Cerita Rakyat Batu Belah Batu Betangkup Asal Riau

Batu Belah merupakan sebuah tempat wisata di daerah Kampar, Riau yang masih dilestarikan sampai sekarang. Dibalik keberadaan tempat wisata Batu Belah, ternyata ada cerita turun temurun dibaliknya. Cerita tersebut dikenal sebagai cerita rakyat Batu Belah Batu Betangkup.

Secara garis besar, cerita rakyat Batu Belah Batu Betangkup merupakan cerita tentang seorang ibu yang kecewa dengan tingkah laku anaknya yang nakal. Kisah selengkapnya seperti apa bisa Anda simak dalam informasi berikut!

Cerita Rakyat Batu Belah Batu Betangkup

Di sebuah desa, hidup seorang janda tua bernama Minah yang memiliki tiga orang anak. Ia memiliki dua orang anak laki – laki dan satu orang anak perempuan. Minah sangat menyayangi ketiga anaknya itu.

Sebagai seorang janda, Minah berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan hidup ketiga anaknya sendiri. Ia selalu bekerja keras tanpa kenal lelah untuk dapat menghidupi diri dan ketiga anaknya. Sayangnya, anak – anak Minah merupakan anak yang pemalas dan nakal.

Tidak ada satu pun dari mereka yang berniat membantu meringankan beban ibunya. Ketiga anaknya hanya suka bermalas – malasan dan bermain saja. Jika dinasehati, anak – anaknya akan membantah. Padahal kondisi Bu Minah sudah semakin tua. Karena itu, Bu Minah seringkali bersedih karena kelakuan anak – anaknya itu.

Hingga suatu hari, Bu Minah sakit parah. Ia memanggil ketiga anaknya untuk memasak makan malam karena hari itu, Bu Minah sedang tidak sanggup untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Hanya saja, hinga matahari hampir terbenam, anak – anaknya tidak ada yang melakukan tugas sesuai permintaan Bu Minah.

Mereka tetap saja asyik dengan dunianya, bermain, dan bermalas – malasan. Akhirnya, Bu Minah dengan kondisi yang masih sakit itu terpaksa untuk memasakkan makan malam untuk dirinya sendiri dan ketiga anaknya.

Mendapat perlakuan yang sama terus menerus dan merasa ketiga anaknya tidak pernah berubah, Bu Minah pun merasa tidak tahan. Ia memutuskan mengunjungi batu keramat di tepi hutan. Bu Minah berlutut sambil menangis di sana, memohon agar batu tersebut menelan dirinya karena ia sudah tidak sanggup hidup seperti ini.

Bu Minah berteriak sambil memohon pada batu keramat tersebut, “Batu Belah Batu Betangkup, engkau adalah yang disucikan di sini, tolong aku! Telanlah diriku! Aku sudah sangat lelah dan tak sanggup hidup bersama ketiga anakku. Mereka tidak pernah menghargai dan menghormatiku sedikitpun.”

Tak butuh waktu lama, Batu Belah Batu Betangkup terbelah dan dengan sekejab langsung menelan Bu Minah. Hanya rambut panjang Bu Minah saja yang tersisa di sana.

Sementara di rumah, anak – anak Bu Minah merasa lapar dan mencari keberadaan ibunya. Mereka merasa lapar tapi tidak ada yang memasak. Karena itu barulah mereka sadar bahwa ibunya tidak ada di rumah. Ditunggu beberapa saat, ibunya tak kunjung pulang.

Karena alasan itu, ketiga anak Bu Minah mencari ibunya menyusuri aliran sungai dan masuk ke dalam hutan. Hingga akhirnya ia sampai di depan Batu Betangkup yang sudah terbelah dan mereka sadar bahwa masih ada rambut ibunya terurai di sela – sela batu tersebut.

Mereka pun sadar bahwa ibunya sudah tidak ada lagi. Mereka memohon kepada Batu Belah Batu Betangkup untuk melepaskan ibunya. Di situlah baru mereka sadar bahwa sekarang tidak ada lagi yang menyayanginya seperti ibu, tidak ada lagi yang akan memasakkan makanan untuk mereka, dan mereka kehilangan ibunya.

Ketiga anak tersebut terus menerus menangis di depan Batu Betangkup. Awalnya Batu Betangkup tidak merespon apa pun, baru ketika ketiga anak tersebut berjanji untuk akan selalu menghormati ibunya dan tidak akan semena – mena lagi terhadap ibunya, Batu Betangkup merespon.

“Baiklah kalau itu mau kalian. Aku akan melepaskan ibu kalian dan mengembalikannya pada kalian. Tapi, patuhilah janji kalian, jangan diingkari.” Kata Batu Belah Batu Betangkup.

Bu Minah pun dilepaskan dan ia berkumpul bersama ketiga anaknya. Setelah kejadian itu, Bu Minah diperlakukan baik oleh anaknya. Ketiga anaknya berubah dan menjadi anak yang rajin, patut, menurut, dan menghargai ibunya.

Pesan moral cerita rakyat Batu Belah Batu Betangkup

Cerita rakyat Batu Belah Batu Betangkup memberikan pelajaran bahwa setiap anak harus bersikap baik, patuh, dan menghormati orang tuanya. Jangan sampai menyesal di kemudian hari ketika sudah kehilangan, hormati dan sayangi selagi ada.

Cerita tentang hubungan orang tua dan anak semacam ini cukup banyak. Selain cerita rakyat Batu Belah Batu Betangkup, ada juga cerita anak durhaka yang sangat terkenal di Sumatera Barat yaitu legenda Malin Kundang. Mau tahu kisahnya seperti apa? Baca : Cerita Rakyat Malin Kundang, Kisah Legenda Tentang Anak yang Durhaka

Selain itu juga ada cerita tentang Legenda Batu Menangis dari Kalimantan Barat yang mengisahkan mengenai anak yang tidak tahu diri terhadap ibunya. Baca : Legenda Batu Menangis, Kisah Putri yang Durhaka pada Ibunya

Itulah informasi yang kami dapat bagikan terkait cerita rakyat Batu Belah Batu Betangkup. Semoga menjadi kisah yang menginspirasi dan membuat kita sadar bahwa menjadi anak harus menghargai ibu dan patuh kepadanya, jangan sampai menyesal.