Banyak sekali legenda rakyat dari Riau yang telah kami terbitkan. Kali ini salah satu cerita rakyat paling pendek dari Propinsi ini kembali kami posting. Legendanya mengisahkan seorang pangeran di salah satu kerajaan yang terbuang. Bagaimana kisah dari pangeran tersebut, yuk kita ikuti kisahnya yang berjudul aji Bonar.
Cerita Rakyat Paling Pendek dari Riau : Legenda Aji Bonar Sang Pangeran yang Terbuang
Pada jaman dulu kala tersebutlah sebuah kerajaan di Riau yang bernama Tiangkerarasan.
Sang raja adalah seorang yang sangat bahagia karena selain kerajaannya makmur, ia juga dikaruniai permaisuri yang cantik jelita dan putra putri yang rupawan. Namun sayang, kebahagiaan raja dan keluarganya itu seakan sirna akibat tindakan raja yang sepertinya sedang khilaf.
Pada suatu hari ketika tengah mengelilingi negerinya dengan berkuda, sang raja melihat seorang gadis yang sungguh elok parasnya.
Sang raja jatuh cinta pada gadis itu. Cinta sang raja yang begitu menggebu membutakan hatinya dan membuatnya lupa kalau ia telah beristri dan beranak. Tanpa menanyakan pendapat permaisuri terlebih dulu, raja langsung memutuskan untuk menikahi gadis tersebut.
Sore itu juga dengan ditemani pengawal pribadinya, raja mendatangi rumah gadis itu dan melamarnya. Apalah daya orang tua gadis itu. Status mereka sebagai rakyat jelata membuat mereka tak mampu menolak lamaran sang raja. Keesokan harinya raja dan gadis itu menikah dan raja langsung membawanya ke istana.
Betapa hancur hati permaisuri dan anak anaknya begitu mengetahui sang raja beristri lagi. Kehidupan mereka yang semula harmonis kini bagaikan api dalam sekam. Walaupun tak berani menentang ayahnya, putra putri sang raja sama sekali tak menggubris kehadiran ibu tiri mereka. Bahkan rasa benci semakin menguasai mereka begitu mengetahui istri muda ayahnya itu mulai mengandung.
Sejak mengetahui suaminya menikah lagi dan membawa istri mudanya ke istana, permaisuri tak mau bertegur sapa dengan suaminya. Sehari hari ia lebih banyak mengurung diri di dalam kamar. Keadaan itu merisaukan hati sang raja. Biar bagaimanapun sang raja tak mau kehilangan istri dan putra putri yang sangat dicintainya itu.
Siang malam sang raja berpikir untuk menemukan cara agar kehidupan mereka kembali seperti sediakala.
Beberapa hari setelah menemukan sebuah ide yang dianggapnya sebagai jalan keluar terbaik, sang raja bermaksud mewujudkannya segera. Pada suatu pagi yang cerah, sang raja mengajak istri mudanya yang tengah mengandung naik perahu menelusuri sungai yang mengalir di belakang istana. Ketika perjalanan mereka sudah cukup jauh, sang raja mendorong istrinya yang tengah asyik menikmati pemandangan. Teriakan istrinya meminta tolong tak dihiraukannya. Meskipun sebenarnya tak sampai hati, sang raja terpaksa melakukan hal itu demi menjaga keutuhan keluarganya.
Sang raja kembali pulang ke istana seorang diri. Sejak hilangnya istri muda dari istana, permaisuri dan putra putri sang raja kembali ceria.
Permaisuri juga tak pernah menanyakan kemana perginya istri muda. Ia justru bersyukur suaminya telah menyingkirkan orang yang kehadirannya telah merusak kebahagiaan keluarga mereka.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Sang raja telah melupakan istri mudanya yang dikiranya sudah mati terseret arus sungai.
Sang raja ternyata salah besar. Ia tak mengira ada seorang nelayan yang tengah memancing menolong istri mudanya pada saat itu. Perempuan hamil itu dibawanya pulang ke rumahnya. Istri si nelayan bahkan menolong perempuan itu sewaktu melahirkan seorang bayi laki laki yang dinamakan ibunya Aji Bonar.
Waktu berlalu sangat cepat. Tak terasa Aji Bonar telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan. Ibunya tak pernah memberitahu Aji Bonar siapa ayahnya.
Aji Bonar dan ibunya hidup dalam kesederhanaan bersama nelayan dan istrinya yang telah menolong mereka.
Sehari hari Aji Bonar membantu sang nelayan mencari ikan. Di kala senggang Aji Bonar senantiasa bermain gasing. Kegemarannya bermain gasing sedari kecil membuatnya sangat mahir. Ia tak menyangka bahwa kegemarannya itu kelak akan merubah nasibnya.
Suatu ketika Aji Bonar mendengar kabar bahwa salah seorang putra raja Tiangkerarasan memiliki kesukaan yang sama dengannya, bermain gasing. Bedanya sang putra raja ini gemar bertaruh lewat permainan gasing. Ia mengundang siapa saja yang berani menantangnya bermain gasing untuk datang ke istana.
Aji Bonar tertarik untuk melawan putra Raja Tiangkerarasan. Setelah berpamitan pada keluarganya, Aji Bonar segera berangkat menuju istana. Putra raja penasaran akan penantangnya kali ini.
“Siapa pemuda dusun ini ?”, pikirnya sambil menatap Aji Bonar dengan seksama.
Aji Bonar tersenyum ramah meski ia melihat tatapan putra raja yang meremehkannya.
“Kapan kau siap beradu gasing denganku ?”, tanya putra raja dengan nada sombong kepada Aji Bonar.
“Sekarangpun aku siap”, jawab Aji Bonar datar. Putra raja terkejut mendengar jawaban Aji Bonar. Ia segera memerintahkan pengawal untuk mengundang penduduk datang ke istana guna melihatnya bertanding melawan Aji Bonar.
Suara riuh memenuhi halaman istana siang itu. Para penduduk yang mendukung putra raja terkesima melihat jagoannya dikalahkan Aji Bonar. Baru kali ini ada orang yang mampu mengalahkan putra raja bermain gasing. Merekapun pulang dengan wajah kecewa.
Kekecewaan yang dirasakan para penduduk rupanya tak sebesar kekecewaan yang dirasakan putra raja. Bukan hanya kecewa, putra raja juga merasa harga dirinya jatuh ketika dikalahkan oleh pemuda dusun seperti Aji Bonar. Karena itulah putra raja terus mengundang Aji Bonar ke istana setiap hari untuk beradu gasing dengannya.
Taruhan yang semula kecil lama kelamaan menjadi besar. Aji Bonar merasa senang senang saja meladeni tantangan sang putra raja.
Nasib baik tak pernah berpihak pada putra raja. Kekalahan yang dialaminya terus menerus tak membuatnya jera. Ia justru semakin bersemangat untuk mengalahkan Aji Bonar. Pada suatu hari setelah mengalami kekalahan lagi, ia berkata kepada Aji Bonar.
“Aji Bonar, kuakui dirimu sungguh mahir bermain gasing”, katanya dengan nada yang tetap pongah. “Esok adalah puncak pertarungan kita”, lanjutnya lagi. “Jika kau berhasil mengalahkanku esok hari, maka aku akan menyerahkan seluruh Kerajaan Tiangkerarasan kepadamu..”.
Seluruh penduduk yang menyaksikan putra raja berkata begitu sungguh terkejut. Demikian juga raja dan permaisuri. Mereka tak menyangka putranya seberani itu, mempertaruhkan nasib seluruh kerajaan. Meski demikian, raja tak mampu berbuat apa apa. Pantang baginya untuk meralat omongan putranya itu.
Aji Bonarpun terlihat terkejut. Ia tak mengira lawannya berani bertaruh sebesar itu. Meski heran, Aji Bonar menyambut tantangan yang ditawarkan padanya.
“Baiklah….”, ujarnya singkat. “Aku akan kembali kesini esok pagi..”, tambahnya sambil berlalu meninggalkan istana diikuti tatapan mata penduduk Tiangkerarasan.
Keesokan harinya halaman istana telah dipenuhi para penduduk sedari pagi. Raja dan penghuni istana lainnya terlihat tegang menunggu pertandingan dimulai. Tak lama kemudian Aji Bonar tiba disana. Kedatangannya disambut sorak sorai para penduduk. Sebagian besar penduduk besimpati atas kesederhanaan pemuda itu. Mereka juga kagum akan permainan gasingnya yang memukau.
Pertandingan berlangsung sengit. Putra raja dan Aji Bonar mengeluarkan segenap keahliannya masing masing. Setelah berlangsung cukup lama, Aji Bonar kembali mengalahkan putra raja. Kemenangannya membuat seluruh penghuni Kerajaan Tiangkerarasan berwajah pucat pasi. Tak disangka permainan gasing salah satu anggota kerajaan membuat mereka semua terusir dari istana.
Raja dan permaisuri tak mampu menahan kesedihan. Mereka sangat terpukul mendapati Kerajaan Tiangkerarasan kini dibawah kekuasaan Aji Bonar. Dengan menahan malu atas kekalahan putranya yang sombong, raja dan keluarganya segera meninggalkan istana.
Aji Bonar sungguh tak percaya dirinya kini menjadi raja Tiangkerarasan. Iapun segera pulang memboyong ibu serta sang nelayan dan istrinya ke istana. Ibunda Aji Bonar juga tak mengira putra semata wayangnya itu telah mengembalikan dirinya ke istana yang sempat dihuninya dulu.
Meski pada akhirnya ibunda Aji Bonar memberitahukan jati diri Aji Bonar yang sebenarnya, ia tak merasa dendam pada ayahnya. Ia malah mengajak ayahnya dan seluruh saudara saudaranya untuk kembali ke istana. Rasa malu akan perbuatannya dulu membuat sang raja tak mampu untuk kembali kesana. Ia memilih mengasingkan diri bersama keluarganya jauh dari istana.
(Dari berbagai sumber)
Pesan moral dari Cerita Rakyat Paling Pendek dari Riau : Legenda Aji Bonar adalah jangan pernah bertaruh atau berjudi. Berjudi tidak akan pernah menguntungkan siapapun.
Temukan juga cerita rakyat Riau terbaik lainnya pada artikel kami berikut ini:
- Cerpen Masyarakat Sumatera Selatan : Legenda Si Pahit Lidah
- Kumpulan Contoh Anekdot Lucu Tentang Sekolah Untuk Menghibur Anak
- Dongeng Terpendek dari AESOP : Perselisihan Rubah dan Bangau
- Macam Macam Cerpen Anak dari AESOP yang Mengajarkan Karakter
- Cerpen Dongeng Anak Mendidik dari AESOP : Tikus Muda (Fabel)
- Dongeng Cerpen Cerita Anak Pendek Terbaru dari Aesop
- Dongeng Cerpen Pada Zaman Dahulu Terpopuler dari Spanyol