Libur telah tiba pasti adik-adik semua senang karena bisa bermain dan bertemu dengan sanak saudara. Bagi adik-adik yang menghabiskan waktu libur dirumah, kalian jangan bersedih yah. Gunakan kreativitas kalian untuk membuat sesuatu yang seru dan bermanfaat. Agar lebih seru kakak akan bercerita salah satu cerita rakyat terpendek dari Uzbekistan. Dongeng anak ini mengisahkan seorang nelayan yang tidak tahu diri dan tidak tahu berterima kasih. Apa yang terjadi dengan nelayan itu? Yuk kita simak ceritanya.
Cerita Rakyat Terpendek : Nelayan Tidak Tahu Diri
Pada jaman dahulu kala, hidup seorang nelayan yang sudah berusia lanjut. Ia tidak lagi mampu melaut. Jadi, ia hanya menangkap ikan di sungai.
Setiap pagi, ia pergi ke sungai dan dengan sabar duduk memancing ikan sepanjang hari. Sore harinya, ia menjual hasil tangkapannya di pasar. Dengan hasil penjualannya itu, ia hanya bisa membeli makanan secukupnya. Singkatnya, si nelayan tua hidup dalam keadaan miskin.
Pada suatu sore yang panas, nelayan tua melihat seekor burung besar dengan bulu berwarna perak bertengger di sebuah batu. Itu adalah Kaha, si burung ajaib.
“Apakah tidak ada yang merawatmu, Nelayan Tua?” tanya Kaha.
“Tidak ada seorang pun,” jawab si nelayan tua.
“Di usiamu yang tua, kau seharusnya tidak bekerja sekeras itu,” kata Kahasang burung ajaib.
“Mulai sekarang, aku akan bawakan kau seekor ikan besar setiap malam. Lalu, kau jual ikan itu dan hiduplah dengan nyaman!” kata Kaha.
Kemudian, setiap malam Kaha membawakan nelayan tua seekor ikan besar. Nelayan tua menjualnya ke pasar dengan harga mahal. Akhirnya, nelayan tua tidak lagi hidup miskin. Bahkan, uangnya menjadi melimpah. Dia menjadi oang yang berkecukupan.
la membeli pondok di dekat pantai lengkap dengan taman di halaman belakang dan seorang pembantu. Tidak ingat dengan umurnya yang tua, nelayan tua juga ingin menikah lagi. Ia mencari wanita yang cocok untuk dinikahinya.
Suatu hari, ia mendengar sebuah sayembara yang dibacakan oleh pengawal kerajaan, “Raja kami mendengar kabar tentang seekor burung ajaib bernama Kaha. Siapa saja yang bisa memberikan informasi tentang burung itu dan membantu menangkapnya, akan diberi hadiah separuh emas yang ada di istana dan separuh wilayah kerajaan.”
Nelayan tua tertarik mendengarnya. “Untuk apa sang raja menginginkan burung itu?” tanyanya kepada pengawal kerajaan yang membacakan sayemba ra. Ia tertarik dengan imbalan yang akan diberikan oleh kerajaan.
“Raja telah buta. Seorang bijak menasihatinya agar membasuh matanya dengan darah burung Kaha. Kau tahu bagaimana cara menangkap Kaha?” kata petugas.
Nelayan tua semakin tergiur dengan hadiah yang besar itu. “Baiklah, aku akan menangkap burung itu. Tapi, aku butuh bantuan!” ucap si nelayan.
Malam harinya, saat burung Kaha datang membawa ikan besar untuknya, nelayan tua berkata, “Burung ajaib, jangan pergi dulu. Kau selalu cepat-cepat pergi sehingga aku tidak pernah sempat berterima kasih. Hari ini, makanlah bersamaku sebagai ucapan terima kasih.”
Awalnya, Kaha malas untuk turun. Tapi, ia kasihan pada nelayan tua. Saat kakinya mendarat di tanah, nelayan tua segera menangkap kaki Kaha. Bersamaan dengan itu masuk puluhan tentara untuk membantu nelayan tua menangkap kaki Kaha.
Meskipun puluhan tentara datang membantu nelayan tua memegang kaki Kaha, burung itu berhasil terbang ke udara. Tangan puluhan tentara terlepas dari kaki kaha. Namun, nelayan tua tetap tergantung di kakinya.
Nelayan tua melayang tinggi di angkasa. Ia tidak berani melepaskan pegangannya. Ia pun terpaksa terbang dibawa pergi Kaha. Sejak saat itu, nelayan tua dan burung Kaha tidak pernah terlihat lagi. Itulah nasib orang yang tidak tahu diri dan tidak tahu berterima kasih.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Terpendek Dari Uzbekistan adalah Jadilah anak yang tahu membalas budi. Jangan sekali-kali kamu mengkhianati orang yang telah berbuat baik kepadamu. Tuhan tidak suka orang yang berkhianat dan tidak tahu membalas budi.
Baca cerita rakyat Nusantara terbaik pada artikel kami berikut ini cerita rakyat indonesia