Adik-adik, tahukah kalian bahwa pada zaman dahulu pernah terjadi banjir yang sangat dahsyat? Atau apakah kalian sudah pernah mendengar Kisah Nabi Nuh a.s.?
Banjir itu menggenangi hampir separuh permukaan bumi, dan bahkan menenggelamkan gunung-gunung tertinggi. Tak ada yang bisa selamat dari banjir itu, meski ia berada di puncak gunung tertinggi sekalipun.
Banjir itu terjadi pada zaman Nabi Nuh a.s. Banjir itu adalah azab dari Allah SWT terhadap umat Nabi Nuh yang ingkar dan menolak menyembah Allah SWT.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah), `Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih.”‘ (Q.S. Nuh [71]: 1)
Lalu, bagaimana dengan mereka yang menjadi pengikut Nabi Nuh dan menyembah Allah SWT? Apakah mereka juga tenggelam? Apakah mereka menjadi korban dari banjir luar biasa itu? Dan, jika selamat, bagaimana mereka bisa selamat?
Kisah Nabi Nuh a.s. Lengkap
Agar kalian tak penasaran, ikuti saja yuk, kisahnya berikut ini!
Nabi yang Sangat Penyabar
Nabi Nuh a.s. diutus oleh Allah SWT kepada umat yang sangat keras kepala dan ingkar kepada Allah SWT. Umat Nabi Nuh adalah kelompok manusia pertama yang menyembah berhala. Kepada kaum itulah, Nuh berusaha menyadarkan dan mengajak mereka untuk kembali menyembah Allah SWT.
Nabi Nuh diangkat menjadi rasul pada usia 480 tahun. Masa kenabiannya adalah 120 tahun dan berdakwah selama 5 abad. Dia mengarungi banjir ketika ia berumur 600 tahun, dan kemudian setelah banjir ia hidup selama 350 tahun.
“Hai umatku! Sadarlah! Apa yang kalian lakukan itu sia-sia. Mengapa kalian tidak menyembah Allah dan justru menyembah patung-patung batu itu?” seru Nabi Nuh.
Tapi, mereka sama sekali tak menghiraukan seruan atau dakwah Nabi Nuh a.s. Mereka tetap melakukan perbuatan yang sesat. Mereka yakin bahwa apa yang mereka lakukan itulah yang benar.
“Bukankah bapak-bapak kita zaman dahulu juga menyembah berhala, seperti yang kita lakukan sekarang? Apa yang salah? Bukankah ini sesuatu yang baik? Kita melanjutkan apa yang dilakukan bapak-bapak kita dulu,” sanggah mereka.
“Tidak! Yang kalian lakukan itu salah dan sesat. Hanya Allah SWT yang harus kalian sembah dan bukan berhala-berhala itu! Kalian semua telah tersesat oleh bujukan setan. Sadarlah! Bertobatlah dan sembah Allah SWT saja!” jawab Nabi Nuh.
Nama patung-patung terbesar yang disembah oleh umat Nabi Nuh a.s. adalah Wadd, Suwaa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr.
Sebenarnya itu adalah nama-nama orang saleh leluhur mereka yang sudah lama wafat.
Karena bujukan setan itulah, umat Nabi Nuh a.s. menamai patung-patung yang mereka buat dengan nama orang-orang saleh itu. Mereka percaya bahwa dengan menyembah patung-patung itu, berarti mereka telah berbuat kebaikan. Padahal, dulu orang-orang saleh itu menyembah Allah SWT.
Tak terasa, sudah lebih dari 900 tahun Nabi Nuh berdakwah kepada umatnya. Tapi, hanya sebagian kecil dari mereka yang sadar dan menjadi pengikut Nabi Nuh. Sebagian besar lainnya tetap ingkar. Golongan yang ingkar ini bahkan tak lagi menutupi kebencian mereka terhadap Nabi Nuh a.s.
Penghianatan Istri Nabi Nuh
“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing)” (QS. At Tahrim 10).
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata mengenai firman Allah di atas, “Pengkhianatan yang dimaksud bukanlah perbuatan zina (mereka serong atau selingkuh, pent.). Pengkhianatan istri Nabi Nuh yaitu ia mengatakan kepada kaumnya bahwa suaminya gila.
“Lempari saja Nuh, si tua aneh itu, dengan batu!” perintah seorang ayah kepada anaknya.
Begitulah, di mana pun mereka bertemu dengan Nabi Nuh a.s., mereka pasti akan berusaha mencelakai nabi Allah yang penyabar itu.
Tak hanya lelaki dan anak-anak, para wanita pun amat membenci Nabi Nuh a.s. Kebencian mereka terhadap Nabi Nuh a.s. sudah sedemikian parahnya. Mereka telah mewariskan kebencian tersebut dari generasi ke generasi.
“Ya Allah! Berilah hamba kekuatan dan kesabaran. Ya Allah! Sadarkan mereka!” doa Nabi Nuh a.s. kepada Allah SWT.
Nabi Nuh Mengadu Kepada Allah
Harapan Nabi Nuh a.s. agar umatnya sadar dan bertobat, tidak kunjung terjadi. Malah sebaliknya, mereka semakin berbuat sewenang-wenang kepada Nabi Nuh a.s. Mereka bahkan menganggap Nabi Nuh sebagai orang tua yang gila dan menyebarkan berita bohong ke penjuru negeri.
“Lihatlah si gila Nuh itu! Hendak ke manakah dia?”
“Yuk, kita ganggu dia!” ajak seorang anak lelaki kepada teman-temannya.
Mereka berlari menuju Nabi Nuh yang berjalan tertatih-tatih. Tentu saja, usia Nabi Nuh saat itu sudah uzur. Salah seorang dari anak-anak itu menarik keras baju Nabi Nuh a.s.
Alhasil, nabi Allah itu jatuh dan terjerembap ke tanah.
Namun, tak ada lagi iba atau perasaan bersalah yang hinggap di hati anak-anak itu. Mereka malah tertawa terbahak-bahak, merasa puas karena berhasil mencelakai Nabi Nuh a.s.
Nabi Nuh a.s. sadar bahwa kesempatan untuk mengajak umatnya dari kesesatan dan menyembah Allah SWT sudah tertutup.
“Yang masih anak-anak saja sudah sedemikian buruk perilakunya. Bagaimana nanti jika mereka besar? Tentu mereka akan menjadi lebih sesat,” pikir Nabi Nuh.
Karena perlakuan kejam kaumnya itu, Nabi Nuh a.s. berdoa meminta pertolongan kepada Allah SWT.
“Maka dia (Nuh) mengadu kepada Tuhannya, `Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah (aku).”‘ (Q.S. Al-Qamar [54]: 10)
Nabi Nuh juga berdoa agar mereka yang ingkar itu ditimpakan azab.
“Dan Nuh berkata, `Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan kafir.”. (Q.S. Nuh [71]: 26-27)
Kapal Nabi Nuh AS
AIlah SWT menjawab doa Nabi Nuh a.s. dengan memerintahkannya untuk membuat bahtera (kapal).
“Lalu Kami wahyukan kepadanya, ‘Buatlah kapal di bawah pengawasan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami datang dan tanur (dapur) telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam (kapal) itu sepasang-sepasang dari setiap jenis dan keluargamu, kecuali
orang yang lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa siksaan) di antara mereka….”‘ (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 27)
Nabi Nuh a.s. bingung karena dia tak tahu bagaimana cara membuat kapal.
“Bagaimana caranya membuat kapal? Belum pernah ada satu pun kapal yang dibuat di negeri ini,” gumam Nabi Nuh a.s.
Beragam pertanyaan yang muncul di benak Nabi Nuh tersebut sangat wajar. Negeri tempat tinggal Nabi Nuh dan umatnya tidak terletak di pesisir pantai, sehingga tidak ada bahtera, kapal, atau perahu di sana. Tentu saja, tak ada seorang pun di negeri itu yang memiliki keahlian membuat perahu. Tak ada yang bisa dijadikan guru oleh Nabi Nuh untuk membuat kapal.
Nabi Nuh a.s. merasa sangat bimbang dan bingung. Kemudian, Allah SWT mengutus Jibril untuk mengajari Nabi Nuh a.s. cara membuat kapal.
Nabi Nuh lalu mulai menebang pohon dan mengumpulkan kayu yang diperlukan untuk membuat kapal. Nabi Nuh membuat kapal itu seorang diri di sebuah bukit yang tak jauh dari rumahnya.
Melihat Nabi Nuh yang sibuk turun naik bukit untuk memindahkan kayu-kayu yang telah ditebangnya, orang-orang menjadi penasaran.
“Kira-kira apa yang dilakukan Nuh dengan mengangkat kayu-kayu itu ke bukit, ya?” pikir mereka.
Umat Nabi Nuh yang ingkar itu terperangah begitu mengetahui Nabi Nuh sedang membuat kapal di bukit. Karena keingkaran dan kebencian yang besar kepada Nabi Nuh, perbuatan Nabi Nuh tersebut mereka jadikan sebagai bahan olok-olok.
“Nuh kini telah beralih pekerjaan. Ia menjadi tukang kayu. Lihatlah dia, sedang membangun kapal besar di atas bukit sana “Dasar, si tua gila! Untuk apa dia membangun kapal besar? Sudah tahu lautan sangat jauh dari sini. Mau dilayarkan ke mana kapal sebesar itu?”
“Begitulah! Jalan pikiran orang gila susah kita mengerti.”
Nabi Nuh tetap membuat kapal tanpa menghiraukan hinaan itu. Akhirnya, kapal yang dibangun Nabi Nuh pun selesai. Tapi, Nabi Nuh masih menunggu isyarat dari Allah SWT tentang datangnya azab banjir besar itu.
Selama masa penantian itu, umat Nabi Nuh yang ingkar menjadikan kapal tersebut sebagai tempat mereka buang hajat.
“Daripada kapal sebesar ini tak terpakai, lebih balk kita manfaatkan sebagai toilet. Bagaimana menurutmu?” tanpa salah seorang dari mereka.
“Boleh juga! Pokoknya selama Nuh masih ada, kita tak akan berhenti mengganggunya,” ujar yang lain.
Nabi Nuh menggeleng-gelengkan kepala saat mengetahui perbuatan umatnya yang ingkar itu.
“Mereka sungguh keterlaluan!” batin Nabi Nuh. Beliau kemudian berdoa kepada Allah SWT agar mengazab umatnya yang ingkar itu.
Allah SWT pun mengazab mereka dengan membuat mereka sakit mata dan buta. Sambil merangkak dan meraba-raba, mereka datang ke rumah Nabi Nuh a.s. Mereka merengek-rengek ingin disembuhkan.
“Kalian memang tak tahu diri!” marah Nabi Nuh. “Jika kalian mau sembuh, pergilah ke kapal dan cari kotoran kalian sendiri-sendiri! Bersihkan kapal itu dari kotoran yang telah kalian buang di sana.”
Mereka pun bergegas ke kapal Nabi Nuh yang terletak di punggung bukit. Karena takut tersandung bebatuan, mereka berjalan dengan merangkak dan meraba-raba. Dalam sekejap, bukit tersebut dipenuhi manusia-manusia yang ingkar.
“Ah, aku mulai sekit bisa melihat!” teriak seseorang dengan girang setelah mengoleskan matanya dengan kotorannya sendiri.
Karena ingin penglihatannya cepat pulih, orang tersebut semakin giat mengoleskan matanya dengan kotoran itu. Perbuatan tersebut diikuti oleh yang lain. Bahkan, ada yang saling berebut kotoran itu, karena takut tak kebagian. Benar-benar menjijikkan! Tapi, itulah balasan yang setimpal untuk mereka.
Banjir besar di zaman Nabi Nuh a.s.
Kapal Nabi Nuh pun kini bersih dan terbebas dari kotoran umatnya yang ingkar tersebut. Mereka yang ingkar itu akhirnya juga sembuh dari kebutaan. Tapi, dasar keras kepala. Bukannya bertobat, mereka justru tetap menghina Nabi Nuh a.s.
Pada suatu hari, Nabi Nuh merasa banjir besar yang dijanjikan Allah sebagai azab akan tiba. Nuh melihat pertandanya dari tanur (tungku dari tanah liat yang digunakan untuk memasak roti) telah memancarkan air.
Nabi Nuh a.s. segera memerintahkan para pengikutnya untuk naik ke atas kapal. Tak lupa juga, binatang-binatang ikut masuk ke kapal Nabi Nuh dengan berpasang-pasangan.
Langit tampak mendung hitam pekat dengan kilat yang menyambar-nyambar. Suara guntur pun terus bergemuruh, menciutkan hati siapa pun yang mendengarnya. Betapa mengerikannya saat itu.
Hujan deras kemudian turun bagai dituangkan dari langit. Sementara dari dalam tanah, air memancar ke segala penjuru dengan dahsyatnya.
Perlahan, negeri tempat tinggal Nabi Nuh tergenang oleh air yang amat banyak. Kaum yang ingkar itu pun berteriak-teriak meminta tolong kepada Nabi Nuh.
“Nuh, tolonglah kami!”
“Nuh, kami bertobaaat! Kami percaya bahwa kamu adalah utusan Allah!”
“Nuh, berilah kami kesempatan untuk menjadi pengikutmu dan membenarkan perintahmu! Nuh, tolonglah kami!”
Namun, keputusan sudah ditetapkan. Allah SWT telah menurunkan azab-Nya untuk umat Nabi Nuh yang ingkar itu. Mereka hancur binasa, dilenyapkan Allah dari muka bumi. Anak nabi nuh yang durhaka bernama Kan’an, tak luput dari azab Allah tersebut.
Nabi Nuh dan para pengikutnya yang berada di dalam kapal selamat. Setelah banjir reda dan kapal mendarat di sebuah bukit, Nuh dan para pengikutnya turun dari kapal. Mereka melanjutkan kehidupan mereka sebagai orang-orang yang beriman dan berserah diri kepada Allah SWT.
Hikmah dari Cerita Nabi Nuh a.s.
Kita semua sebagai umat manusia manusia, tidak tahu dan tidak bisa apa-apa. Kecuali setelah Allah SWT mengajarkan ( mengilhamkan ) ilmu milik-Nya itu kepada kita. Demikian juga yang terjadi kepada Nabi Nuh dalam pembuatan bahtera besar tersebut!
Cerita Anak Islami Terbaik lainnya
- Sejarah Mukjizat Cerita Kisah Nabi Ibrahim AS
- Cerita Kisah Nabi Saleh AS – Dongeng Anak Islami
- Sejarah Kisah Nabi Hud AS – Cerita Anak Islami
- Mukjizat dan Kisah Nabi Nuh AS : Cerita Anak Muslim
- Cerita Anak Muslim : Kisah Nabi Idris AS
- Kisah Nabi Adam AS Dan Siti Hawa
- Cerita Anak Islami : Kisah Nabi Idris
- Cerita Anak Islami : Kisah Nabi Yahya