Asal usul nama Bukit Baruwadi adalah cerita dongeng anak Gorontalo yang akan kakak ceritakan malam hari ini. Ceritanya cukup menarik untuk disimak dan bisa adik-adik ambil hikmah mana yang baik dan mana yang jelek. Ambil pesan moral yang baik dan jauhi perilaku yang buruk. Selamat membaca.
Cerita Dongeng Anak Gorontalo : Legenda Asal Muasal Nama Bukit Baruwadi
Dahulu kala, ada seorang pemuda yang pandai silat bernama Limonu. la pergi berguru pada seorang petinggi perguruan silat yang andal bernama Hemuto. Ketekunan Limonu membuatnya menjadi murid kesayangan Hemuto.
Pada suatu malam, Limonu diberi keris dan banggo peninggalan ayahnya oleh Ibu Limonu yang sudah tua.
“Ada suatu rahasia yang harus Ibu sampaikan kepadamu, Nak. Dulu, ayahmu adalah penguasa di daerah ini. Ketiga benteng yang ada di sini adalah warisan dari Ieluhurnya. Ayahmu ingin memperluas daerah kekuasaannya. la tidak mengindahkan pesan Raja Wadipalapa II, bahwa kedatangan kami ke sini bukan untuk memperluas wilayah kekuasaan, tetapi untuk meningkatkan kehidupan rakyat menjadi Iebih baik daripada Kerajaan Pinohu. Ayahmu berniat mendirikan kerajaan di daratan barat dan utara, sedangkan kakakmu Pahu menjadi pemimpin pasukan berani mati. Begitu berapi-apinya keinginan itu, akhirnya ayah dan kakakmu gugur dalam pertempuran ketika engkau masih dalam kandungan Ibu.”
“Siapa Iawan ayah waktu itu, Bu? Siapa yang membunuh ayah?” tanya Limonu.
“Pembunuh ayahmu adalah gurumu sendiri, Hemuto,” ujar Sang Ibu.
Limonu sangat terkejut. Kini, hatinya bimbang antara keinginan untuk membalas dendam dan rasa hormat kepada gurunya. la bertekad membalas kematian ayahnya dengan caranya sendiri.
Dengan berdalih kepentingan membela daerahnya, Limonu membentuk pasukan yang dibimbingnya sendiri. Pasukan itu kemudian terkenal di mana-mana, karena ketangguhan dan kesungguhan mereka dalam menolong orang lain. Ketika dirasa pasukannya sudah cukup tangguh, Limonu berniat memperkenalkan pasukannya kepada perguruan tinggi lain.
Dalam pertemuan dengan tokoh-tokoh dan guru silat termasuk Hemuto, Limonu berbicara kepada Hemuto.
“Guru, aku ingin bertanya kepada guru. Apa pendapat guru jika seorang ayah dan kakak mati terbunuh pada pertempuran memperebutkan kekuasaan. Apakah anak tersebut akan meneruskan pertempuran demi membalas kematian ayah dan kakaknya?” tanya Limonu.
Hemuto terkejut mendengar pertanyaan tersebut. “Jika aku katakan ya, langkah apa yang akan kamu ambil selanjutnya?”
Limonu masih bersikap tenang dan hormat, “Jika begitu, sekaranglah saatnya pertarungan itu dilanjutkan, tetapi hamba punya dua pilihan yang bisa guru pilih. Pilihan pertama adalah dengan bertarung yang artinya kita berperang antarpasukan. Siapa yang memang akan berkuasa di kedua daratan ini. Pilihan kedua adalah tanpa pertarungan. Hanya akal sehat kita yang bicara. Dalam hal ini, Guru menyerahkan kembali wilayah yang dulu dikuasai ayahku untuk kupimpin. Aku akan memimpin rakyat menuju kehidupan yang lebih baik sesuai dengan pesan Raja Wadipapala II kepada Guru dan ayahku. Dengan demikian, kematian ayah dan kakakku telah tertebus. Segala keputusan, hamba serahkan kepada Guru. Hamba hanya ingin melaksanakan kewajiban hamba, meskipun nantinya Guru akan memusuhi hamba.”
Hemuto merasa harga dirinya telah diinjak oleh muridnya sendiri. la memilih bertarung.
Dalam pertarungan ini, pasukan Limonu dibantu penduduk yang bersimpati atas jasa-jasanya, akhirnya bisa mendesak mundur pasukan Hemuto.
Benteng itu menjadi saksi adanya perang saudara yang memakan banyak korban. Peperangan berakhir ketika fajar menyingsing. Daratan barat mutlak menjadi kekuasaan Limonu. Rakyat sangat bersuka cita dan sangat mendukungnya. Limonu semakin terkenal di kedua daratan tersebut. Hal ini membuat hati Hemuto semakin panas. Apa lagi sejak kekalahannya di Bentang Otahana, rakyat tidak lagi menghargainya.
Suatu saat, Hemuto menyerang benteng Limonu dari segala penjuru. Saat itu juga Limonu menggulingkan batu batu besar dari atas bukif diiringi Iemparan-Iemparan batu oleh rakyat yang mendukungnya. Dalam bahasa Gorontalo, kejadian pelemparan itu disebut ‘ma dembenga to botu”. Penduduk melempar sambil berteriak teriak, “Dembenga!! Dembenga Timongoliyo!”” (Lempar!! Lempari mereka!).
Pasukan Hemuto berguguran. Beberapa pasukan yang sempat melarikan diri dikejar oleh rakyat sampai ke daratan utara. Peristiwa pertempuran dengan pelemparan batu tersebut menjadi nama sebuah desa, yaitu Desa Dembe I yang berasal dari kata dembenga (lempar). Tempat berakhirnya pengejaran pasukan Hemuto oleh pengikut Limonu di daratan utara menjadi Desa Dembe II.
Selama pertempuran antara Limonu dan Hemuto telah banyak jatuh korban dan bangkai bertumpuk di salah satu daratan dekat Pantai Limboto. Gundukan bangkai itu membukit dan bukit tersebut dinamakan Bukit Baruwadi.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Anak Gorontalo : Asal Usul Bukit Baruwadi adalah janganlah mengorbankan persaudaraan demi harta dan kekuasaan. membalas dendam dengan kekerasan hanya akan menimbulkan kerugian di kedua belah pihak.
Temukan cerita rakyat Gorontalo menarik lainnya pada posting di blog ini sebelumnya yaitu Daftar Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Terbaik.