Cerita Dongeng Anak Indonesia Semangka Ajaib menceritakan dua orang saudara kandung yang memiliki sifat yang berbeda. Mereka adalah Muzakir dan Dermawan. Cerita Dongeng Anak Indonesia Muzakir dan Dermawan berasal dari Kalimantan Barat. Adik-adik pasti menyukai cerita dongeng anak yang kakak ceritakan malam hari ini. Kisah Semangka ajaib diambil dari Kumpulan Cerita Dongeng Anak Sebelum Tidur yang Kakak miliki, jadi sudah pasti ceritanya seru dan memiliki pesan moral yang baik. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Silahkan membaca sampai selesai.
Kumpulan Cerita Dongeng Anak Indonesia dari Kalimantan Barat
Muzakir dan Dermawan sedang berduka cita. Ayah mereka baru saja meninggal. Dermawan, yang berhati lembut, tiap hari mendoakan ayahnya. Ia ingin ayahnya hidup berbahagia di surga. Lain halnya dengan Muzakir. Ia hanya sebentar saja bersedih. Hari berikutnya ia sudah kembali mengumpulkan uang. Ia tak pernah berpikir untuk mengirim doa pada sang ayah. Walaupun saudara kandung Muzakir dan Dermawan memiliki sifat yang sangat berbeda. Dermawan memiliki sifat adil, baik dan rajin. Sedangkan Muzakir sangat serakah dan kikir.
Semasa hidup, ayah mereka telah membagi harta dengan adil. Masing-masing mendapatkan bagian yang sama. Muzakir yang kikir segera memasukkan semua harta pemberian ayahnya itu ke dalam peti besi dan menguncinya. “He… he… sekarang aku bertambah kaya. Tidak ada yang bisa mengalahkan kekayaanku,” katanya dalam hati. Muzakir ingin menjadi orang terkaya di seluruh negeri. Untuk menambah hartanya, ia tak segan-segan membayar rendah para pegawainya. Juga jika ada saudara dan teman yang membutuhkan pertolongannya, dengan sombong ia akan mengusirnya.
Bagaimana dengan Dermawan? Uang dan emas peninggalan ayahnya disimpan dengan baik. Namun Dermawan tak pernah kikir. Tiap ada pengemis datang ke rumahnya, ia selalu menjamunya makan dan memberinya uang. Ia juga selalu menolong tetangga dan teman yang sedang kesusahan.
Kebaikan hati Dermawan terkenal hingga ke seluruh negeri, sehingga semakin banyak orang yang datang untuk memohon pertolongannya. Lambat laun harta Dermawan semakin menipis, akhirnya Dermawan jatuh miskin. Tapi, ia tak pernah mengeluh ataupun menyesal dengan perbuatannya selama ini. Ia hidup bahagia meskipun harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melihat keadaan adiknya, Muzakir hanya tertawa. “Awas, jangan pernah berutang padaku atau meminta bantuanku! Aku tak sudi menolongmu,” katanya suatu saat. Mendengar ucapan saudaranya Dermawan hanya tersenyum.
Suatu hari, Dermawan sedang duduk-duduk di depan rumahnya. Tiba- tiba, jatuhlah seekor burung kecil di kakinya. Burung itu tak bisa terbang, rupanya sayapnya patah. “Kasihan sekali… aku akan mengobatimu.” Demikianlah sifat Dermawan. Tidak hanya pada manusia, pada hewan pun ia menunjukkan kebaikannya. Ia merawat dan memberi makan burung itu dengan penuh kasih sayang. Beberapa hari kemudian, burung itu telah sembuh dan dapat terbang kembali. Lalu, burung itu meninggalkan Dermawan sambil mencicit-cicit seolah berpamitan. Dermawan lega, ia senang burung itu pulih kembali. Sebelum pergi, burung itu memberikan sebuah biji pada Dermawan. Sepertinya biji itu adalah ucapan terima kasihnya pada Dermawan. Dengan senang hati Dermawan menerima biji pemberian si burung kecil.
Dermawan menanam biji itu di kebun samping rumahnya. Ternyata biji itu adalah biji semangka. “Wah, jika buahnya banyak, aku bisa menjualnya ke pasar,” demikian pikirnya dalam hati. Tapi aneh, meskipun pohon semangka itu berbunga banyak, buahnya hanya satu. Ukuran buah semangka itu luar biasa besarnya. Bisa dibilang, ini adalah semangka raksasa. Karena semangka itu menebarkan bau yang harum, Dermawan memutuskan untuk segera memanennya. Buah semangka itu berat sekali, dengan usaha keras ia membawa semangka itu ke dapur. Ia membelah semangka itu menjadi dua. “Hmmm… sepertinya semangka ini lezat,” katanya. Tapi apa yang terjadi? Daging buah semangka itu tidak berwarna merah seperti pada umumnya, tapi kuning seperti emas. Butiran-butiran pasir berwarna keemasan tumpah dari dalam buah semangka itu. Syok, Dermawan pun melompat mundur “Apa ini? Semangka kok, seperti ini?” jeritnya kaget dengan keajaiban yang terjadi di depannya.
Setelah rasa kagetnya reda, ia mendekati semangka itu. Diperiksanya butiran-butiran tersebut. Ternyata butiran-butiran dari dalam semangka itu adalah emas! Dermawan Iangsung bersujud mengucap syukur pada Tuhan atas rezeki yang ia terima.
Hidup Dermawan pun berubah. Ia membeli rumah yang lebih besar dengan kebun yang luas. Siapa pun boleh datang dan makan di rumahnya. Kali ini, uang Dermawan tidak cepat habis, karena kebunnya dikelola dengan baik oleh para pekerjanya. Mereka sebelumnya adalah para pengemis yang sering datang meminta-minta. Kepada mereka, Dermawan menawarkan pekerjaan. Rupanya mereka punya keahlian berkebun, sehingga hasil panen pun melimpah ruah. Darmawanpun menjadi orang yang kaya.
Berita tentang Dermawan yang mendapat semangka emas rupanya sampai ke telinga Muzakir kakaknya. Karena itu ia datang berkunjung untuk menyelidiki asal-usul semangka emas itu. Tanpa berprasangka apa-apa, Dermawan pun menceritakan kejadian aneh yang ia alami pada Muzakir.
“Hebat kan Kak, seekor burung kecil saja tahu membalas budi. Apalagi kita manusia, seharusnga kita Iebih balk dari seekor burung,” kata Der- mawan.
“Eh.. oh… iya… benar,” jawab Muzakir gelagapan. Ia sedang asyik berpikir bagaimana caranya mendapatkan burung kecil yang sagapnya patah.
Sepulang dari rumah Dermawan, Muzakir segera memerintahkan para pegawainya untuk mencari burung kecil yang sayapnya patah. Namun usaha itu sia-sia. Muzakir mendapat ide lain “Aha… mengapa aku susah-susah mencari? Kenapa tidak ku katapel saja burung yang sedang terbang? Jika ia jatuh, pasti sagapnya akan patah.” Muzakir buru-buru mempersiapkan katapelnya. “Pletakkkk…” terdengar bunyi batu mengenai sesuatu. Ya, batu katapel Muzakir telah mengenai seekor burung kecil.
“Cit… cit… cit…” teriak burung itu kesakitan. Ia jatuh ke tanah dan menggelepar-gelepar tak mampu bangun. “Wahai burung kecil, apa yang terjadi padamu? Aduh kasihan sekali dirimu. Lihat, kau tak bisa bangun,” kata Muzakir sambil mengangkat burung itu.
Ia membawa pulang burung itu dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Dermawan. Persis seperti cerita Dermawan, Muzakir pun mendapatkan hadiah sebuah biji.
Hati Muzakir sangat gembira. “Sebentar Iagi aku akan mendapat semangka emas. Aku akan jauh Iebih kaya daripada Dermawan!” ucapnya girang.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Semangka milik Muzakir siap dipanen. Dibantu oleh para pegawainya, ia mengangkat semangka itu ke dalam rumahnya. Dengan hati-hati Muzakir membelah semangka itu. Dadanya berdegup kencang, rasanya inilah puncak kegembiraannya.
Tiba-tiba “Aaarrrgghhhh… tolonnngg…” Muzakir berteriak sambil melemparkan parangnya. Para pegawai terkejut. Mereka lari menghindari parang Muzakir yang melayang di udara. Sebelum mereka sadar apa yang terjadi, Muzakir berteriak-teriak “Lariii… Iariiii… ada ular, Iarii…” teriaknya. Rupanya semangka raksasa itu tidak mengeluarkan emas. Yang keluar justru ular-ular besar disertai lumpur hitam yang berbau busuk.
Semua orang yang melihat Muzakir berlari dan berteriak-teriak menjadi heran. Mereka menyangka Muzakir sudah gila. Tapi setelah itu tahulah mereka apa yang terjadi, mereka pun menertawakan Muzakir.
Sejak peristiwa itu, Muzakir menjadi sadar. Manusia tak mungkin mendapatkan hasil dari kecurangannya. Sekarang, Muzakir sudah berubah menjadi orang yang Iebih balk. Pelajaran dari burung kecil itu telah membuatnya berubah.
Pesan moral dari Kumpulan Cerita Dongeng Anak Indonesia Semangka Ajaib untukmu adalah Janganlah iri pada kesuksesan orang lain dan janganI berbuat curang untuk mendapatkan keinginanmu.
Jika adik-adik suka dengan artikel kali ini, kalian juga pasti suka posting kakak sebelumhya yaitu Kumpulan Cerita Anak Dongeng Nusantara dan Cerita Dongeng Sebelum Tidur Untuk Anak-Anak