Salah satu cara menstimulasi otak anak yang bisa dilakukan orang tua adalah membacakan dongeng sebelum tidur. Salah satu dongeng yang direkomendasikan untuk dibacakan kepada anak sebelum tidur adalah Dongeng Kancil dan Tikus.
Tentunya dongeng yang satu ini termasuk sebuah dongeng yang kaya pesan moral di dalamnya. Seperti apa kisah Kancil dan Tikus? Anda bisa baca kisah selengkapnya berikut!
Dongeng Kancil dan Tikus
Di sebuah hutan, hidup dua ekor kancil yang bersaudara. Kakaknya bernama Manggut, sementara adiknya bernama Kanca.
Namun meski kancil tersebut bersaudara, keduanya memiliki sifat dan karakter yang sangat berbeda. Manggut sang kakak memiliki kepribadian pemalas, jahil dan suka berbohong. Sementara Kanca, sang adik memiliki kepribadian rajin dan baik hati.
Suatu hari, Manggut sedang kelaparan dan ia mencari makanan di sungai kecil yang dangkal. Hanya saja, ia tidak menemukan makanan di sana. Sebenarnya Manggut ingin menyeberang ke sungai lain untuk mencari makan, hanya saja karena ia memang pemalas ia mengurungkan niatnya tersebut dan lebih memilih menahan rasa laparnya.
Sesampainya kembali di rumah, Manggut mencuri makanan milik Kanca, adiknya. Karena makanan Kanca sudah dicuri Manggut, ketika Kanca hendak makan ia pun terkaget karena makanan yang selesai dicarinya habis. Kanca pun bertanya kepada Manggut, “Kak, dimana makananku?”.
Manggut pun menjawab seolah tak mencuri makanan Kanca. Dengan nada berbohong, ia mengatakan “Aku tidak tahu. Mungkin saja makananmu dicuri Tikus”.
Kanca diam namun ia tak yakin kalau makanannya dicuri Tikus. Tahu bahwa adiknya masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan, Manggut pun menegaskan “Masa kamu tidak percaya dengan kakak sendiri sih”.
Alhasil, Kanca pun percaya dengan ucapan Manggut. Namun ternyata tanpa sepengetahuan Manggut, Kanca mencoba memanggil Tikus ke rumahnya dan menanyai mereka. Melihat Tikus datang, raut wajah Manggut memucat karena takut ketahuan.
Kanca pun bertanya, “Tikus, apa benar kamu yang kemarin mencuri makananku?”
Tikus pun menjawab, “Hah, mencuri makanan apa? Makanan yang mana? Bahkan berpikir saja aku tidak pernah!”
Tiba – tiba Manggut menyela pembicaraan mereka dan berusaha memojokkan Tikus “Ah, Tikus! Kamu membela diri saja. Sudah, Kanca! Dia itu pasti berbohong!”.
Namun ternyata Kanca percaya dengan ucapan Tikus bahkan meski Manggut berusaha memengaruhinya.
“Ya sudah deh kalau memang kamu tidak mengambil. Mumpung kamu berada di sini, aku minta tolong ya ambilkan makanan untukku di seberang sungai sana. Aku tadi juga mengambil makanan dari sana”.
Tikus pun menurut dan memenuhi permintaan Kanca. Kemudian ia membuat sampan untuk digunakan pergi menyeberang ke tepi sungai. Sementara Manggut cepat – cepat menyeberang sungai juga. Ia akan memasang perangkap tikus supaya Tikus terjebak dan tak bisa kembali.
Setelah sampan selesai dibuat oleh tikus, Tikus pun berlayar menyeberang dengan sampan tersebut. Ketika hampir mendekati tepi sungai, tikus melihat ada perangkap terpasang di tepian. Ia sangat yakin kalau Manggut yang memasang perangkap tersebut untuk dirinya.
Tak mau kalah dengan akal bulus Manggut, Tikus tiba – tiba saja mendapatkan ide gemilang. Tikus melompat dan berpura – pura jatuh tenggelam ke dalam sungai. Tikus pun berteriak, “Manggut, tolong aku Manggut! Aku hampir tenggelam, aku tidak bisa berenang!”.
Manggut pun segera menolong tikus. Tikus berpura – pura terlihat lemas dan meminta Manggut mengantarkannya ke seberang sungai. Sesampainya di sana, tikus kembali meminta Manggut menemaninya mengambil makanan.
Akhirnya mereka berdua tiba di tepian dan berjalan bersama. Manggut sepertinya lupa dengan perangkap yang ia pasang sebelumnya. Ia terus saja berjalan tanpa memperhatikan sekitar dan tiba – tiba saja kakinya terperangkap dengan jebakan yang ia buat sendiri. Manggut pun berteriak kesakitan.
Tikus kaget dengan teriakan Manggut dan segera menolong. Dengan sangat hati – hati, Tikus melepaskan perangkap yang menjepit kaki kanan Manggut. Darah pun keluar dari kaki yang lecet tersebut.
Sembari menahan rasa sakit, Manggut berterus terang kepada Tikus, “Tikus maafkan aku ya sudah menuduhmu mencuri. Sebenarnya aku yang telah mencuri makanan milik Kanca. Aku juga yang membuat perangkap ini untuk menjebakmu. Maaf ya Tikus”.
Tikus pun memaafkan Manggut dan meminta agar Manggut berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut lagi. Manggut setuju karena telah menyesal dan tidak akan mengulangi perbuatan tersebut di kemudian hari. Ia pun berterima kasih kepada Tikus karena mau memaafkan dan mengobati lukanya.
Pesan moral dongeng Kancil dan Tikus
Dari kisah ini kita bisa belajar dari Manggut untuk tidak menjadi orang yang malas dan tidak suka menuduh orang lain atau melempar kesalahan kita pada orang lain karena hal tersebut tidak terpuji.
Sementara dari Tikus, kita belajar untuk tidak memiliki sikap sumbu pendek dan mudah marah. Kita juga belajar dari Tikus untuk menjadi orang yang mudah memaafkan orang lain apapun kesalahannya dan memberikan pelajaran atau mengingatkan orang yang salah dengan cara yang baik.
Ada dongeng tentang Kancil lainnya?
Kalau bicara tentang dongeng Kancil, ada banyak cerita tentang Kancil yang bisa diambil pesan moralnya. Selain dongeng Kancil dan Tikus, dongeng kancil lainnya adalah dongeng kancil dan siput. Baca : Dongeng Anak Siput dan Kancil
Kancil juga memiliki cerita yang berkaitan dengan seekor cicak badung. Ceritanya bagaimana, baca : Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung
Baca juga : Dongeng Kancil dan Buaya : Cerita Fabel Paling Terkenal
Itulah kisah dongeng Kancil dan Tikus yang kaya dengan pesan moral. Jadikan kisahnya sebagai pelajaran baik untuk menjalani kehidupan selanjutnya.