Dongeng Kancil dan Jerapah ini merupakan sebuah dongeng fabel yang menceritakan tentang bagaimana kehidupan seekor jerapah yang sombong dan suka bertindak semena – mena menghadapi kancil yang berusaha memberinya pelajaran.
Akankah kancil menang atau akankah jerapah yang menang dan tetap berperilaku sombong selamanya? Yuk baca dulu kisah dongeng Kancil dan Jerapah berikut!
Dongeng Kancil dan Jerapah
Di sebuah hutan yang ramai menjadi tempat tinggal ribuan hewan, hidup seekor jerapah yang bersifat angkuh dan suka semena – mena.
Ia merasa menjadi yang paling hebat dan gagah di hutan itu. Seringkali ia menampakkan lehernya yang panjang, dan kakinya yang jenjang sembari membanggakan diri.
Hal yang semakin membuat hewan – hewan lain di hutan itu jengkel adalah sifatnya yang suka menindas. Salah satu korbannya adalah domba dan kambing yang sedang kehausan.
Karena kehausan, ketika melihat sungai mereka merasa sangat bahagia dan segera mendekati sungai untuk meminum airnya yang segar. Keduanya tentu saja sangat berbahagia.
Hanya saja kebahagiaan tersebut tak berlangsung lama. Tiba – tiba muncul jerapah sembari berkata, “Kenapa kalian seenaknya meminum air di sungai ini? sungai ini bukan milikmu!”
Domba pun berusaha berani melawan jerapah dengan berkata, “Sungai ini juga bukan milikmu!”
Tak terima dengan domba yang melawan, jerapah mendorong tubuhnya menjauhi sungai. Domba dan kambing pun meninggalkan sungai dengan sangat kecewa.
Tak berhenti sampai disitu, keesokan harinya ketika domba sedang mencari makan tiba – tiba jerapah datang sembari menggosokkan kuku – kukunya ke bulu domba.
Jerapah berkata, “Jangan marah, bulumu bagus. Makanya aku ingin membuat kuku – kukuku semakin berkilau dan cantik seperti berlian dengan membersihkannya pada tubuhmu”.
Domba tentu saja kesal. Hanya saja, ia berusaha sekuat tenaga menahan amarahnya kala itu. Sepeninggal jerapah, domba yang kesal berusaha menceritakan kejadian yang ia alami ke hewan lainnya.
Ternyata, bukan hanya domba yang diperlakukan seperti itu oleh jerapah. Hewan lainnya pun juga.
Ketika semua hewan sedang asyik bercerita, kancil pun datang. Ia bertanya, “Kalian kenapa. Jerapah membuat ulah lagi?
Kambing yang sempat menjadi korbannya menjawab, “Ia. Coba lihat tubuhku yang kotor. Dia bahkan mendorongku sampai terjungkal tadi hanya karena dia ingin lewat tanpa diganggu jalannya oleh kehadiranku”.
Kancil menyahut, “Sombong sekali dia. Aku akan beri dia pelajaran.”
Kancil pun menemui jerapah. Ia pun menantang jerapah untuk lomba lari.
“Hei Jerapah! Kau penguasa hutan ini bukan? Kalau iya, kamu harus menerima tantanganku untuk lomba lari besok!”
“Ok. Siapa takut?, Aku akan datang. Lagi pula, kakiku panjang pasti aku akan menang. Jangan khawatir, aku akan datang!”. Kata Jerapah menanggapi Kancil.
Keesokan harinya, perlombaan pun dimulai. Kancil dan jerapah sama – sama mengambil start. Ketika peluit dibunyikan, Jerapah segera melesat. Demikian dengan kancil.
Kancil melesat dengan sangat cepat menyusuri berbagai pepohonan dengan gerakannya yang sangat lincah. Kecepatan kancil bahkan membuat Jerapah tak berekspektasi dengan hal itu.
Hingga tiba – tiba, si Jerapah terjatuh. Kancil yang mendengar suara jerapah terjatuh pun mendekatinya. “Kau kenapa? Jatuh?”, tanya Kancil memastikan.
“Aku terkena ranting pohon dan jatuh”, kata Jerapah sembari menahan rasa sakit di kakinya.
Meski Jerapah sering bersikap angkuh dan menyebalkan, Kancil tetap saja tidak tega membiarkannya kesakitan. Kancil pun menolong Jerapah dengan membopong badannya.
Setibanya di dekat kawasan Kancil, disambut dengan hewan – hewan lain, beberapa hewan yang ada bertanya memastikan keadaan. “Dia kenapa Cil?” kata rusa melihat Jerapah.
“Dia jatuh karena tersandung ranting pohon sewaktu lomba lari tadi.” ucap Kancil menjawab pertanyaan rusa.
Meski banyak hewan yang kesal dengan tingkah laku Jerapah selama ini, namun hewan – hewan di sana tetap memiliki rasa iba terhadap Jerapah.
Kambing membuat ramuan untuk Jerapah, sementara domba mengobati lukanya.
Jerapah pun bertanya, “Aku sudah menyakiti kalian. Kenapa kalian masih sangat baik kepadaku?”
Domba menjawab, “Bagaimana menjengkelkannya kamu, kamu tetap penghuni hutan ini dan kami sebagai sesama penghuni hutan wajib menolongmu.”
Mendengar jawaban itu, Jerapah menjadi tahu bahwa semua penghuni hutan sangatlah baik. Jerapah pun berkata, “Maafkan aku ya atas kesalahanku pada kalian. Aku janji, aku akan bersikap lebih baik dan tidak akan semena – mena lagi.”
Semenjak kejadian itu, hutan menjadi damai. Jerapah tidak lagi menyombongkan diri dan menjengkelkan. Semua hewan hidup rukun dan akur.
Pesan moral dongeng Kancil dan Jerapah
Setiap makhluk hidup di dunia ini adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan bantuan dan pertolongan orang lain. Karena itu berbuatlah baik kepada sesama dan jangan semena – mena terhadap orang lain ketika merasa diri paling kuat, paling sempurna, paling hebat, dan paling segalanya.
Ingin membaca cerita dongeng tentang Kancil lainnya? Baca : Dongeng Si Kancil dan Kura – Kura, Cerita Fabel Penuh Nasihat
Baca juga : Dongeng Kancil dan Tikus, Dongeng Anak Kaya Pesan Moral
Demikian informasi yang kami dapat bagikan kali ini terkait cerita dongeng Kancil dan Jerapah. Semoga dapat diambil intisari dan pembelajaran dari cerita dongeng di atas.