Dongeng cerita Aladin dan lampu Ajaib sangat terkenal di dunia. Apalagi sejak dongeng aladin dijadikan salah satu filem animasi Disney, sepertinya hampir semua anak dijaman tahun 2000 an mengetahui cerita Aladin. Nah apakah adik-adik juga sudah tahu Kisah Aladin, Jin dan Lampu Wasiat? Jika belum kalian harus membaca posting kakak kali ini sampai selesai.
Legenda dari Irak : Dongeng Cerita Aladin Dan Lampu Ajaib
Dahulu kala, di Kota Persia, seorang ibu tinggal dengan anak laki-lakinya yang bernama Aladin. Mereka hidup miskin di sebuah gubuk yang tua.
Suatu hari, datang seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Laki-laki itu mengaku sebagai paman Aladin. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar kota untuk membantunya. Ibu Aladin mengizinkan Aladin pergi dengan harapan akan mendapatkan uang yang banyak.
Jalan yang ditempuh sangat jauh. Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya. Tetapi, ia justru dibentak dan disuruh untuk mencari kayu bakar. Kalau tidak mau, Aladin akan dibunuhnya.
Aladin akhirnya mengetahui bahwa laki-laki itu bukan pamannya, melainkan seorang penyihir. Penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantra.
“Kraak…,” tiba-tiba tanah di hadapan mereka terbelah, menampakkan lorong seperti gua dan undakan untuk menuju ke dasarnya.
“Ayo turun! Ambilkan aku lampu tua di dasar gua itu!” perintah penyihir kepada Aladin.
“Tidak, aku takut turun ke sana,” jawab Aladin.
Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya kepada Aladin. “Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan melindungimu,” kata si penyihir.
Akhirnya, Aladin menuruni undakan itu dengan perasaan takut. Setelah sampai di dasar, ia menemukan pohon-pohon berbuah permata.
Buah permata dan lampu yang ada di situ dibawanya. Saat ia hendak menaiki undakan ke atas, pintu lubang sudah tertutup sebagian.
“Cepat berikan lampunya!” seru penyihir.
“Tidak. Lampu ini akan kuberikan setelah aku keluar,” jawab Aladin.
Setelah berdebat, si penyihir menjadi marah dan akhirnya, “Brakk…,” pintu lubang ditutup oleh penyihir.
Ia meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih dan duduk termenung.
“Aku lapar, Aku ingin bertemu Ibu. Tuhan, tolonglah aku!” ucap Aladin.
Aladin merapatkan kedua tangannya dan tanpa sadar jari-jarinya mengusap pinggiran lampu. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah dan asap membubung tinggi. Bersamaan dengan itu, muncul jin raksasa dari dalam lampu. Aladin sangat ketakutan
“Maafkan saya karena telah mengagetkan Tuan. Saya adalah jin lampu ajaib,” kata jin raksasa itu.
“Oh, kalau begitu bawalah aku pulang ke rumah,” kata Aladin.
“Balk Tuan, naiklah ke punggungku! Kita akan segera pergi dari sini,” ujar jin lampu ajaib. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya.
“Kalau Tuan memerlukan saya lagi, panggillah dengan menggosok lampu ini,” kata jin.
Sejak saat itu, hidup Aladin dan ibunya semakin membaik. Mereka tidak lagi miskin dan tidak pernah kekurangan makanan. Aladin bisa mencari pekerjaan dengan bantuan jin lampu ajaib.
Pesan Moral dari Dongeng Cerita Aladin Dan Lampu Ajaib adalah jadilah anak yang baik hati dan pemberani. Lakukanlah yang terbaik untuk kedua orangtua yang telah merawatmu sejak kecil.
Dongeng Cerita Anak dari Jerman : Tukang Sepatu Dan Liliput
Dahulu kala, di sebuah kota di Jerman, ada sepasang kakek dan nenek yang baik hati. Kakek itu bekerja sebagai pembuat sepatu dan nenek yang menjualnya ke pasar.
Uang hasil penjualan sepatu selalu dibelikan makanan yang banyak untuk dibagikan kepada orang-orang jompo yang miskin dan anak yatim piatu. Karenanya, uang mereka selalu habis.
Suatu hari, mereka hanya bisa membuat satu buah sepatu berwarana dengan bahan sepatu yang tersisa. Ia berkata kepada nenek, “Kalau sepatu ini terjual, kita bisa membeli makanan untuk hari raya nanti.”
Tak lama setelah itu, lewat seorang gadis kecil yang tidak bersepatu di depan rumah mereka. “Kasihan sekali gadis itu. Dalam cuaca dingin seperti ini, ia tidak bersepatu,” kata nenek.
Akhirnya mereka memberikan sepatu berwarna merah tersebut kepada gadis kecil itu. Kini, mereka tidak punya sepatu untuk dijual. Itu berarti mereka juga tidak akan punya uang untuk merayakan hari raya.
“Apa boleh buat, Tuhan pasti akan menolong kita jika kita bersabar ya, Nek,” kata kakek berusaha menghibur.
Malam pun tiba, kakek dan nenek tidur nyenyak. Saat itu, dari hutan muncul makhluk-makhluk kecil (liliput) mengangkut kulit sepatu ke rumah kakek, kemudian membuatnya menjadi sepasang sepatu yang sangat bagus. Selesai membuat sepatu, mereka kembali ke hutan.
Keesokan paginya, kakek sangat terkejut menemukan sepasang sepatu yang sangat bagus di atas meja. Saat nenek membawanya ke pasar, sepatu itu langsung terjual dengan harga sangat mahal.
Dengan basil penjualan sepatu itu, kakek dan nenek bisa menyiapkan makanan serta banyak hadiah untuk dibagikan kepada anak-anak kecil pada hari raya.
“Ini semua rahmat dari Yang Mahakuasa,” seru si kakek.
Malam berikutnya, terdengar suara-suara di ruang kerja kakek. Kakek dan nenek pun mengintip. Mereka melihat para liliput yang tidak mengenakan mantel sedang membuat sepatu.
“Wow. Ternyata yang membuatkan sepatu untuk kita adalah para liliput itu,” pekik sikakek.
“Mereka pasti kedinginan karena tidak mengenakan mantel. Aku akan membuatkan mereka mantel sebagai tanda terima kasih,” lanjut si nenek.
Keesokan harinya, nenek memotong kain dan membuatkan mantel untuk para liliput itu. Sedangkan, kakek membuatkan sepatu-sepatu mungil untuk para liliput.
Setelah selesai, mereka menjajarkan sepatu dan mantel para liliput di ruang kerja. Mereka juga menyiapkan makanan dan kue yang lezat di atas meja.
Saat tengah malam, para liliput berdatangan. Betapa terkejutnya mereka melihat begitu banyak makanan dan hadiah.
Mereka segera mengenakan mantel dan sepatu yang sengaja telah disiapkan kakek dan nenek. Setelah itu, mereka menyantap makanan dan menari-nari dengan riang gembira.
Hari-hari berikutnya, para liliput tidak pernah datang kembali. Tetapi sejak saat itu, sepatu-sepatu yang dibuat kakek selalu laris terjual sehingga mereka selalu mampu memberikan makanan kepada orang-orang miskin dan anak yatim piatu.
Pesan moral dari Dongeng Cerita Anak dari Jerman adalah jadilah anak yang suka menolong. Jika kamu menolong orang lain, maka kamu akan ditolong saat mengalami kesusahan.
Jika kalian suka dengan cerita Aladin kalian bisa membaca kisah lengkapnya di posting berikut ini Cerita Dongeng Aladin dan Lampu Ajaib dan Video Cerita Dongeng Aladin dan Lampu Ajaib