Musim kemarau tiba. Hal itu membuat monyet-monyet yang hidup di hutan kelaparan. Beberapa ada yang pergi ke rumah-rumah warga. Beberapa ada yang memilih pergi ke hutan lain untuk mencari makan.
Pemimpin monyet menyarankan warganya untuk tetap tinggal di hutan. Meskipun kemarau, namun masih ada beberapa tanaman yang bisa dimakan.
“Kalau kalian tak ingin membahayakan hidup kalian, maka dengarkan perkataanku,” seru pemimpin monyet.
Namun ada satu anak monyet yang nakal. Ia tak mengindahkan perkataan pemimpinnya. Beberapa hari yang lalu ia pergi ke rumah warga dan mencuri makanan di sana. Ia memakannya dengan lahap sehingga tak kelaparan lagi.
Hari ini anak monyet itu berniat pergi ke rumah warga lagi. Sesampainya di perkampungan, ia langsung memasuki salah satu rumah warga. Olala… di rumah itu tak ada makanan sama sekali. Dengan kesal, ia mengambil baju yang tergeletak di kursi.
Pemilik rumah yang melihat bajunya diambil langsung mengambil buah pisang dan melemparnya ke monyet. Monyet pun menangkap pisang itu, lalu melemparkan baju tersebut kepada pemilik rumah. Kemudian ia pergi untuk menikmati pisang yang dibawanya.
Selesai makan, Monyet kembali ke rumah salah satu warga. Olala… di sana ada stoples berisi permen. Monyet itu suka sekali permen. Kemarin ia juga merampas permen milik anak kecil yang sedang bermain.
Sayang, mulut stoples itu sangat kecil, hanya bisa dimasukki beberapa jari. Monyet tak peduli. Ia memaksakan tangannya masuk ke dalam staples. Alhasil, tangannya terjebak di dalam staples. Ia menggoyang-goyangkan stoples itu hingga terdengar oleh pemilik rumah.
“Tolong… tolong! Ada monyet liar di rumahku!” teriak pemilik rumah.
Warga yang mendengar teriakan pemilik rumah langsung menghampirinya. Mereka beramai-ramai menangkap monyet nakal itu.
Monyet itu menyesal, kenapa ia tak mendengarkan perkataan pemimpinnya. Kalau saja ia menjadi anak yang penurut, pasti ia tidak akan tertangkap oleh warga.
Pesan moral dari Dongeng Fabel India adalah jangan jadi anak nakal. Dengarlah selalu nasihat orangtua.