Tidak banyak cerita rakyat dari Maluku yang Kakak miliki, hanya beberapa kisah dari sekian banyak koleksi cerita rakyat Nusantara di blog ini berasal dari Maluku. Salah satu dongeng yang berasal dari Maluku adalah cerita Air Mata Menjadi Telaga yang merupakan asal muasal Telaga Biru di Dusun Lisawa. Karena cerita rakyat ini sangat pendek Kakak tambahkan satu cerita rakyat dari Sulawesi Tenggara yaitu kisah balas dendam penjaga gunung, mudah-mudahan kalian suka dengan kedua dongeng anak ini. Selamat membaca.
Cerita Rakyat dari Maluku : Legenda Air Mata Menjadi Telaga
Dahulu kala, ada sepasang muda-mudi bernama Majojaru dan Magohiduru yang sedang menjalin kasih. Suatu hari, Magohiduuru berpamitan kepada orangtua dan kekasihnya untuk pergi merantau. Sebelum pergi, Majojaru dan Magohiduuru mengikat janji untuk sehidup semati selamanya.
Sekian bulan berlalu, terdengar kabar bahwa kapal yang ditumpangi Magohiduuru tenggelam di laut luas dan pemuda itu meninggal dunia. Kabar ini membuat hati Majojaru hancur. Dengan perasaan yang sangat sedih, gadis itu pergi dari rumah untuk menangkan diri.
Lalu, ia berhenti di bawah sebuah pohon beringin dan duduk menangis di satu. Air matanya mengalir deras, sehingga menggenang dan menenggelamkan batu-batuan tajam yang ada di sekitar pohon beringin. Gadis itu pun tenggelam oleh air matanya sendiri.
Akibatnya, terjadilah sebuah telaga. Airnya sangat bening dan indah. Penduduk menamakan telaga tersebut Telaga Biru. Pemuda dan pernudi di sana sering kali datang ke Telaga Biru untuk saling mengikat janji. Telaga Biru terletak di Dusun Lisawa, Maluku.
Pesan moral dari Cerita Rakyat dari Maluku : Asal Usul Telaga Biru adalah dalam menghadapi segala masalah, kita harus tegar dan tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan.
Dongeng Anak dari Sulawesi Tenggara : Asal Usul Gunung Saba Mpolulu
Di Sulawesi Tenggara terdapat dua buah gunung yang letaknya saling berjauhan. Nama gunung tersebut adalah Gunung Kamonsope dan Gunung Mata Air. Penunggu Gunung Kamonsope adalah seorang perempuan yang cantik. Sementara itu, penunggu Gunung Mata Air adalah seorang laki-laki bertubuh gendut.
Suatu saat, kemarau melanda daerah ini. Di mana-mana terjadi kekeringan. Namun, wilayah Gunung Kamonsope memiliki persediaan air yang sangat banyak, sehingga tidak mengalami kekeringan. Pengairan sawah tetap terjaga baik dan kebutuhan masyarakat juga terpenuhi.
Berbeda dengan Gunung Mata Air. Meskipun namanya Mata Air, wilayah ini mengalami kekeringan yang sangat parah. Untuk memenuhi kebutuhan mandi penduduk saja sulit. Hal ini membuat penunggu Gunung Mata Air gundah. Lalu, ia berniat untuk meminta pertolongan kepada penunggu Gunung Kamonsope. Ia mendatangi penunggu Gunung Kamonsope.
“Bisakah aku meminta airmu untuk mengairi wilayahku?” kata penunggu Gunung Mata Air dengan santun.
“Maaf, aku tidak bisa menolongmu. Aku juga memeriukan air untuk wilayahku;” kata penunggu Gunung Kamonsope.
Penunggu Gunung Mata Air merasa kecewa. Berkali-kali, ia mengulangi permohonannya, tetapi tetap saja tidak dikabulkan oleh penunggu Gunung Makonsope.
Laki-laki itu pulang dengan perasaan marah. Ia merasa dilecehkan oleh perempuan penunggu Gunung Kamonsope. Laki-laki itu pun berniat menyerang Gunung Kamonsope menggunakan meriam.
Tembakan pertama meleset, begitu juga tembakan kedua dan tembakan ketiga. Sama sekali tidak mengenai Gunung Kamonsope.
Menyadari wilayahnya diserang, penunggu Gunung Kamonsope berniat membalasnya menggunakan meriam yang lebih besar. Sekali tembak saja meriam tersebut sudah mengenai puncak Gunung Mata Air sehingga pecah menjadi berbentuk kapak. Semenjak saat itu, Gunung Mata Air diganti namanya menjadi Saba Mpolulu. Saba artinya terkoyak, hilang sebagian. Sementara itu, Mpolulu artinya kapak.
Pesan moral dari Dongeng Anak dari Sulawesi Tenggara : Asal Usul Gunung Saba Mpolulu adalah selesaikan masalahmu dengan musyawarah, menyelesaikan masalah dnegan kekerasan bisa berakibat kehancuran.
Ikuti kisah cerita rakyat terbaik lainnya yang kami miliki pada artikel kami berikut ini Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat dari Sulawesi