Dongeng cerpen bahasa Indonesia memang sudah banyak sekali kami terbitkan. Namun kali ini ada dua dongeng cerita pendek baru yang kami tambahkan ke blog ini, keduanya merupakan cerita rakyat dunia yang kami terjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Semoga kalian suka dengan dongeng pendek fabel ini. Selamat membaca.
Dongeng Cerpen Bahasa Indonesia : Permusuhan Singa dan Elang
Di sebuah padang rumput, ada seekor singa sedang menyantap makanan.
Tiba-tiba seekor burung Elang terbang rendah dan menyambar makanan kepunyaan singa.
Sang raja hutan, singa, sangat marah sehingga memerintahkan seluruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan perang kepada bangsa burung.
“Mulai sekarang segala jenis burung adalah musuh kita, usir mereka semua dan jangan ada yang disisakan,” kata singa.
Semua binatang menyetujui apa kata sang raja karena mereka merasa telah diperlakukan dengan buruk juga oleh bangsa burung.
Ketika hari telah malam, bangsa burung kembali ke sarangnya.
Kesempatan itu digunakan oleh para singa untuk menyerang bangsa burung dan burung-burung pun kalah.
Melihat bangsa burung kalah, kelelawar merasa cemas. Ia pun bergegas menemui singa, sang raja hutan.
“Hai raja aku adalah bangsa tikus,walaupun aku memiliki sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan kelompokmu,” pinta kelelawar.
Singa pun menyetujui kelelawar untuk masuk dalam kelompoknya.
Keesokan harinya, menjelang pagi, ketika kelompok singa sedang tidur, kelompok burung menyerang balik mereka.
Para binatang dari kelompok singa pun kocar-kacir melarikan diri.
Si kelelawar merasa cemas dengan hal tersebut. Ia pun berpikir untuk kembali bergabung dengan kelompok burung.
“Lihatlah sayapku, aku ini seekor burung seperti kalian,” kata kelelawar.
Elang pun menerima kelelawar dengan senang hati.
Beberapa saat kemudian, pertempuran berlangsung kembali, Kali ini pertempuran dimenangkan oleh kelompok singa.
Kelelawar pun kembali meminta bergabung kepada kelompok singa. Ya, ia bolak-balik berpihak kepada kelompok yang menang.
Lama-kelamaan hal ini pun diketahui oleh kedua kelompok, baik singa maupun burung.
Kelompok singa dan burung akhirnya sadar bahwa tak ada gunanya saling bermusuhan.
Mereka pun bersahabat kembali dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka.
Kelelawar merasa sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang gelap.
Ia baru menampakkan diri bila malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyi.
Pesan moral dari Dongeng Cerpen Bahasa Indonesia adalah jadilah orang yang memiliki pendirian tetap bagaimanapun keadaannya.
Cerita Pendek Anak : Bukit Penentu Usia
Dahulu kala, ada sebuah bukit yang dipercaya bisa menentukan usia seseorang.
Orang-orang menyebut bukit itu Bukit Tiga Tahun.
Penduduk percaya, siapa pun yang melewati bukit itu dan terjatuh, usianya hanya tinggal tiga tahun.
Alhasil, setiap orang yang melewati bukit itu akan selalu berhati-hati.
Mereka tak mau jatuh dan meninggal tiga tahun lagi.
Suatu ketika, ada seorang kakek yang lewat di bukit itu.
Kakek itu amat berhati-hati dalam berjalan.
Ya, ia tak mau terjatuh di bukit itu.
Namun, tiba-tiba ada seekor kelinci yang lewat di depannya.
Kelinci itu mengagetkan si kakek, sehingga kakek terjatuh.
Duh, si kakek jadi takut sekali.
“Usiaku kini tinggal tiga tahun.” isak kakek sambil berjalan pulang.
Sejak kejadian itu, sang kakek selalu memikirkan usianya yang tinggal tiga tahun.
Hal itu membuat dirinya tak enak makan dan minum. Tidur pun tak lelap. Lama-kelamaan, kakek itu pun jatuh sakit.
Sakit tersebut membuat ia makin yakin bahwa usianya tak akan lama lagi.
Sudah banyak tabib yang berusaha menyembuhkan penyakit sang kakek.
Tapi, justru keadaan kakek makin memburuk.
Itu karena sang kakek terus-menerus percaya bahwa usianya tinggal sebentar.
Hingga suatu ketika, datanglah anak kecil ke rumahnya.
Anak itu tahu, sakit sang kakek disebabkan oleh pikiran sang kakek sendiri.
“Aku tahu obat yang mujarab untuk Kakek,” kata si anak kecil.
“Percuma kau memberikan obat untukku. Toh, umurku tinggal tiga tahun lagi,” balas sang kakek.
“Kata siapa umur Kakek hanya tinggal tiga tahun Lagi?” celetuk anak kecil itu.
“Kau tahu aku sudah terjatuh di bukit, artinya, usiaku hanya tinggal tiga tahun,” kata sang kakek.
“Sekali terjatuh, usianya hanya tiga tahun. Kalau dua kali terjatuh, berarti enam tahun. Kalau tiga kali terjatuh, berarti sembilan tahun. Bukankah begitu.” ujar anak kecil itu.
Seketika mata sang kakek berbinar-binar. Benar apa yang diucapkan oleh anak kecil itu.
Sang kakek pun bangkit dari tempat tidurnya, seolah dirinya sehat kembali
Ya, kakek itu kembali ke bukit ajaib.
Ia akan menjatuhkan dirinya berkall-kali agar usianya lebih panjang.
Sang kakek pun melaksanakan niatnya itu.
Sejak saat itu, si kakek menjadi lebih sehat.
Ia merasa akan hidup lebih lama. Tak lupa, sang kakek berterima kasih kepada anak kecil yang cerdas itu.
Pesan moral dari cerita pendek kehidupan ini adalah rasa sakit dan tak bahagia hanya ada di dalam pikiranmu. Kamu tinggal memilih saja memilih tidak bahagia atau berbahagia dan bersyukur dengan yang kamu miliki.
Ikuti kami di facebook untuk mendapat kisah singkat anak terbaru lainnya http://facebook.com/dongeng-cerita-rakyat/