Salah satu dongeng rakyat Sulawesi Tengah yang terkenal adalah Cerita Dongeng Putri Raja Banggai dan Tanduk Alam. Legenda Tanduk Alam sebagai pemuka agama yang tersohor diceritakan secara turun-temurun. Konon selain bijaksana dan cerdas, Tanduk alam juga dikenal sebagai orang sakti dan berwawasan luas. Bagaimana sepak terjang Tanduk Alam di Kerajaan Banggai? Apa pula hubungan Tanduk alam dengan Cerita Dongeng Putri Raja Banggai? Kita ikuti kisahnya bersama.
Cerita Dongeng Putri Raja Banggai dan Keberanian Tanduk Alam
Legenda Tanduk Alam – Cerita Rakyat Sulawesi Tengah
Tanduk Alam adalah seorang penyebar agama yang berasal dari Palembang. Dia dikenal orang yang bijaksana dan berwawasan luas. Untuk menyebarkan ajaran agama, ia berlayar sampai ke Negeri Banggai, Sulawesi Tengah.
Di tempat tinggalnya yang baru ini, ia bekerja sebagai ahli emas. Ia membuat bermacam- macam perhiasan emas dan salah satu pelanggannya adalah Adi Cokro, raja Banggai. Selain membuat perhiasan, Tanduk Alam juga mengajarkan agama dan memberikan nasihat kepada rakyat Banggai. Hal itulah yang membuat Baginda Adi Cokro menyukai Tanduk Alam. Menurutnya, Tanduk Alam membuat kehidupan rakyatnya menjadi Iebih balk.
Suatu hari, Baginda Adi Cokro kebingungan. Putri kesayangannya hilang. Ia segera mengerahkan empat orang basalo atau pembantunya untuk mencari sang putri. Setelah melakukan pencarian selama beberapa hari, para basalo itu melaporkan bahwa putri telah diculik oleh orang-orang Tobelo. Menurut kabar, putri disembunyikan di Pulau Sagu.
Orang-orang Tobelo melakukan itu atas perintah Raja Ternate karena ingin menguasai kerajaan Banggai.
“Pergilah ke Pulau Sagu. Selamatkan putriku,” perintah Baginda Adi Cokro kepada keempat basalonya.
Dengan membawa pasukan, keempat basalo itu berlayar ke Pulau Sagu. Terjadi pertempuran hebat antara pasukan Kerajaan Banggai yang dipimpin empat orang Basalo dengan pasukan dari Kerajaan Ternate. Walaupun pasukan Kerajaan Banggai bertempur dengan gagah berani, namun pada akhir pertempuran mereka gagal membebaskan sang Putri.
Pasukan musuh yang ada di Pulau Sagu sangat besar jumlahnya. Keempat basalo dan pasukannya yang masih tersisa kembali ke negeri Banggai untuk menghadap Baginda Adi Cokro.
“Maafkan kami Baginda, jumlah mereka jauh lebih banyak,” kata salah seorang basalo. Baginda Adi Cokro duduk termenung dengan wajah sedih, ia sungguh mencemaskan keselamatan putrinya.
Tiba-tiba basalo lain bernama Tano Bonunungan berkata, “Bagaimana jika kita minta pendapat Tanduk Alam? Ia adalah orang yang bijaksana dan cerdas, hamba yakin ia pasti dapat membantu kita.”
“Hmm, kau benar juga. Selama ini ia selalu membantu kita memecahkan masalah. Cepat kau panggil dia untuk menghadapku,” perintah Baginda Adi Cokro.
Tano Bonunungan segera bergegas menuju kediaman Tanduk Alam.
“Ampun Baginda, hamba siap menerima perintah dari Baginda,” kata Tanduk Alam saat menghadap Baginda Adi Cokro.
“Tolong temukan putriku, aku sangat mencemaskannya,” keluh Baginda Adi Cokro. “Baiklah Baginda, hamba akan berusaha membantu. Namun sebaiknya hamba tak usah membawa pasukan, karena semakin banyak pasukan akan semakin banyak pula korban yang berjatuhan,” jawab Tanduk Alam.
“Jika begitu, kami semua akan menemanimu,” sahutTano Bonunungan. Baginda Adi Cokro dan Tanduk Alam setuju.
Keesokan harinya, Tanduk Alam dan keempat basalo berangkat menuju Pulau Sagu. Mereka sudah memutuskan, bahwa hanya Tanduk Alam yang akan memasuki Pulau Sagu. Keempat basalo akan berjaga-jaga di perahu jika seandainya orang-orang Tobelo memergoki Tanduk Alam. Tak terasa, perahu mereka telah tiba di pinggir Pulau Sagu.
“Tanduk Alam, apakah tidak berbahaya jika kau pergi sendiri?” tanya salah seorang basalo. “Bila Tuhan mengizinkan, aku pasti bisa menyelamatkan tuan putri,” jawab Tanduk Alam.
Setelah berkata demikian, Tanduk Alam memanjatkan doa. Tiba-tiba, keajaiban terjadi. Tubuh Tanduk Alam menghilang dari perahu. Rupanya Tanduk Alam memiliki kesaktian untuk menghilang. Dengan mudahnya ia melewati orang-orang Tobelo yang menjaga rumah tempat persembunyian putri.
Tanduk Alam memasuki satu kamar. Dilihatnya, Putri sedang tidur. Dengan berbisik, ia membangunkan Putri.
“Putri, bangunlah. Aku diutus oleh Baginda untuk menyelamatkanmu.”
Putri mengucek matanya tak percaya, “Bagaimana kau bisa masuk ke sini? Dan bagaimana kita bisa keluar tanpa ketahuan?” bisik sang Putri.
“Percaya saja padaku. Sekarang pejamkan mata dan peganglah tanganku,” jawab Tanduk Alam.
Putri menurut saja. Ia memejamkan matanya, sambil menggenggam kedua tangan sang Putri, Tanduk Alam melayangkan doa. Sesaat kemudian, keduanya menghilang dari ruangan itu. Saat Putri membuka mata, mereka sudah berada di atas perahu. Keempat basalo itu terkejut bukan kepalang saat melihat Tanduk Alam dan Putri muncul secara tiba-tiba di samping mereka.
“Ayo Basalo, kita harus segera meninggalkan pulau ini,” perintah Tanduk Alam. Keempat basalo itu dengan sigap menuruti perintah Tanduk Alam, mereka segera berlayar kembali ke Negeri Banggai.
Baginda Adi Cokro menyambut kedatangan putrinya dengan suka-cita. Sebagai ucapan terima kasih, ia menawarkan hadiah pada Tanduk Alam.
“Sebutkan saja apa yang kau mau, aku akan mengabulkannya,” kata Raja.
“Hamba tidak memiliki keinginan muluk-muluk. Jika Baginda berkenan, hamba membutuhkan sebidang tanah untuk ditanami buah-buahan,” jawab Tanduk Alam.
Baginda Adi Cokro terkesan dengan permintaan Tanduk Alam yang sederhana itu. Ia segera memerintahkan prajuritnya untuk membuka lahan yang akan diberikan pada Tanduk Alam.
Beberapa tahun kemudian, lahan pemberian Baginda Adi Cokro telah berubah menjadi kebun buah-buahan yang subur.
Kebun itu tidak hanya membawa manfaat bagi Tanduk Alam sendiri, tapi juga pada orang-orang di sekitarnya. Mereka yang bekerja membantu Tanduk Alam mendapat upah atas jerih payah mereka.
Tanduk Alam juga tak pelit berbagi ilmu berkebun, banyak penduduk yang kemudian sukses menanam di kebun mereka sendiri. Sambil berkebun, Tanduk Alam tetap menyebarkan agama pada penduduk di sekitarnya. Tanduk Alam hidup di negeri Banggai hingga akhir hayatnya.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Putri Raja Banggai dan Tanduk Alam untukmu Sebaiknya kita tidak mengharapkan balasan saat melakukan kebaikan. Jika kita ikhlas melakukannya, niscaya kita akan mendapatkan balasan dari Tuhan berupa kemudahan dalam hidup.
Baca cerita menarik lainnya yaitu Dongeng Anak Dunia : Katak dan Putri Langit dan Kumpulan Cerita Dongeng Dunia : Kisah Putri Tidur.