Sebenarnya sudah ada beberapa cerita rakyat dari Kalimantan Selatan yang sudah pernah kakak posting. Salah satu yang terbaik bisa kalian temukan pada posting kakak berikut ini cerita rakyat kalimantan selatan. Dongeng dari Kalimantan yang akan kakak ceritakan malam hari ini tidak kalah seru dari cerita anak sebelumnya. Yuk kita baca bersama.
Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan : Asal Muasal Ikan Pesut
Suatu hari tinggallah seorang lelaki dengan dua orang anak yang bernama Pak Ipung. Ia ditinggal di sebuah dusun yang terletak di Muara Muntai di Kalimantan. Sudah lama ia menjadi seorang bapak sekaligus ibu untuk kedua anaknya. Sang istri sudah lama meninggal karena sakit. Setiap hari, ia bekerja keras untuk mencari nafkah sebagai pencari kayu bakar.
Setiap hari, ia harus bangun sebelum matahari terbit. Untuk memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah. setelah memandikan dan makan bersama kedua anaknya yang masih kecil-kecil. Ia pun langsung pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Menjelang sore hari, ia pun kembali pulang kerumah.
Dalam waktu satu minggu, ia menjual kayu bakar tersebut dua kali ke pasar. Uang dari hasil penjualan kayu bakar, ia belanjakan bahan makanan, baju untuk kedua anaknya dan sebagiannya ia simpan. Pak Ipung sangat bekerja keras. Namun, meskipun ia sudah berusaha tapi tetap saja ia merasa sangat kewalahan mengurus kedua anaknya yang masih kecil.
Pada suatu hari, ia berniat untuk mencari istri agar bisa mengurus kedua anaknya dan mengerjakan pekerjaan rumah pada saat ia pergi bekerja. Sehingga suatu hari, ia bertemu dengan seorang gadis yang sangat baik hati. Tanpa menunggu lama ia pun langsung melamar gadis tersebut. Sang gadis pun menerima lamaran Pak Ipung.
Pada awalnya, gadis tersebut menjadi ibu yang sangat baik bagi kedua anaknya. Namun, lama-kelamaan pada saat Pak Ipung bekerja dan jarang pulang untuk mencari kayu bakar ketempat yang lumayan jauh. Disitulah, ibu tiri tersebut memperlakukan kedua anak Pak Ipung secara tidak baik. Kedua anak Pak Ipung masih kecil-kecil. Namun, sang ibu tiri sering menyuruhnya mengambil air di sungai dan tidak jarang keduanya terkena pukulan sang ibu.
Semakin hari. Perlakuan sang ibu tiri semakin menjadi-jadi. Pada suatu hari, kedua anak tersebut disuruh untuk pergi kehutan mencari kayu bakar.
‘’Aku minta sekarang kalian berdua pergi kehutan untuk mencari kayu bakar! Kalian pulang dengan masing-masing membawa satu pikul kayu bakar. Jika tidak, aku tidak akan segan-segan untuk memukul kalian!’’ perintah sang ibu tiri.
Kedua anak kecil tersebut berjalan memasukki hutan dengan rasa takut. Keduanya berpegangan tangan karena takut terpisah. Untuk pertama kalinya mereka memasuki hutan. Sepanjang perjalanan, mereka mengumpulkan ranting-ranting yang jatuh dari pohon. Lama-kelamaan jalan yang mereka lewati semakin gelap. Daun yang sangat lebat membuat cahaya matahari tak dapat menembus masuk. Keduanya pun sejak pagi belum makan.
‘’ Kak, perutku sakit sekali. Aku sangat lapar.’’ Rengek sang adik memegangi perutnya.
‘’ Sabar adikku, aku mendengan suara gemercik air. Pasti didekat sini terdapat sungai. Ditepi sungai sana, mudah-mudahan terdapat buah-buahan yang dapat kita makan untuk mengganjal perut.’’ Jawab sang kakak menenangkan adiknya.
Akhirnya, dengan penuh rasa sabar dan menahan rasa lapar. Mereka pun tiba disebuah sungai. Disana mereka melihat banyak sekali pohon pisang. Kedua anak tersebut makan pisang sepuasnya hingga kenyang. Mereka pun membawa beberapa pisang tersebut sebagai bekal. Karena kayu yang dikumpulkan masih sangat sedikit. Kedua kakak-beradik ini takut untuk pulang kerumah. Akhirnya, mereka memutuskan untuk bermalam di hutan.
Keesokkan harinya, setelah mereka mendapatkan kayu masing-masing satu pikul kayu bakar, mereka pun pulang kerumah. Perjalanan pulang sangat jauh, sehingga bekal pisang yang mereka bawa sudah habis. Akhirnya, mereka pun sampai di rumah. sesampainya dirumah mereka langsung memanggil ibu tirinya untuk menunjukkan bahwa mereka sudah membawa kayu bakar.
‘’ Ibu, kami sudah membawa kayu bakar sesuai yang kau suruh. Sekarang kami sangat lapar bu. Tolong berikan kami makan.’’ Ujar sang kakak.
Namun, tidak ada jawaban. Sepertinya, ibu tiri mereka tidak ada dirumah.
‘’ Kak, aku sangat lapar sekali.’’ Kata sang adik.
‘’ Tahanlah sebentar. Tunggu ibu pulang, lihatlah ditungku kuali yang berisi ketan yang sedang dimasak.’’ Jawab sang kakak.
Namun, setelah lama menunggu. Sang ibu tiri tidak juga datang. Akhirnya, kedua kakak-beradik tersebut tidak dapat menahan rasa laparnya.
‘’ Ayolah kak, perutku sangat lapar. Kita ambil sendiri saja ditungku itu.’’ Ujar sang adik merengek.
Akhirnya, mereka pun mengambil nasi ketan. Karena sangat lapar, mereka pun tidak merasakan rasa panas. Tidak lama kemudian, datanglah sang ayah Pak Ipung dan ibu tirinya. Melihat kedua anaknya yang baru saja pulang dan menghabiskan makanan. Pak Ipung sangat marah, ia terhasut oleh sang istri.
‘’ Kalian memang anak-anak yang nakal. Sudah berhari-hari tidak pulang! Sekarang kalian habiskan makanan dengan sangat rakus. Sebenarnya kalian berdua ini anak manusia atau anak dari seorang Ikan?’’ kata sang ayah marah.
Kedua kakak-beradik tersebut hanya menangis mendengar bentakkan sang ayah. Mereka pun berhenti menelan nasi ketan. Pada saat itulah mereka merasakkan panas diseluruh tubuhnya. Karena saking panasnya, kedua kakak-beradik itu langsung membuka bajunya dan berlari menuju sungai yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka. Rumput yang mereka lewati pun ikut terbakar. Mereka pun menceburkan diri kedalam sungai. Seketika, mereka berdua benar-benar berubah menjadi dua ekor Ikan. Pak Ipung sang ayah, sangat menyesal dengan perkataannya. Namun, penyesalanya tidak ada gunanya. Karena kedua anaknya tidak dapat kembali kewujud semula.
Kini kedua Ikan tersebut di kenal dengan sebutan Ikan Pesut.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Dari Kalimantan Selatan : Legenda Ikan Pesut adalah Jaga bicara jangan sampai menyakiti orang lain. Selain itu jangan menuduh orang lain tanpa melakukan konfirmasi terlebih dahulu.
Temukan dongeng anak dari Kalimantan terbaik dengan membaca posting berikut ini cerita rakyat kalimantan tengah dan cerita rakyat kalimantan timur