Dongeng Fabel terbaru memang selalu memiliki pesan yang tersirat yang bisa kita dapatkan. Seperti Dongeng Fabel Terbaru : Keledai Yang Suka Mengeluh kali ini, apa pesan yang disampaikan dalam Dongeng Fabel Terbaru : Keledai Yang Suka Mengeluh ini. Silahkan dibaca dengan seksama yaa..
Dongeng Fabel Terbaru : Kisah Keledai Pengeluh
Tersebutlah seekor keledai yang suka sekali mengeluh. Ia bekerja pada seorang petani, dan tugasnya sehari-hari adalah mengangkut sayur dan buah – buahan.
“Pekerjaanku sungguh tidak enak,” keluh si keledai. “Aku harus bangun pagi setiap hari, lebih pagi dari ayam jago. Padahal, aku ingin tidur dari pagi sampai sore. Belum lagi aku harus membawa sayur dan buah-buahan yang berat itu. Uh, benar-benar mengesalkan!”
Si keledai merasakan kian hari pekerjaannya kian berat saja. Padahal, sebenarnya tugasnya dari dulu sama saja. Pak petani tidak menambahkannya. Adapun si keledai merasakannya demikian karena ia terus mengeluh. Kalau kita terus-terusan mengeluh, pekerjaan apa pun memang menjadi terasa semakin berat.
Si petani lama-lama jengkel juga dengan kelakukan keledai. Ia tidak suka dengan binatang yang mengeluh seperti itu. Pak tani membatin, “Keledai itu sungguh keterlaluan! Ia mengeluh terus- menerus, padahal pekerjaannya terbilang ringan. Aku sudah memberinya makanan yang enak dan banyak, tapi ia sama sekali tidak mensyukurinya.”
Kejengkelan Pak Tani sudah mencapai puncaknya. Ia berniat untuk menjual si keledai. Dan kebetulan sekali, sahabatnya yang bekerja sebagai tukang kulit membutuhkan keledai untuk mengangkut-angkut.
“Apa kau berniat membeli keledaiku?” tanya sang petani. “Aku menjualnya dengan harga yang murah, sebab ia suka mengeluh.”
Si tukang kulit tertarik dengan keledai itu. Lagi pula ia sedang sangat membutuhkannya. Maka ia pun membawa pulang si keledai setelah membayar beberapa uang kepada si petani.
“Semoga ia menikmati pekerjaan barunya,” kata Pak Tani kepada si tukang kulit sebelum mereka berpisah. “Kau tahu, ia tidak bahagia bekerja denganku. Ia selalu mengeluh.”
Sesampainya di rumah si tukang kulit, si keledai langsung disuruh bekerja. Ia bertugas mengangkut kulit-kulit binatang. Selain berat, kulit-kulit itu juga bau. Hal ini membuat si keledai syok. Maka ia pun kembali mengeluh.
“Ya ampun… kalau tahu begini, lebih balk aku bekerja dengan si petani saja,” batin si keledai. “Di sana aku hanya mengangkut sayur dan buah-buahan yang beraroma segar, sementara di sini aku harus mengangkut kulit yang berat dan berbau busuk. Uh, aku benci bekerja dengan si tukang kulit!”
Lama-kelamaan si tukang kulit kesal dengan si keledai yang malas- malasan. Ia juga tahu bahwa keledai itu sering sekali mengeluh. Si tukang kulit tidak tahan lagi. Pekerjaannya kacau gara-gara si keledai. Ia berniat untuk menjual keledai itu, dan mencari keledai lain yang lebih rajin.
“Aku akan menjualmu!” seru si tukang kulit kepada si keledai.
“Yeah, jual saja aku,” batin si keledai. “Aku juga sudah tidak tahan lagi bekerja denganmu.”
Si tukang kulit membawa si keledai ke rumah seorang penambang batu-bara, sahabatnya. Kebetulan sekali, si penambang batu-bara memang sedang membutuhkan hewan pengangkut. Maka ia pun membeli si keledai dari si tukang kulit.
“Aku sudah berpesan kepadamu, keledai itu pemalas dan suka mengeluh,” kata si tukang kulit kepada si penambang batu-bara.
“Tidak masalah. Aku sudah biasa menghadapi hewan pemalas seperti ini,” jawabnya sambil memegang cambuk.
Si keledai langsung disuruh bekerja saat itu juga. Ia bekerja di dalam tambang yang gelap dan kotor. Tugasnya adalah mengangkut batu-bara yang jauh lebih berat daripada kulit hewan. Sedikit saja si keledai malas-malasan, maka si penambang batu bara akan mencambuknya.
“Tidak ada waktu untuk bersantai-santai di sini!” si penambang batu-bara membentak si keledai yang mulai tampak loyo.
“Duh, tempat ini seperti neraka!” batin si keledai. “Aku berharap bisa kembali bekerja di tempat pak petani. Bekerja di sana benar-benar enak, jauh lebih santai daripada di sini. Atau kembali bekerja di tempat si tukang kulit juga tidak apa-apa. Paling tidak ia tidak mencambukku meskipun aku malas-malasan bekerja.”
Namun, tentu saja harapan si keledai tidak terkabul. Ia harus terus bekerja di tambang itu. Kini si keledai hanya bisa menyesal karena dulu tidak mensyukuri pekerjaannya sewaktu masih tinggal di tempat Pak Tani. Itulah nasib bagi keledai yang malas-malasan dan suka mengeluh.
Pesan moral dari Dongeng Fabel Terbaru : Keledai Yang Suka Mengeluh ini adalah :
Syukurilah apa yang kita punya sekarang, dan jangan suka mengeluhkannya. Kita baru akan merasakan bahwa apa yang kita punyai itu begitu berharga saat kita sudah kehilangannya. Karena itu, penting juga agar kita selalu menjaga apa pun yang kita punya.