Dongeng Cerita Rakyat Korea Terbaik Dunia

Blog ini berisi ratusan cerita rakyat baik dari Asia, Eropa, Amerika, Rusia dan Australia. Intinya kami terus mengumpulkan dongeng anak terbaik dari seluruh penjuru dunia untuk kami ceritakan kepada adik-adik semua. Kali ini giliran cerita rakyat Korea yang kami dongengkan untuk adik-adik. Kakak yakin adik-adik akan suka. Selamat membaca.

Cerita Rakyat Korea : Kenapa Air Laut Asin?

Beratus-ratus tahun yang lalu ada seorang raja yang memiliki batu penggiling ajaib. Batu ajaib itu bisa mengabulkan apa saja yang diminta oleh pemegangnya. Dengan mengatakan apa yang kita inginkan sambil memutar batu penggiling ajaib itu, pasti akan terkabul.

Dongeng Cerita Rakyat Korea Terbaik Dunia
Dongeng Cerita Rakyat Korea Terbaik Dunia

Seorang pencuri berencana hendak mencuri batu penggiling ajaib itu. Berhari-hari, dia memikirkan cara mencurinya, namun rencananya selalu terlihat tidak bagus.

Suatu hari, dia menyamar menjadi seorang pejabat dan mendatangi kantor para pelayan istana. Dia mengajak kepala pelayan istana mengobrol. Lalu, si pencuri berkata, “Aku dengar, raja mengubur sebuah batu penggiling ajaib karena dia selalu curiga dan tidak percaya pada para menterinya.”

“Hah, raja tidak percaya pada para menterinya? Kata siapa?” tanya kepala pelayan.

“Semua orang desa membicarakannya,” kata pencuri yang gembira karena hasutannya berhasil.

“Katanya, raja menggali lubang yang sangat dalam untuk menguburnya. Sebab, takut ada orang yang akan mencurinya,” hasutnya lagi.

“Omong kosong!” kata kepala pelayan.

“Batu penggiling ajaib itu ada di samping bunga lotus di dalam taman istana,” kata kepala pelayan.

“Oh, benarkah?” kata si pencuri dengan wajah berseri-seri.

“Tidak ada seorang pun yang berani mencurinya,” kata kepala pelayan.

“Orang gila mana yang mu mencurinya. Di tempat itu selalu ramai orang berlalu-lalang,” kata si kepala pelayan lagi.

Si pencuri sangat gembira karena berhasil mendapatkan informasi berharga. Suatu malam yang gelap, si pencuri memanjat tembok istana dan mencuri batu penggiling ajaib. la sangat bangga dengan keberhasilannya. Namun, dia juga merasa takut. Jika raja menyadari bahwa batu penggiling ajaibnya telah hilang, ia akan menanyai semua penduduk. Lalu, ia akan tertangkap.

Si pencuri lalu memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di seberang lautan. Pencuri naik perahu hendak mengarungi laut dan pulang. Di perjalanan, si pencuri berpikir, “Aku harus meminta sesuatu yang bisa membuatku menjadi kaya.”

“Garam!” teriaknya tiba-tiba. “Semua orang membutuhkan garam. Aku bisa menjualnya dengan harga mahal. Dan aku akan kaya,” katanya lagi.

Lalu, dia mulai berlutut dan memutar batu penggiling tersebut sambil bergumam, “Garam, garam. Beri aku garam!”

Dia mulai tertawa dan menari dengan gembira ketika dilihatnya butiran-butiran garam mengalir dari batu penggiling ajaib tersebut. “Aku kaya,” teriaknya sambil terus bernyanyi dan menari.

Sementara, batu penggiling itu terus berputar mengeluarkan butiran garam hingga memenuhi separuh kapal. Begitu si pencuri menyadarinya, garam itu sudah hampir membuat kapal tenggelam. Dengan panik, dia berusaha menghentikannya. Namun batu penggiling itu sudah tertimbun oleh gunungan garam sehingga akhirnya kapal itu pun tenggelam bersama dirinya.

Hingga kini, batu penggiling ajaib tersebut terus berputar dan terus menghasilkan garam karena tidak ada seorang pun yang berhasil menemukan dan menghentikannya. Itulah sebabnya sampai sekarang air laut selalu asin.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Korea : Kenapa Air Laut Asin? adalah jangan menjadi anak yang serakah. Jangan berlebihan meminta sesuatu. Sebab, sesuatu yang berlebihan tidak baik.

Dongeng Cerita Rakyat India : Dheda Dan Lima Butir Kentang

Dahulu kala, di sebuah dusun hiduplah seorang pencari kayu bakar bernama Dheda. Dia tinggal bersama istri dan ketiga anaknya. Mereka sangat miskin. Untuk makan sehari-hari saja mereka sering kekurangan.

Sudah seminggu ini hujan terus-menerus turun dengan lebatnya. Dheda tidak bisa pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar.

Mereka bertahan dengan persediaan makanan yang ada. Tentu saja, lama-lama persediaan mereka semakin sedikit, hingga suatu hari istri Dheda berkata, “Ayah, kita tidak punya persediaan makanan lagi. Makanan yang tersisa tinggal lima butir kentang. Itu tidak cukup untuk makan kita berlima,” katanya.

“Aku tahu,” kata Dheda.

“Tapi bagaimana lagi? Hujan tidak juga mau berhenti. Aku tidak bisa mencari kayu ke hutan. Bersabarlah, mudah-mudahan besok tidak hujan dan aku bisa bekerja! Biarlah persediaan terakhir kita untuk makan anak-anak saja,” ujar Dheda.

Menjelang sore, ada yang mengetuk pintu rumah Dheda. Ternyata, seorang pengemis tua yang basah kuyup kehujanan. Dheda segera menyuruhnya masuk.

“Terima kasih, Tuan,” kata pengemis tua.

“Saya sudah berhari-hari kehujanan. Perut saya lapar sekali. Kalau boleh, saya ingin minta makanan untuk mengganjal perut,” pintanya.

Dheda terdiam. Dia kasihan sekali melihat pengemis tua itu. Tapi, mereka tidak punya persediaan makanan lagi. “Sayang sekali aku tidak memiliki sisa makanan. Kami pun sedang kekurangan makanan,” kata Dheda.

“Oh, kasihanilah saya, Tuan. Sudah tiga hari ini saya belum makan,” kata pengemis.

Dheda merasa sangat iba. Dia menghampiri istrinya dan berkata, “Bu, aku kasihan melihat pengemis itu. Bagaimana kalau kita berikan saja persediaan makanan terakhir kita.”

“Baiklah, Pak. Aku akan segera memasak kentangnya,” kata istrinya.

Akhirnya, istri Dheda merebus kentang yang tinggal lima butir tersebut dan menghidangkannya kepada si pengemis tua. Pengemis itu memakan keempat kentangnya dan menyisakan sebutir kentang saja.

Dongeng Cerita Rakyat India
Dongeng Cerita Rakyat India

Kemudian, si pengemis itu pun berpamitan, “Terima kasih, Tuan.”

“Sama-sama, Kek. Hati-hati di jalan ya, Kek,” kata Dheda.

“Oh iya, tadi aku menyisakan sebutir kentang di piring. Jika nanti kalian ingin makan, iris-iris kentang itu rnenjadi lima iris! Pasti akan cukup untuk kalian berlima. Nah, selamat tinggal,” kata pengemis tua.

Setelah pengemis tua itu pergi, Dheda memandangi satu butir kentang yang tersisa di piring dan berpikir, “Maria mungkin satu butir kentang ini bisa cukup untuk kami berlima?”

Namun karena penasaran, dia mengajak keluarganya untuk berkumpul dan kemudian mengiris-iris kentang itu menjadi lima iris. Ajaib! Ternyata, kelima iris kentang itu berubah menjadi lima butir kentang. Saat sebutir kentang itu diiris menjadi lima iris lagi, akan berubah menjadi lima butir kentang lagi. Demikian seterusnya.

Sejak itu, Dheda dan keluarganya tidak pernah kekurangan makanan lagi. Bahkan, persediaan makanan mereka sekarang berlimpah. Dheda membagi-bagikannya kepada tetangga-tetangga mereka yang kekurangan.

Pesan moral dari cerita rakyat bergambar Dheda Dan Lima Butir Kentang adalah jadilah anak yang selalu berbuat baik. Kasihanilah orang yang sedang dalam kesusahan. Dan ingat, siapapun orang yang menanam kebaikan pasti akan mendapatkan anugerah yang baik juga.

Ikuti dan temukan cerita rakyat indonesia terbaik dari penjuru negeri pada artikel kakak berikut ini cerita rakyat sangkuriang dan cerita rakyat pendek