Cerita Rakyat Banten Dongeng Telaga Warna

Dongeng Telaga Warna pernah kakak ceritakan di blog kesayangan kita ini. Adik-adik dapat menemukan kisahnya di posting berikut ini Cerita Rakyat Telaga Warna. Kali ini kakak ceritakan kembali cerita rakyat Banten ini untuk kalian. Selamat membaca.

Legenda Rakyat Banten Dongeng Telaga Warna

Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan yang tentram dan damai bernama Kerajaan Kutatanggehan. Kerajaan tersebut di pimpin oleh Raja yang adil dan bijaksana bernama Prabu Sunarwalaya, Raja Sunarwalaya di damping oleh Permaisuri yang bernama Purbanamah. Namun, Raja dan Permaisuri belum juga mempunyai seorang anak. Mereka sudah cukup lama menikah. Raja sering sekali termenung sedangkan Permasuri hanya dapar mengeluarkan air mata.

Berbagai upaya sudah dilakukan, termasuk menggunakan ramuan-ramuan yang dimakan, baik oleh sang Raja atau pun Permaisuri. Banyak dukun yang sudah diundang dan membacakan mantera-mantera. Namun, itu usaha tersebut hanya sia-sia.

Beberapa penasehat kerajaan menyarankan Raja dan Permaisuri untuk memungut anak yatim. Karena, di kerajaan banyak anak yatim piatu, di antaranya adalah anak dari para prajurit dan perwira yang gugur di medan perang. Namun, Raja dan Permaisuri tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh para penasehat. Karena mereka berpikir, anak pungut pasti sangat berbeda dengan anak sendiri.

Suatu hari, Raja memutuskan untuk pergi bertapa, ia pergi bertapa kedalam hutan. Setelah Raja berminggu-minggu bertapa. Tiba-tiba, antara sadar dan tidak ia mendengar sebuah suara.

‘’ Hai Prabu, apa yang kamu inginkan? Sehingga kau datang kesini untuk bertapa?’’

‘’ Hamba menginginkan seorang anak’’ jawab sang Raja.

‘’ Bukankah kamu dapat memungut seorang anak?’’ Tanya suara itu.

‘’ Hamba menginginkan anak sendiri dan darah daging sendiri.’’ Jawab Raja lagi.

‘’ Jadi? Kamu hanya menginginkan anak sendiri?’’ Tanya suara itu.

‘’ Ya, bagaimana pun keadaannya. Anak sendiri lebih baik dari anak pungut.’’ Jawab sang Raja.

‘’ Baiklah jika itu yang kau inginkan. Sekarang, pulanglah!’’

Mendengar suara tersebut, Raja pun kembali pulang ke Istana. Beberapa waktu setelah kejadian tersebut. Permaisuri hamil. Seluruh kerajaan merasa sangat senang dengan kabar tersebut. banyak warga kerajaan yang mengirim hadiah kepada Raja dan Ratu sebagai bentuk rasa senang mereka. Akhirnya, hari yang ditunggu pun tiba. Permaisuri melahirkan seorang bayi perempuan. Kelahiran sang Putri di sambut dengan pesta tujuh hari tujuh malam. Sang Putri pun diberi nama Putri Gilang Rukmini. Untuk menyambut kelahiran sang Putri, banyak sekali warga kerajaan mengirimkan berbagai macam hadiah yang sangat mahal.

Sang Putri pun menjadi seorang remaja, ia sangat cantik. Namun, karena kehadirannya sangat di inginkan oleh ke dua orang tuanya dan oleh rakyat. Akibatnya, sang Putri berperangai sangat buruk, semua keinginannya harus dituruti. Jika di tentang, ia pasti akan marah besar. Ia pun selalu memerntah para pelayan semena-mena. Tidak jarang ia selalu bertingkah kasar dan menggunakan kata-kata yang tidak layak keluar dari seoran Putri.

Dongeng Telaga Warna Dari Banten
Dongeng Telaga Warna Dari Banten

Dongeng Telaga Warna

Walaupun seperti itu, Raja, Permaisuri dan Rakyat sangat mencintainya. Putri pun tumbuh semakin dewasa, ia semakin bertambah cantik. Pada usianya yang ke tujuh belas tahun, tidak ada Putri lain atau gadis dari kerajaan yang menandingi kecantikannya. Sebelum ulang tahunnya yang ke tujuh belas, rakyat memberikan hadiah kepadanya. Dari berbagai pelosok. Hadiah-hadiah tersebut berupa barang-barang yang sangat berharga. Seperti, emas, uang, perhiasaan-perhiasan dan permata.

Raja sangat berterimakasih kepada seluruh rakyat atas kecintaannya kepada Putrinya tersebut. ia hanya mengambil beberapa perhiasan dan permata. Perhiasan tersebut ia serahkan kepada tukang emas untuk dibuat menjadi perhiasan baru yang lebih besar dan lebih indah. dengan senang hati, seorang empu pembuat perhiasan emas membuat perhiasan berbentuk kalung yang sangat indah. kalung itu menggambarkan tanaman dengan daun-daun dari emas dan perak, serta bunga-bunga dan buah-buahan dari permata yang berwarna-warni.

Seluruh warga kerajaan benar-benar sangat menunggu penyerahan kalung tersebut kepada sang Putri pada saat ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Ketika tiba saatnya, berkumpullah warga Kutatanggeuhan di halaman istana. Mereka mengalah ke arah anjungan, tempat Raja dan keluarga istana. Tidak lama kemudian, Raja dengan di damping Permaisuri dan para bangsawan pun keluarlah dari dalam istana. Raja melambaikan tangan kepada rakyatnya dan di sambut sorak-sorai oleh mereka.

Sorak-sorai kembali ketika Putri Gilang Rukmini datan diiringi belasan orang inang pengasuh. Sang Putri sangat cantik bagaikan Bidadari. Karena, kecantikannya banyak orang terpesona dan berhenti bersorak-sorai.

‘’ Warga Kutatanggeuhan yang baik, sebelum upacara selamatan untuk menyambut usia tujuh belas tahun anakku, saya akan menyampaikan hadiah kalian untuk Putri Gilang Rukmini. Biarlah ia tahu, betapa besar cinta kalian kepadanya.’’ Kata sang Raja.

Mendengar hal tersebut rakyat pun kembali bersorak-sorai. Setelah tenang kembali. Raja membuka sebuah kotak yang berukir yang terbuat dari kayu cendana.dan mengeluarkan kalung buatan sang empu.

‘’ Anakku Gilang Rukmini, ini adalah sebuah hadiah dari warga kerajaan sebagai kegembiraan mereka karena saat ini kau sudah menginjak dewasa. Kalung ini adalah ungkapan kasih sayang mereka kepadamu. Pakailah Nak, supaya mereka melihat kau dapat menerimanya dengan gembira.’’ Ujar sang Raja.

Sang Putri pun menerima kalung tersebut. ia terdiam sejenak.

‘’ Jelek sekali kalung ini! Aku tidak suka.’’ Katanya melemparkan kalung tersebut.

Kalung itu pun putus berceceran. Hadirin membisu menyaksikan peristiwa itu. Tidak ada satu orangpun yang bergerak dan berkata-kata. Di tengan keheningan tersebut, terdengar suara isak tangis sang permaisuri. Rakyat pun ikut menangis terutama para wanita. Pada saat yang sama, suatu keajaiban terjadi.

Tiba-tiba, keluarlah air yang jernih, seakan bumi pun ikut menangis. Air itu pun keluar hingga menjadi mata air yang besar dan dalam waktu sekejap telah membentuk sebuah danau. Danau itu semakin lama semakin luas dan akhirnya menenggelamkan kerajaan Kutatanggeuhan dengan segala isinya.

Danau tersebut saat ini sudah surut, yang tertinggal hanyalah sebuah danau kecil ditengah-tengah hutan di daerah puncak, Jawa Barat. Nama danau tersebut adalah Telaga Warna.

Pada siang hari, air telaga tersebut berwarna-warni sangat indah. keindahan yang penuh warna tersebut sebenarnya bayangan hutan di sekeliling telaga dan langit biru di atasnya. Banyak orang yang mengatakan bahwa warna-warni itu datang dar permata bercerai-berainya kalung milik Putri Gilang Rukmini.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Banten Dongeng Telaga Warna adalah jangan jadi anak yang sombong dan suka merendahkan orang lain. Sifat sombong hanya akan membuat kamu dijauhi oleh teman-teman.

Baca cerita rakyat Nusantara lainnya pada artikel kakak berikut ini Cerita Rakyat Surabaya : Dongeng Asal Usul Surabaya

1 komentar tentang “Cerita Rakyat Banten Dongeng Telaga Warna”

Komentar ditutup.