Kisah si Tanduk Panjang adalah cerita legenda Indonesia yang akan kami ceritakan malam hari ini. Negara kita memiliki banyak sekali kumpulan cerita legenda ratusan diantaranya tlah kami posting pada kategori cerita rakyat Nusantara. Kali ini kami kembali akan memposting salah satu cerita legenda dari negara kita. Selamat membaca.
Cerita Legenda Indonesia : Tanduk Panjang (Indonesia)
Sepasang suami istri hidup di salah satu desa. Mereka memiliki seorang anak perempuan. Anak perempuan mereka sudah remaja. Mereka pun menginginkan anak laki-laki.
Suatu hari, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Namun, pasangan suami istri tersebut tak menerimanya, sebab bayi yang baru dilahirkan sang istri itu bertanduk. Mereka pun berniat membuang bayi itu.
“Lebih baik aku menghanyutkan bayi ini ke sungai,” ucap lelaki itu.
Suami istri itu lalu menaruh bayinya di dalam peti. Mereka juga menaruh sebutir telur dan segenggam beras. Suami-istri itu lalu menghanyutkan bayi itu ke sungai. Anak perempuan mereka melihat hal itu. Dia sangat sedih mengetahui adiknya dibuang oleh orang tuanya.
“Aku harus mengikuti peti itu,” ucap anak perempuan tersebut.
Anak perempuan itu terus saja mengikuti peti yang berisi adiknya. Saat terdengar tangisan bayi di dalam peti, dia lalu membujuk adiknya itu.
“Adikku, jika kau Iapar, makanlah sebutir padi yang ada di dalam peti itu,” ucap kakaknya.
Bayi itu pun terdiam. Begitu seterusnya. Anak perempuan itu terus saja mengikuti peti bayi adiknya. Setiap kali adiknya menangis, ia selalu berhasil membujuknya.
Berbulan-bulan lamanya ia mengikuti adiknya. Hingga akhirnya peti itu tiba di tepi sungai. Alangkah senang hati anak perempuan itu.
“Akhirnya kita bisa bersama-sama,” ucap anak perempuan itu. Namun, ia sangat kaget. Dari dalam peti, keluar seorang pemuda tampan. Pemuda itu sama sekali tidak bertanduk. Bahkan, telur yang diberikan oleh ayahnya dulu, kini telah menjadi seekor ayam jago.
“Terima kasih kakakku, selama ini kau telah menemaniku,” ucap pemuda itu. Selanjutnya mari kita sebut dia dengan panggilan tanduk panjang.
“Kaukah adikku? Aku tak percaya kau bisa seperti ini,” balas kakaknya.
Mereka berdua lalu pergi ke salah satu desa untuk melanjutkan hidup. Sementara itu, ayah dan ibu mereka merasa sedih. Mereka telah membuang anak laki-lakinya, tetapi mereka juga kehilangan anak perempuan yang mereka cintai.
“Ini adalah kesalahan kita. Seperti apa pun anak kita, seharusnya kita merawatnya dengan baik.” ucap istrinya.
Mereka berdua menyesal telah membuang anak laki-lakinya. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Mereka hanya bisa berdoa agar kelak semua anaknya bisa kembali lagi ke pelukan mereka.
Si Tanduk Panjang sudah menjelma menjadi pemuda yang gagah. Kini ia, kakaknya, dan ayam jagonya pergi ke salah satu desa. Mereka sama sekali tak memiliki bekal makanan. Olala… rupanya di sana sedang diadakan adu ayam. Siapa yang bisa memenangkan lomba adu akan mendapatkan uang yang cukup banyak.
“Bagaimana jika ayam jagomu ikut lomba adu?” ujar kakaknya.
Tanduk panjang setuju. Ia pun mengikutkan ayam jagonya dalam lomba tersebut. Ternyata ayam jago milik Tanduk Panjang bisa mengalahkan semua peserta. Tanduk Panjang pun berhak mendapatkan banyak hadiah.
”Uang ini cukup untuk kebutuhan kita beberapa bulan ke depan, Kak,” ucapTanduk Panjang.
Mereka kemudian hidup dari satu desa ke desa lain. Mereka ingin kembali lagi ke desa mereka. Rupanya, di setiap desa ada perlombaan mengadu ayam.
Setiap perlombaan, ayam milik Tanduk Panjang selalu menang. Akhirnya, mereka pun memiliki banyak uang.
“Dengan uang sebanyak ini, pasti ayah dan ibu kita tidak akan hidup miskin lagi,” ucap Tanduk Panjang.
“Apakah kau tak marah dengan mereka?” tanya kakaknya.
Tanduk Panjang menggeleng. Rupanya, meskipun kedua orangtuanya sudah membuangnya, ia sama sekali tak marah dan sakit hati. Ia justru ingin kembali ke rumahnya.
Akhirnya mereka pun kembali ke kampung halaman. Orangtua mereka hampir tak percaya bahwa kedua anaknya telah kembali. Mereka bersyukur karena Tuhan telah mengabulkan doa mereka. Namun, kedua orangtua Tanduk Panjang tak mengenali pemuda gagah itu. Ya, karena dulu anak yang mereka buang tersebut bertanduk.
“Kau telah kembali anakku. Kemana saja kau selama ini?” tanya ayahnya kepada kakak perempuan Tanduk Panjang.
“Aku menjaga adikku. Inilah Tanduk Panjang yang telah kalian buang dulu,” ucap kakak Tanduk Panjang.
Ayah dan ibu mereka ternganga, nyaris tak percaya. Mereka pun meminta maaf karena telah membuang Tanduk Panjang.
“Aku sudah memaafkan kalian.” ucapTanduk Panjang, bijaksana.
Akhirnya, kedua orangtua itu memeluk Tanduk Panjang. Kini, mereka bisa kembali hidup bersama. Bahkan, hidup mereka tak kekurangan lagi, karena Tanduk Panjang membawa banyak uang dari lomba tarung ayamnya.
Pesan moral dari Cerita Legenda Indonesia : Tanduk Panjang (Indonesia) adalah
- Terimalah semua anugerah dari Tuhan dengan ikhlas.
- Jika orangtua marah, bukan berarti mereka tak menyayangi kita. Terkadang mereka marah untuk kebaikan kita. Makanya jangan jadi anak yang nakal, ya.
Baca juga kumpulan cerita rakyat terbaik lainnya pada posting kami berikut ini cerita rakyat Indonesia.