Kekecewaan Hati Seorang Ibu menjadi latar belakang Cerita Dongeng Indonesia Bergambar yang akan kakak ceritakan malam hari ini. Cerita ini mengisahkan dua bersaudar yaitu O Bia Moloku dan O Bia Mokara yang tinggal di Maluku Utara. Apa yang terjadi pada kakak beradik tersebut? Kita ikuti Cerita Anak Indonesia ini bersama-sama.
Kumpulan Cerita Dongeng Indonesia Bergambar
Cerita Rakyat Maluku Utara : Kisah O Bia Moloku dan O Bia Mokara
Derai tawa dari sebuah rumah di daerah Tobelo mewarnai pagi itu. Penghuninya adalah keluarga kecil dengan dua anak bernama O Bia Moloku seorang gadis cilik yang cantik dan O Bia Mokara, adik laki-lakinya yang tampan.
Keluarga kecil itu hidup bahagia. Sang Ayah bekerja sebagai nelayan dan tentu pergi melaut selama beberapa hari. Sebagian hasil tangkapannya dimakan dan sebagian lagi dijual ke pasar. Jika ayahnya pergi, O Bia Moloku dan O Bia Mokara tinggal bersama ibunya. Kadang jika ibunya pergi ke kebun, O Bia Molukulah yang menjaga adiknya.
Seperti biasa, sebelum pergi melaut, sang Ayah akan meninggalkan persediaan makanan yang cukup. Salah satunya adalah telur ikan pepayana yang menjadi menu favoritnya. Ia berharap saat pulang nanti, telur ikan itu masih ada untuk ia santap.
“Hati-hati Pak, jangan terlalu lama melautnya. Kami semua akan merindukanmu,” pesan sang istri. Setelah memeluk dan mencium kedua anak- nya, pria itu pun pergi.
Keesokan harinya, sang istri bersiap untuk pergi ke kebun. Setelah menyiapkan makanan untuk kedua anaknya ia berpesan, “Anak-anak, Ibu pergi sebentar. Jika kalian lapar, makanan kalian sudah slap. Tapi ingat, telur ikan itu jangan dimakan, ya.”
“Memangnya kenapa, Bu? Kenapa kami tak boleh memakannya?” tanya O Bia Moloku.
“Sesuatu yang buruk bisa terjadi. Sudahlah, turuti saja pesan Ibu,” jawab sang ibu.
Setelah tinggal berdua, O Bia Moloku mengajak adiknya bermain. Mereka bermain sampai siang. O Bia Mokara mulai merengek karena lapar. Sambil menangis, ia menarik tangan kakaknya ke dapur dan menunjuk telur ikan.
“Jangan, Dik. Ibu bilang kita tak boleh memakan telur ikan itu. Kamu makan yang lain saja, ya?” bujuk O Bia Moloku. Tapi O Bia Mokara menolak, tangisnya semakin keras terus merengek meminta telur ikan.
O Bia Moloku mencoba menyuapi adiknya dengan lauk lain. Namun adiknya malah memuntahkannya. O Bia Mokara tetap bersikukuh ingin makan telur ikan. Karena tak tega, O Bia Moloku menyerah. Diambilnya telur ikan itu untuk lauk adiknya. Dalam sekejap, telur ikan itu habis tak bersisa. O Bia Mokara tertawa gembira. Hatinya senang karena perutnya telah kenyang. Ia pun kembali bermain bersama kakaknya.
“Ibu pulang! Hore…,” teriak O Bia Moloku menyambut sang ibu. Sang Ibu tersenyum kelelahan melihat tingkah anak-anaknya. Ia segera menggendong O Bia Mokara yang tampak rindu padanya. Dengan penuh kasih, disusuinya anak bungsunya itu. Sambil menyusui, ia bersenandung. Namun, senandungnya langsung berhenti saat ia melihat sisa telur ikan di mulut O Bia Mokara.
“Apa yang kau lakukan, Nak? Kau menyuapi adikmu dengan telur ikan?” tanyanya pada O Bia Moloku dengan wajah tegang dan tubuh gemetar menahan amarah.
“Iya, Bu. Ia menangis terus meminta telur ikan itu. Akhirnga aku berikan saja,” jawab O Bia Moloku.
Mendengar jawaban itu, sang Ibu langsung melepaskan O Bia Mokara dari pelukannya. Ia berlari keluar rumah meninggalkan anak-anaknya. O Bia Moloku kebingungan. Digendongnya adiknya lalu pergi menyusul ibunya.
“Ibu… Ibu… berhentilah. Adik menangis terus, ia minta susu,” serunya.
“Pulanglah lalu peras daun katang-katang. Kau akan mendapatkan air susu dari daun itu,” jawab ibunya sambil terus berlari.
O Bia Moloku menurut dan pulang ke rumah lalu memeras daun katang-katang. Setelah memberikan perasan daun katang-katang tiga kali, ia pergi mencari ibunya. Dilihatnya sang ibu hendak menerjunkan diri ke laut.
“Ibu… Ibu… jangan tinggalkan kami,” teriak O Bia Moloku.
Sang ibu tak menghiraukan panggilan anaknya. Ia terjun dan menemukan sebuah batu yang besar.
Karena besarnya, sebagian batu itu timbul di permukaan laut. Wanita itu naik ke atas batu tersebut dan berkata, “Bukalah supaya aku dapat masuk.”
Ajaib, batu itu terbelah dua dan ibu tersebut masuk ke dalam. Lalu ia berkata, “Tutuplah.” Batu itu pun menutup dengan rapat, menelan tubuh sang ibu.
O Bia Moloku dan O Bia Mokara hanya dapat menangisi kepergian ibunya. Kedua anak itu menyesal telah membuat ibu mereka marah. Entah apa yang akan mereka katakan saat ayah mereka pulang nanti.
Pesan dari Kumpulan Cerita Dongeng Indonesia Bergambar untukmu adalah Ingatlah selalu pesan dan nasihat dari orangtua. Hormati mereka seumur hidupmu.
Banyak Cerita Dongeng Indonesia Bergambar diantaranya adalah Cerita Rakyat Indonesia Paling Populer Dari Pulau Jawa dan 5 Cerita Rakyat Fabel Nusantara Dongeng Sebelum Tidur