Dongeng anak dunia yang akan kakak posting di malam hari ini berasal dari Jepang dan China. Keduanya sangat layak untuk diceritakan malam ini sebagai pengantar si kecil tidur. Baca juga dongeng sebelum tidur kami lainnya, yang pastinya tidak kalah seru dengan cerita rakyat dunia kali ini. Selamat membaca.
Dongeng Anak Dunia : Kakek Pemekar Bunga
Pada jaman dahulu hiduplah sepasang kakek-nenek yang baik hati, mereka memelihara seekor anak anjing berwarna putih yang di beri nama shiro, dan membesarkannya layaknya seperti membesarkan anak sendiri. Pada suatu hari, anjing itu menggonggong sambil menggali-gali tanah di ladang.
“Gali di sini, guk, guk!” begitu kata anjing itu hingga membuat kakek terkejut. Dengan memakai cangkul, kakek menggali di tempat yang ditunjukkan oleh anjingnya. Di tempat yang digali ternyata ditemukan uang keping emas Kakek dan nenek begitu bahagia dan juga membagi-bagikan barang yang dibelinya kepada para tetangga.
Keberhasilan kakek dan nenek membuat iri sepasang suami-istri tetangga. Keduanya dengan paksa menyeret anjing milik kakek-nenek. Anjing itu disiksa agar mau menunjukkan lokasi harta. Namun setelah tempat yang ditunjukkan digali, di tempat itu hanya ditemui barang rongsokan, hantu, dan pecahan tembikar.
Keduanya menjadi sangat marah, dan memukul anjing itu dengan cangkul hingga mati. Kakek-nenek pemilik anjing juga dimaki-maki.
Kakek dan nenek yang baik hati merasa sangat sedih karena anjing itu dulunya dibesarkan seperti membesarkan anak sendiri. Anjing itu lalu dikubur di halaman rumah, dan dibuatkan sebuah makam untuknya.
Sebatang pohon ditanam di sisi makam untuk melindunginya dari angin dan hujan. Pohon ternyata tumbuh dengan cepat, dan menjadi sangat besar hanya dalam beberapa tahun.
Dalam mimpi, kakek dan nenek melihat anjing itu hidup kembali.
“Tebang pohon itu, dan buatkan aku sebuah lesung,” begitu pintanya.
Permintaan anjing itu dituruti. Keduanya kemudian membuat sebuah lesung dari kayu pohon yang tumbuh di sisi makam anjing. Dengan memakai lesung itu, kakek dan nenek menumbuk ketan untuk dibuat mochi. Ketika selesai ditumbuk, mochi berubah menjadi kepingan emas yang berlimpah-limpah.
Suami-istri tetangga kembali menjadi iri hati. Lesung mereka pinjam dengan paksa. Namun ketika dipakai, lesung itu bukan menghasilkan emas, melainkan kotoran yang bau. Keduanya menjadi sangat marah. Lesung dibelah-belah dengan kapak menjadi kayu bakar. Abu hasil pembakaran lesung diambil oleh kakek-nenek yang bermaksud mengupacarainya.
Dalam mimpi, anjing itu kembali muncul, dan meminta agar abunya disebarkan ke pohon sakura yang sudah mati. Kakek-nenek mengikuti pesan itu. Secara ajaib, pohon sakura yang telah ditebari abu segera berbunga. Seorang daimyo yang kebetulan lewat, takjub dengan keindahan bunga sakura yang sedang mekar. Kakek dan nenek dipujinya.
“Ayo kita mekarkan bunga di pohon yang sudah kering!” kata daimyo.
Suami-istri yang tamak ingin pula dipuji. Keduanya ikut menaburkan abu ke atas pohon, tetapi bukan bunga yang mekar. Abu yang ditebarkan malah masuk ke mata daimyo yang sedang berada di bawah pohon. Tetangga yang tamak akhirnya dihukum karena bertindak kurang ajar.
Dongeng Anak Dunia : Asal Mula Duabelas Shio Binatang
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang dewa. Pada tanggal 31 Desember pagi sebelum tahun baru, Sang Dewa menulis surat kepada binatang2 diseluruh negeri. Angin lalu menyebarkan surat-surat itu ke seluruh negeri. Dalam sekejap, para binatang menerima surat2 itu, yang isinya seperti ini:
“Besok pagi di Tahun Baru, aku akan memilih binatang yang paling dahulu datang kesini, dari nomor satu sampai dengan nomor duabelas. Lalu, setiap tahun aku akan mengangkat satu-persatu dari mereka sebagai Jenderal berdasarkan urutan”. Tertanda, Dewa.
Para bintang sangat bersemangat dan tertarik dengan hal itu. Mereka sangat ingin menjadi Jenderal. Tetapi, ada seekor binatang yang tidak membaca surat semacam ini, yaitu Kucing yang suka bersantai dan tidur. Ia hanya mendengar berita ini dari Tikus. Tikus yang licik menipunya dan memberitahu bahwa mereka harus berkumpul di tempat Dewa lusa tanggal 2 Januari, padahal seharusnya mereka berkumpul besok pagi tanggal 1 Januari.
Semua binatang bersemangat dan memikirkan tentang kemenangan, dan mereka semua tidur cepat. Hanya Sapi yang langsung berangkat malam itu juga, karena ia sadar bahwa ia hanya dapat berjalan lambat. Tikus yang licik melihatnya lalu meloncat dan menumpang di punggung Sapi, tapi Sapi tidak menyadari hal itu.
Pagi harinya, saat hari masih gelap, Anjing, Monyet, Babi Hutan, Harimau, Naga, Ular, Kelinci, Ayam, Domba dan Kuda semuanya berangkat berlari menuju ketempat Sang Dewa. Saat matahari mulai terbit, yang pertama kali sampai di tampat tinggal Dewa adalah…Sapi. Tapi kemudian Tikus melompat kedepan dan mendarat tepat dihadapan Dewa. Maka Tikus pun menjadi yang pertama.
“Selamat Tahun Baru Dewa.” kata Tikus kepada Dewa. Sapi pun menangis karena kecewa menjadi urutan ke dua. Di belakang mereka, tibalah Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Domba, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi Hutan datang berurutan. Dengan demikian mereka ditetapkan sebagai pemenang satu sampai dengan dua belas sesuai dengan urutan kedatangannya. Duabelas ekor binatang ini kemudian disebut dengan 12 Shio Bintang.
Para binatang itu merayakan kemenangan dan berpesta pora sambil mengelilingi Sang Dewa. Lalu, kucing datang dengan wajah yang sangat marah. Ia mencari Tikus yang telah menipunya sehingga ia datang terlambat.
Kucing pun berlari mengejar Tikus kesana kemari. Sejak itu mulailah era Duabelas Shio Binatang, dimulai dari yang pertama tahun Tikus, lalu Sapi, kemudian Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Domba, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi Hutan. Kucing yang tidak berhasil masuk kedalam Dua belas Shio Binatang sampai sekarang masih mengejar Tikus kesana kemari karena telah ditipu.
Baca juga cerita rakyat dunia lainnya pada posting kami berikut ini Dongeng Anak Dunia : Kisah Semut dan Belalang dan Dongeng Anak Dunia dari Jerman : Hansel dan Gretel