Kumpulan Cerita Rakyat Betawi Turun Temurun Paling Terkenal

Kami memiliki cukup banyak kumpulan cerita rakyat Betawi yang populer. Legenda rakyat Betawi ini diceritakan turun temurun dari mulut ke mulut. Kami sendiri merupakan keturunan Betawi yang pernah di ceritakan dongeng rakyat pendek Jakarta ini dari orang tua kami. Karena sangat terkenal beberapa cerita ini sudah dibuatkan filmnya.

Kumpulan Cerita Rakyat Betawi – Dongeng Jakarta Batavia Populer

Legenda Sepasang Pendekar Kemayoran

Alkisah pada masa penjajahan Belanda, di tanah Betawi hiduplah seorang kaya keturunan Tionghoa bernama Babah Yong. Pada suatu ketika, Babah Yong yang berdiam di daerah Kemayoran dirampok. Kejadian ini tentu saja mengagetkan warga Kemayoran. Sebagai orang yang dihormati, peristiwa nahas yang menimpa Babah Yong segera ditangani pihak keamanan.

Lurah Kemayoran bersama orang Belanda penguasa daerah itu yang bernama Tuan Ruys, segera mendatangi Babah Yong di rumahnya.

Tuan Ruys rupanya sudah memiliki tersangka di benaknya. Setelah mencermati jejak perampokan, ia berkata kepada sang Lurah.

“Tangkap Asni..”, ujarnya yakin. “Saya yakin sekali kalau ini perbuatan Asni..”, tambahnya dengan logat Belanda yang kental.

Walaupun tak yakin akan perkataan Tuan Ruys, sang Lurah tak dapat membantah. Ia hanya mengiyakan sambil menganggukan kepalanya.

“Baik, Tuan Ruys”, ujarnya singkat.

Asni adalah seorang pemuda yang terkenal gagah berani di Kemayoran. Sikapnya yang tegas seringkali dianggap sebagai pembangkangan oleh pihak Belanda.

Ia sama sekali tak mau menunjukkan rasa hormat kepada orang orang Belanda yang berkeliaran di kampungnya. Itulah sebabnya mengapa Tuan Ruys sebagai penguasa Kemayoran senantiasa mencari cari alasan untuk menangkapnya.

Pagi itu juga Asni yang sedang santai di rumahnya ditangkap.

“Apa salah saya ?”, katanya sambil mencoba melawan. Asni terkejut sekali ia dituduh merampok rumah Babah Yong. “Semalam saya di rumah..”, serunya marah.

“Banyak saksi yang melihat saya di rumah”, tambahnya dengan nada keras.

Penjelasan Asni sia sia. Opas kemayoran yang mendapat perintah dari Tuan Ruys segera memborgol tangan Asni dan membawanya pergi.

Di kantor Opas, Asni dihujani pertanyaan yang tak henti hentinya. Karena merasa dirinya sama sekali tak bersalah, Asni menjawab semua pertanyaan tanpa rasa takut sedikitpun.

“Berkali kali saya bilang saya di rumah semalam..”, katanya sambil memukul meja. Wajah Asni merah padam menahan amarah. Tetangga Asni yang menyusul ke kantor Opas kemayoran juga berteriak teriak di luar.

“Lepaskan Asni..!!, seru mereka. “Kita semua tahu persis dia ada di rumah semalam..”, tambah yang lain.

Mereka tak rela warganya diperlakukan semena mena.

Karena tak ada bukti, akhirnya Asni dilepaskan. Tuan Ruys yang merasa tak puas karena niatnya memenjarakan Asni gagal lagi, segera menghampiri Asni. “Kau boleh bebas sekarang, Asni..”, katanya sambil menatap Asni. “Tapi ingat, ada satu syarat yang harus kau penuhi..”, tambahnya lagi dengan suara berat. Meski tak menyukai Tuan Ruys, Asni mencoba menahan diri. “Syarat apa Tuan ?’, tanyanya ingin tahu. “Kau harus bisa menangkap perampok itu..”, kata Tuan Ruys. “Jika tidak, maka kau yang akan di penjara..”, tambahnya sambil menurunkan tongkat yang dikepit di ketiaknya. Meski tak setuju atas syarat itu, Asni mengiyakan saja. Ia juga ingin tahu siapa perampok yang berani mengusik ketenangan kampungnya. “Baik , Tuan Ruys”, ujarnya singkat sambil berlalu meninggalkan Tuan Ruys.

Keesokan harinya Asni pergi ke Marunda, sebuah daerah yang terletak tak jauh dari Kemayoran. Niatnya ingin mencari tahu sekiranya perampok yang beraksi di rumah Babah Yong berasal dari situ. Ketika melewati perbatasan antara Kemayoran dan Marunda, Asni dihadang oleh beberapa orang penjaga kampung.

“Hei anak muda, mau kemana kau ?”, tanya salah seorang penjaga mengagetkan Asni.

“Maaf bang, saya mau lewat…”, jawab Asni sopan.

Penjaga itu tersinggung pertanyaannya tak dijawab Asni. “saya tanya baik baik malah tidak dijawab”, katanya sambil berkacak pinggang.

Asni akhirnya berhenti melangkah.

“Saya mau ke Marunda, bang..”, jawab Asni singkat. Belum sempat Asni melangkah, salah seorang penjaga mendorong pundaknya agak keras sambil berkata.

“Mau apa kau kemari haaa… ? mau cari gara gara..?”, ujarnya seolah menantang Asni.

Semula Asni diam saja. Beberapa kali ia minta diijinkan lewat namun omongannya dianggap angin lalu. Para penjaga itu malah sibuk bertanya sambil bergantian mendorong Asni. Lama lama kesabaran Asni habis juga. Tak kala Asni terjatuh karena didorong terlalu keras, pemuda itu langsung berdiri dan balas mendorong.

Akhirnya perkelahian tak terelakkan lagi. Lima orang penjaga kampung itu menyerang Asni membabi buta. Namun demikian Asni  yang mahir silat dapat mengalahkan mereka dengan mudah.

Lima orang penjaga kampung itupun lari tunggang langgang. Mereka segera menemui  kang Bodong, seorang pendekar tersohor di Marunda. Kang Bodong yang merasa tersinggung karena warganya dikalahkan Asni, segera menemui Asni yang masih berada di sekitar pos jaga. Tanpa banyak tanya, kang Bodong langsung menyerang Asni.

Asni hanya menangkis saja jika diserang kang Bodong. Akibatnya kang Bodong menyerang Asni terus terusan hingga ia merasa lelah. Usianya yang tak muda lagi membuat tenaganya gampang terkuras. Kang Bodongpun menyerah kalah.

“Maksud saya kemari bukan mau mencari keributan”, kata Asni kepada kang Bodong. “Saya hanya mau mencari informasi soal perampok di rumah Babah Yong”, tambahnya lagi.

Asni yakin kang Bodong tahu siapa Babah Yong. Babah Yong memang terkenal sampai ke daerah daerah lain diluar Kemayoran.

Belum sempat kang Bodong menjawab, tiba tiba datang seorang gadis menyerang Asni. Sang gadis cukup lincah dengan gerakan gerakan silatnya yang menipu. Namun sayang, ketangkasan gadis itu masih terlalu mudah untuk dikalahkan Asni. Tak memakan waktu lama, Asni dapat melumpuhkan sang gadis.

Gadis itu malu sekali takkala bajunya tersangkut di cabang sebuah pohon pada saat ia melompat hendak menyerang lagi.  Dengan sigap, Asni menebas batang pohon itu dengan pedangnya hingga sang gadis terjatuh. Tubuhnya segera ditangkap Asni.

Asni tersenyum menatap sang gadis yang kini berada dalam gendongannya.

“Lumayan cantik juga..”, bisik Asni dalam hati.

Sang Gadis yang masih marah karena kalah bertarung malah semakin tersinggung melihat senyuman Asni. Dengan nada tinggi ia berkata “Ada apa senyum senyum ? cepat lepaskan saya..”, ujarnya sambil meronta melepaskan diri dari gendongan Asni.

“Mirah….Mirah….hahahahaha…. “, ujar kang Bodong sambil tertawa lepas. Rupanya gadis yang bernama Mirah itu adalah putrinya. “Kau berhak menikahi anak gadisku, Asni…”, kata kang Bodong sungguh sungguh sambil menatapnya.

“Aku sudah berjanji akan menikahi Mirah dengan pendekar yang mampu mengalahkannya..”, katanya lagi.

Asni terdiam sejenak. Ia tak menyangka tujuannya ke Marunda untuk mencari perampok malah membawanya menemukan jodoh. Asni melirik Mirah yang menunduk malu disamping ayahnya. Wajahnya yang cantik jadi terlihat tambah menarik. 

“Bagaimana ? setuju ?”, tanya kang Bodong mengagetkannya.

“Kalau Mirah mau saya setuju saja..”, jawabnya sambil tersenyum lebar.

Orang orang yang sedari tadi melihat pertarungan itu segera bersorak sorak. Mereka senang karena Mirah, pendekar dari Marunda menemukan jodoh seorang pendekar dari Kemayoran. Kang Bodong segera mengajak Asni ke rumahnya. Ia minta diceritakan apa maksud kedatangan Asni ke Marunda. Setelah mendengar cerita Asni, kang Bodong dan Mirah yakin kalau pelakunya adalah Tirta, seorang pemuda berandal di Marunda. Mereka tahu pasti kalau Tirta telah lama berniat merampok Babah Yong.

Pesta pernikahan Asni dan Mirah berlangsung meriah. Banyak tamu berdatangan dari Marunda dan Kemayoran. Lurah Kemayoran, Tuan Ruys, dan Babah Yong termasuk tamu yang menghadiri pesta itu. Tak dinyana, Tirta si perampok juga datang.

Ia datang bukan sebagai orang yang hendak memberi selamat kepada pengantin. Tirta datang untuk membunuh Asni. Ia sudah mendengar kabar kalau menantu kang Bodong itu berniat menyerahkannya pada opas Kemayoran.

Untunglah kang Bodong yang melihat kehadiran Tirta sudah siap siaga atas kemungkinan buruk yang terjadi. Kang Bodong berhasil menahan tangan Tirta yang hendak mengambil pistol dan menembak Asni. Tarik menarikpun terjadi antara kang Bodong dan Tirta. Tanpa sengaja pistol itu meledak di kantong Tirta. Peluru yang keluar bersarang di perutnya.

Suara tembakan mengagetkan seluruh undangan yang datang. Para wanita dan anak anak menjerit ketakutan. Beberapa orang yang berada disitu segera membawa Tirta yang bersimbah darah ke rumah sakit. Karena kehabisan darah, Tirta tak tertolong lagi. Ia meninggal di perjalanan.

Seminggu setelah pesta pernikahannya, Asni membawa Mirah ke Kemayoran. Kini warga Kemayoran merasa jauh lebih aman setelah kematian Tirta. Lagipula Kemayoran kini mempunyai dua orang pendekar yang merupakan pasangan suami istri Asni dan Mirah.

(Dari berbagai sumber)

Cerita Si Pitung Legenda Rakyat dari Betawi Lengkap

Dahulu di Betawi, ada seorang pendekar bernama Pitung. Ia adalah anak dari Bang Piun dan Mpok Pinah.

Ia sering dipanggil dengan sebutan Bang Pitung.

Bang Pitung adalah pendekar yang baik hati, patuh kepada agama, dan selalu menolong sesama.

Bang Pitung pun memiliki kesaktian yang luar biasa. Ia tak mempan ditembus senjata.

Tetangga-tetangga Bang Pitung hidup serba kekurangan. Bang Pitung pun merasa iba.

Apalagi orang-orang yang kaya justru semakin kaya, tanpa memedulikan rakyat yang miskin.

Kumpulan Cerita Rakyat Betawi Si Pitung
Kumpulan Cerita Rakyat Betawi Si Pitung

Baca kisah lengkap dongeng betawi ini pada link berikut ini Cerita Si Pitung Legenda Rakyat dari Betawi Lengkap

Cerita Rakyat Betawi Pendek : Dongeng Dari Jakarta Putri Keong Mas 

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang janda dan anak laki-lakinya yang bernama Ceceng. Mereka tinggal di sebuah gubuk tua yang didirikan di atas tanah sewaan, dari seorang tuan tanah. Suatu hari, ibu Si Ceceng sakit. Semakin hari sakit ibu Si Ceceng bertambah parah. Akhirnya, ibu Si Ceceng mengembuskan napas terakhirnya. Kini, Si Ceceng tinggal sendirian.

Keesokan harinya datanglah tuan tanah menagih uang sewa tanah. Si Ceceng memohon kepada tuan tanah untuk menangguhkan pembayarannya. Namun, tuan tanah sangat marah. Kemudian disuruhnya Si Ceceng mengerjakan sawahnya, sebagai ganti pembayaran sewa tanah. Permintaan tuan tanah disanggupinya sebagai pengganti utangnya.

cerita rakyat betawi pendek : Putri Keong Mas
cerita rakyat betawi pendek : Putri Keong Mas

Baca legenda rakyat betawi ini pada posting kami berikut ini Cerita Rakyat Betawi Pendek : Dongeng Dari Jakarta

Cerita Rakyat Betawi : Murtado Macan Kemayoran

Murtado tinggal di daerah Kemayoran. Parasnya cukup tampan, tapi yang terpenting adalah sikapnya yang santun dan berani membela orang yang lemah. Saat itu, keadaan di daerah Kemayoran kurang aman. Selain karena masih dijajah oleh Belanda, banyak pula gangguan dari jagoan-jagoan Kemayoran yang jahat. Mereka memeras rakyat kecil dan merampas hasil pertaniannya.

Sejak kecil, Murtado dididik dengan baik oleh ayahnya. Tak hanya ilmu agama dan pelajaran sekolah, tapi juga ilmu bela diri. Meskipun menguasai ilmu bela diri dengan baik, Murtado tak pernah sekali pun menyalahgunakan kemampuannya itu.

Cerita Rakyat Betawi Murtado Macan Kemayoran
Cerita Rakyat Betawi Murtado Macan Kemayoran

Untuk mengetahui hikayat rakyat ini dengan lebih lengkap silahkan klik link berikut ini Cerita Rakyat Betawi : Murtado Macan Kemayoran

Kumpulan Cerita Betawi : Si Jampang Dan Pangeran Sarif

Jampang adalah lelaki Betawi yang hidup pada masa Indonesia masih dijajah Belanda. Ia dikenal tinggi ilmu silatnya. Piawai pula memainkan golok untuk senjata. Sejak masih muda usianya, Si Jampang suka merampok. Hingga kemudian ia menikah, tetap juga kebiasaannya merampok itu dilakukannya. Bahkan ketika istrinya meninggal dunia dan anaknya telah beranjak remaja.

Meski dikenal sebagai perampok, Si Jampang tidak ingin anaknya itu mengikuti jejaknya. Ia menghendaki anaknya menjadi ahli agama. Maka, hendak dimasukkannya anaknya itu ke pesantren. Anak Si Jampang bersedia masuk pesantren dengan syarat ayahnya itu menghentikan tindakan buruknya. “Masak anaknya mengaji di pesantren tapi babehnya kerjaannya merampok? Apa kata orang nanti, Be?”

Kumpulan Cerita Rakyat Betawi Macan Kemayoran
Kumpulan Cerita Rakyat Betawi Macan Kemayoran

Baca cerita lengkap dongeng anak ini pada posting kami berikut ini Kumpulan Cerita Betawi : Si Jampang Dan Pangeran Sarif

Pesan Moral dan Kesimpulan

Jika kita benar maka kita tidak perlu takut dengan siapapun, namun jika kita salah maka berbesar hatilah dengan mengakuinya dan tidak mengulang kesalahan kembali.

Tolonglah orang yang kesusahan dan membutuhkan maka saat kamu menemui kesulitan maka kamu akan dibantu oleh Tuhan.

Sumber dan Planara Luar