaikan di atas menjadi informasi yang membawa manfaat dan pesan moralnya bisa kita teladani.