Ringkasan Cerita Rakyat Pendek Jerman : Jorinde dan Joringel

Di hari ini kami akan bercerita satu ringkasan cerita rakyat pendek Jerman yang berjudul Jorinde dan Joringel.

Judul aslinya adalah Jorinde and Joringel merupakan salah satu cerita rakyat Jerman yang sangat terkenal.

Cerita ini semakin populer setelah di ceritakan kembali oleh Brothers Grimm

Ringkasan Cerita Rakyat Pendek Jerman : Kisah Jorinde dan Joringel

Ringkasan Cerita Rakyat Pendek Jerman Jorinde dan Joringel
Ringkasan Cerita Rakyat Pendek Jerman Jorinde dan Joringel

Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang penyihir tua yang tinggal di sebuah kastil di dalam hutan.

Peri itu sangat sakti sehingga bisa mengubah dirinya memnjadi bentuk apapun yang dia mau.

Siang hari biasanya dia pergi sebagai burung hantu atau menjadi kucing, namun di malam hari dia kembali menjadi sorang nenek tua lagi.

Jika ada seorang pemuda yang mendekati kastilnya, maka pemuda itu akan menjadi kaku tidak bisa bergerak sampai si penyihir datang membebaskannya.

Setelah di bebaskan dari sihir, pemuda itu tidak akan menemukan kastil itu kembali.

Jika yang mendekati kastil adalah seorang gadis, maka gadis itu akan berubah menjadi seekor burung.

Dan si penyihir akan memasukan burung itu ke dalam sangkar di kastilnya.

Di dalam kasti ada 7000 sangkar yang trgantung dan semua dengan burung-burung cantik di dalamnya.

Di tempat lain hiduplah seorang gadis yang sangat cantik bernama Jorinde. Jo

Dia lebih cantik dari semua gadis yang menjadi burung peliharaan nenek sihir.

Jorinde memiliki seorang kekasih bernama Joringel, dan mereka akan segera menikah.

Pada suatu hari mereka pergi berjalan-jalan di dalam hutan.

“Kita harus berhati-hati, aku mendengar di hutan ini tinggal penyihir jahat yang bisa mengubah kita menjadi hewan yang dia inginkan.” Joringel mengingatkan.

Namun hari itu adalah hari yang indah.

Matahari bersinar dengan terang di antara dahan-dahan pepohonan yang terlihat berwarna hijau gelap, dan udara hutan yang sejuk seperti memanggil mereka untuk terus masuk ke dalam.

Namun didalam hutan mereka mendengar suara burung merpati menyanyikan lagu yang sedih.

Jorinde terharu dan ikut menangis mendengar nyanyian tersebut.

Dia duduk di bawah sinar matahari sambil bersedih.

Joringel ikut menjadi sedih.

Dan saat mereka tersadar bahwa mereka sudah berjalan terlalu jauh kedalam hutan, mereka memandang sekeliling mereka.

Mereka sangat bingung, karena mereka tidak tahu ke mana arah untuk pulang.

Mereka tersesat.

Sementara matahari perlahan-lahan mulai meredup.

Saat Joringel melihat sekeliling, melalui semak-semak dia melihat dinding tua kastil yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka duduk.

Dia menjadi sangat terkejut dan mulai ketakutan.

Saat itu Jorinde menyanyi:

“Burung kecilku, dengan leher berwarna merah,

Menyanyi sedih, sedih, sedih,

Dia menyanyi seolah-olah bersedih bersama Merpati,

Menyanyi lagu sedih….”

Saat Joringel melihat ke arah Jorinde, Jorinde perlahan-lahan berubah menjadi seekor burung bulbul dan bernyanyi, “Jug, jug, jug.”

Seekor burung hantu dengan mata yang menyala, terbang mengelilingi burung bulbul tersebut dan berteriak tiga kali, “To-whoo, to-whoo, to-whoo!”

Joringel tidak dapat bergerak, dia berdiri di sana seperti sebuah batu, juga tidak bisa menangis ataupun berbicara, ataupun menggerakkan kaki dan tangannya. sementara itu, matahari sudah terbenam.

Burung hantu itu sekarang terbang menuju ke semak-semak, dan setelah itu keluar dari semak-semak dalam bentuk seorang wanita tua yang bungkuk, berkulit kuning, kurus, serta mata berwarna merah besar dengan hidung bengkok.

Wanita tua itu terlihat menyeramkan, ditambah suasana malah di hutan yang mencekam.

Dia seperti berbicara sendiri lalu menangkap burung bulbul, dan membawanya pergi dalam genggaman tangannya.

Joringel hanya bisa melihat kejadian itu, dia diam terpaku  tidak bisa berbicara ataupun bergerak.

Akan tetapi, akhirnya wanita tua itu datang kembali, dan berkata, “Saat bulan menyinari sangkar burung, biarkanlah dia bebas.”

Tidak lama kemudian, Joringel pun terbebas.

Dia segera berlutut dan memohon kepada wanita tua itu untuk melepaskan Jorinde, tetapi wanita tua itu mengatakan bahwa Joringel tidak akan pernah bertemu lagi dengan Jorinde, dan dia pun berlalu serta pergi meninggalkannya begitu saja.

Joringel memanggil, menangis, dan meratap, tetapi semua sia-sia, “Ah, apa yang harus kulakukan?”

Joringel kemudian meninggalkan tempat itu, dan akhirnya tiba di sebuah desa.

Di sanalah dia bekerja sebagai gembala domba dalam waktu yang cukup lama.

Dia masih sering berjalan dan berkunjung ke sekitar kastil, tetapi tetap menjaga jarak dengan kastil.

Akhirnya suatu malam dia bermimpi bahwa dia menemukan bunga berwarna merah darah, di tengah-tengahnya terdapat sebuah mutiara yang besar dan indah.

Dia bermimpi mengambil bunga tersebut dan membawanya ke kastil, dan dalam mimpinya segala sesuatu yang disentuh dengan bunganya, akan terbebas dari sihir.

Dia juga bermimpi bahwa dengan cara itulah dia bisa membebaskan Jorinde.

Di pagi hari, ketika dia terbangun, dia mulai mencari bunga seperti dalam mimpinya tersebut di atas bukit dan di bawah lembah.

Dia terus mencari, hingga pada hari kesembilan, pada pagi harinya, dia menemukan bunga yang berwarna merah darah.

Di tengah-tengah bunga tersebut, terdapat sebuah tetesan embun yang besar, sama seperti bunga dalam mimpinya.

Dia lalu melakukan perjalanan siang dan malam dengan membawa bunga itu menuju ke kastil.

Ketika dia berada dalam jarak seratus langkah, dia tidak menjadi patung tetapi dapat terus berjalan sampai ke pintu.

Joringel menjadi sangat senang, dia menyentuh pintu dengan bunganya, yang dengan segera terbuka setelah tersentuh bunga.

Dia berjalan melalui halaman, mengikuti suara kicauan burung-burung.

Akhirnya dia menemukan ruang di mana kicauan tersebut berasal, dan di ruang tersebut dilihatnya penyihir sedang memberi makan burung-burung di tujuh ribu sangkar.

Melihat kedatangan Joringel si Penyihir itu amat marah.

Dia murka dan marah serta menyemburkan ludah beracun terhadap Joringel.

Tetapi racun tersebut tidak bisa mengenain Joringel dan terhenti sekitar dua langkah dari tubuhnya.

Joringel tidak mempedulikan penyihir itu, dan memeriksa sangkar yang berisikan burung-burung untuk membebaskan Jorinde.

Namun Joringel bingung, ada ratusan sangkar yang berisi burung bulbul, bagaimana dia bisa menemukan Jorinde?

Sesaat kemudian, dia melihat wanita tua itu diam-diam mengambil sangkar yang berisikan seekor burung bulbul di dalamnya, dan pergi menuju sebuah pintu. Dengan cepat Joringel melompat ke arahnya, menyentuhkan bunga yang dibawanya ke sangkar yang dibawa oleh si Penyihir itu. Bunga itu pun disentuhkan terhadap tubuh wanita tua yang jahat itu.

Saat itulah sihir wanita tua seketika sirna.

Sekarang, si wanita tua tidak bisa lagi menyihir.

Jorinde yang telah berwujud seorang gadis cantik lagi, berdiri tidak jauh dari Joringel.

Setelah itu, Joringel pun menyentuhkan bunganya ke semua burung yang ada dalam ruangan itu. Tidak lama kemudian, semua burung telah berwujud menjadi manusia. Setelah kejadian itu, Joringel pun menggandeng Jorinde untuk pulang dan kembali ke dusun mereka. Di sana, mereka akhirnya hidup bahagia bersama.

Pesan moral yang dapat diambil dari Ringkasan Cerita Rakyat Pendek Jerman : Kisah Jorinde dan Joringel adalah kejahatan pasti akan dikalahkan oleh kebaikan. Dan jangan pernah memperjuangkan apa yang kita cita-citakan.

Baca juga dongeng Jerman terbaik kami lainnya yaitu:

Sumber:

https://fairytalez.com/jorinde-and-joringel/