Cerita mengenai pohon muda yang sembrono kakak masukan kedalam kumpulan cerita rakyat asli Indonesia. Hal ini disebabkan karena kakak tidak tahu asal muasal dari dongeng anak ini. Kisah pohon muda yang sembrono memiliki pesan moral yang baik untuk kita. Yuk kita baca bersama dongeng ini bersama teman-teman.
Kumpulan Cerita Rakyat Asli Indonesia : Penyesalan Pohon Muda
Alkisah, di sebuah hutan di Kalimantan, bangsa pohon sedang berdiskusi untuk membahas permasalahan yang menimpa mereka. Beberapa binatang senang berteduh dan beristirahat di bawah bayangan pohon-pohon itu, dan hal itu rupanya mendatangkan masalah bagi bangsa pohon.
“Saat berteduh, sering kali mereka mengacak-acak tanah di sekitar kita,” kata sebuah pohon. “Setelah puas, lalu mereka pergi begitu saja. Kadang-kadang mereka malah buang kotoran di dekat kita sehingga menimbulkan bau yang tidak enak.”
“Ya, mereka memang benar-benar menjengkelkan!” sahut pohon muda. “Mereka bisa berbuat seenaknya seperti itu karena selama ini kita hanya diam saja. Tapi, kini aku sudah muak! Nanti jika ada binatang yang berteduh di bawah daun-daunku, maka aku akan mengusirnya!”
Sebuah pohon tua yang terkenal bijak angkat bicara. Ia berkata, “Menurutku itu bukan langkah yang bijaksana. Aku setuju jika dibilang bahwa para binatang kadang-kadang begitu mengganggu. Tapi, keberadaan mereka sebenarnya ada gunanya juga. Bagaimanapun, kita semua saling membutuhkan. Binatang membutuhkan pohon untuk berteduh, sementara pohon juga membutuhkan binatang untuk….”
“Maaf ucapanmu aku potong,” sergah si pohon muda. “Aku sangat menghargai pendapatmu, apalagi engkau adalah pohon yang bijaksana. Tapi, untuk hal ini aku tidak mau mendengarkan pendapat siapa pun. Aku hanya akan mendengarkan pendapatku sendiri. Jadi aku tetap tidak akan membiarkan para binatang mendekatiku.”
Keesokan harinya, si pohon muda benar-benar melakukan ucapannya. Ketika ada seekor macan kumbang yang hendak berteduh dan bersantai di bawah si pohon muda, pohon itu malah mengusirnya dengan kasar. Tentu saja si macan kumbang Iangsung Ian terbirit-birit.
“Hahaha…,” tawa si pohon muda membahana. “Dasar hewan pemalas! Pergilah kau dari sini, dan jangan kembali lagi!”
Si pohon muda juga melakukan hal yang sama kepada hewan-hewan Iainnya, yakni mengusirnya karena menganggap hewan-hewan itu hanya menyusahkan saja.
Akhirnya lama-lama tidak ada Iagi hewan yang berani mendekati si pohon muda. Para hewan juga jadi malas berteduh di bawah pohon-pohon Iainnya di tempat itu. Mereka Iebih memilih untuk berteduh dan bersantai di tempat lain.
Beberapa pohon yang sebelumnya merasa terganggu dengan kedatangan hewan-hewan itu lantas bersorak-sorai gembira, merayakan keberhasilan si pohon muda. Hal ini tentu saja membuat si pohon muda begitu bangga. “Berkat aku, para binatang itu tidak berani lagi berbuat seenaknya kepada kita,” ujar si pohon muda dengan sombongnya.
Kedamaian yang dirasakan oleh para pohon tidak berlangsung lama. Beberapa hari kemudian, sekelompok penebang memasuki wilayah para pohon itu. Para penebang tersebut hendak menebang pohon-pohon yang ada di sana. Peralatan dan perlengkapan mereka cukup lengkap, di antaranya gergaji mesin yang cukup besar, kapak, tali, dan aneka perbekalan.
“Kenapa manusia itu bisa masuk ke sini?” seru si pohon muda, panik. “Biasanya mereka tidak pernah datang ke sini.”
“Ya, kau betul, sebelumnya mereka tidak berani datang ke sini,” sahut si pohon tua. “Itu karena mereka takut dengan hewan-hewan liar yang berteduh di bawah kita, misalnya macan kumbang. Kini hewan-hewan itu tidak pernah lagi datang ke sini, dan karena itu, para manusia akhirnya berani masuk ke wilayah kita.”
Si pohon muda tertegun. Ia tidak menyangka bahwa hewan-hewan yang suka bersikap seenaknya itu ternyata sebenarnya sangat berguna, yakni mencegah kedatangan manusia. Sekarang hewan-hewan seperti macan kumbang tidak lagi bermain dan berteduh di sana. Hal ini membuat manusia berani mendekat ke tempat itu.
“Dulu kan sudah aku bilang,” lanjut si pohon tua, “bahwa kita semua saling membutuhkan. Kita butuh binatang, sementara binatang membutuhkan kita.”
Pohon muda itu hanya bisa diam membisu. Ia menyesal karena hanya mau mendengarkan pendapatnya sendiri, sementara pendapat penting dari si pohon tua malah diabaikannya. Selanjutnya si pohon muda menjadi pohon pertama yang ditebang oleh para penebang, dan kemudian disusul pohon-pohon lainnya.
Pesan moral dari Cerita Rakyat Asli Indonesia : Pohon Muda yang Sembrono adalah janganlah terlalu sombong sehingga menganggap diri kita yang paling benar. Dengarkanlah pendapat orang lain dengan cermat dan bijaksana. Bagaimanapun pendapat orang lain cukup penting untuk dijadikan salah satu bahan pertimbangan kita.
Banyak sekali kumpulan cerita rakyat indonesia yang kakak miliki, diantaranya dapat kamu temukan pada kategori cerita rakyat nusantara.