Pertolongan Buaya Sakti dari Papua masuk dalam Kumpulan Dongeng Indonesia Pendek yang cukup populer disana. Cerita rakyat Papua biasanya mengandung cerita ajaib yang akan memacu imajinasi anak. Kisah buaya sakti dari Papua ini pun memperlihatkan seekor buaya sakti yang membantu manusia disaat sedang kesusahan. Pada dasarnya hewan tidak akan mengganggu selama mereka tidak diganggu oleh manusia. Oleh karena itu adik-adik harus selalu menjaga kelestarian alam sekitar, baik tumbuhan, hewan maupun lingkungan.
Kumpulan Dongeng Indonesia Pendek Dari Papua Terpopuler
Buaya Sakti – Cerita Rakyat Papua
“Aduh … aduh … perutku. Sepertinya bayiku sudah mau keluar,” rintih seorang perempuan kepada suaminya.
Towjatuwa, suaminya adalah pria gang baik hati. Karena cemas melihat kondisi istrinya yang kesakitan itu, Towjatuwa menggendong istrinya ke rumah tetangga yang biasa membantu orang melahirkan.
“Istrimu tak bisa melahirkan normal. Aku harus mengeluarkan bayinya lewat perut. Untuk itu, aku membutuhkan sesuatu yang tajam. Kau tahu Sungai Tami? Pergilah ke sana, di situ ada batu tajam yang bisa kugunakan untuk membantu istrimu,” kata tetangganya.
Towjatuwa semakin kalut. Ia tak tahan membayangkan perut istrinya diiris oleh batu tajam. Ia kasihan pada istrinya, tapi apa boleh buat? Mungkin itulah jalan satu-satunya.
Suasana Sungai Tami sepi sekali. Towjatuwa mulai mencari batu tajam tersebut. Ketika tengah sibuk mencari, tiba-tiba ia mendengar suara aneh di belakangnya. Bulu kuduk Towjatuwa langsung berdiri. “Suara apa itu, ya?” bisiknya.
Sedikit gemetar, ia menoleh ke belakang. Alangkah terkejutnya ia ketika melihatseekor buaya yang sangat besar sedang memandangi dirinya. Towjatuwa nyaris pingsan karena ketakutan. “Aduh, jika aku mati dimakan buaya ini, bagaimana nasib istriku?” pikirnya dengan kalut. Dia teringat dengan istrinya yang saat sedang akan melahirkan
Buaya besar itu berjalan mendekati Towjatuwa. Langkahnya pelan tapi pasti. Rupa buaya itu benar-benar mengerikan. Giginya terlihat runcing dan badan sebesar kerbau.
Tanpa pikir panjang, Towjatuwa segera mengambil langkah seribu. Namun saat ia hendak melarikan diri, buaya tersebut menyapanya. Suaranya ramah dan bersahabat, tidak seperti wajahnya yang menyeramkan.
Towjatuwa tertegun, “Kau bisa bicara? Apakah kau sejenis buaya sakti?” tanyanya.
Buaya itu tersenyum dan menjawab, “Jangan takut padaku. Namaku Watuwe, kau boleh saja menganggapku buaya sakti. Sebenarnya aku hanya ingin tahu, apa yang kau cari di sungai ini?”
Towjatuwa menghela napas. Entah kenapa rasa takut yang tadi menyelimutinya hilang, bahkan kemudian ia menceritakan keadaan istrinya serta perkataan tetangganya.
“Aku harus menemukan batu tajam itu,” katanya pada Watuwe.
Watuwe mendengarkan cerita Towjatuwa dengan saksama.
“Pulanglah. Kau tak usah mencemaskan istrimu. Aku akan menolongnya saat melahirkan,” jawabnya.
Mendengar perkataan Watuwe si buaya ajaib Towjatuwa menjadi sangat lega. Ia yakin, Watuwe si buaya sakti pasti menolongnya. Ia pun pulang dengan hati tenang.
Sesampainya di rumah, Towjatuwa menceritakan kejadian tersebut pada istrinya.
Sambil terus memegangi perutnya, istrinya menjawab, “Mungkin buaya itu dikirim Tuhan untuk menolong kita.”
Towjatuwa mengangguk, “Ya, ia berjanji akan menolongmu. Kau tak memerlukan batu tajam itu lagi.” Towjatuwa menjaga istrinya dengan baik. Ia menghibur istrinya jika merasa kesakitan.
Akhirnya saat melahirkan pun tiba. Malam itu istri Towjatuwa sudah tak tahan lagi. Perutnya benar-benar mulas. Ia harus melahirkan saat itu juga! Towjatuwa kebingungan, ia tak tahu harus berbuat apa. Tapi itu tak berlangsung lama karena Watuwe tiba-tiba muncul di hadapannya.
“Buaya sakti, tolonglah istriku. Ia sudah tak tahan lagi,” mohon Towjatuwa.
Dengan kesaktiannya, Watuwe membantu proses kelahiran anak Towjatuwa. Semuanya berjalan dengan lancar. Towjatuwa dan istrinya dikaruniai seorang bayi laki-laki yang sehat.
Towjatuwa bahagia sekali. Ia memeluk istrinya dan menggendong bayinya dengan mesra. Tak lupa ia berterima kasih pada Watuwe.
“Apakah kau sudah punya nama untuk bayimu?” tanya Watuwe pada Towjatuwa.
“Menurutku ia akan menjadi seorang pemburu yang andal,” kata Watuwe lagi.
“Benarkah?” tango Towjatuwa dengan girang. Wajahnya terlihat berseri-seri.
“Aku akan menamainya Narrowa. Apakah kau setuju, istriku?” tanya Towjatuwa sambil menoleh pada istrinya. Dengan tersenyum, istrinya mengangguk setuju.
Sebelum pulang Watuwe berpesan pada Towjatuwa, “Seperti yang sudah kubilang, kelak anakmu akan menjadi pemburu andal. Namun ingat, jangan sekali-kali mengizinkan ia membunuh atau memakan daging buaya. Aku sudah membantumu dan aku harap kau juga membantuku untuk melestarikan keturunanku.”
Towjatuwa mengangguk mantap. Towjatuwa dan anak-cucunya memenuhi janji tersebut. Bahkan mereka menyelamatkan buaya-buaya yang ada di Sungai Tami dari ancaman para pemburu.
Pesan moral dari Kumpulan Dongeng Indonesia Pendek untukmu adalah Berusahalah untuk membalas orang yang telah berbuat baik padamu. Jika memang belum mampu membalasnya, ingatlah selalu kebaikannya itu. Jangan pernah melupakannya.
Baca Cerita Dongeng Indonesia kami yang lain pada artikel Daftar Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Terbaik dan Kumpulan Cerita Dongeng Anak Indonesia