Berpuasa memang bukan hal yang mudah, apalagi untuk anak yang baru pertama kalinya belajar berpuasa. Hanya saja, puasa memang harus dilatih sejak dini. Banyak cara memberikan arahan berpuasa kepada anak, salah satunya lewat cerita pendek ramadhan untuk anak.
Dengan memberikan arahan berpuasa sejak dini, anak bisa mengenal dan belajar tentang bagaimana caranya untuk melakukan ibadah puasa entah itu puasa wajib di bulan ramadhan atau pun puasa sunnah.
Bagi Anda yang ingin mengajarkan kepada anak kegiatan puasa di bulan ramadhan, berikut cerita pendek ramadhan untuk anak yang bisa Anda bacakan!
Cerita Pendek Ramadhan Untuk Anak – Rara Belajar Berpuasa
Sesuai judulnya, cerita pendek ramadhan ini merupakan sebuah cerita pendek yang menceritakan tentang Rara yang mulai belajar menjalankan ibadah puasa.
Seperti apa ceritanya?
Di sebuah desa, hidup seorang anak bernama Rara. Ia hidup bersama dengan ibu, kakak, dan ayahnya. Kakak Rara sudah bersekolah SD kelas 6. Kakaknya rajin berpuasa, sementara Rara masih duduk di bangku TK.
Rara mulai dikenalkan oleh ibunya tentang apa itu puasa. Hanya saja, Rara yang masih kecil itu merasa enggan untuk berpuasa karena ia ingin makan cupcake kesukaannya di siang hari nanti.
Sang ibu pun berkata, “Ra, cupcake kan bisa dimakan sehabis berpuasa nanti. Rara tidak ingin seperti kakak yang sudah berpuasa dan tidak merasa keberatan melakukannya?”
Rara yang masih polos itu menjawab, “Kakak kan sudah besar, Rara kan masih kecil. Kalau besok Rara berpuasa, besok Rara tidak bisa makan cupcake dong bu?”
Mengerti bahwa anaknya masih belum paham tentang arti pentingnya puasa dan bagaimana menahan hawa nafsu, ibunya pun memperbolehkan Rara untuk tidak berpuasa di esok hari.
Esok hari pun tiba, kakak, ayah dan ibu berpuasa. Namun Rara tidak menjalankannya karena menunggu penjual cupcake dan ingin makan sesegera mungkin.
Hanya saja, penantian Rara ternyata sia – sia. Di hari pertama puasa itu, penjual cupcake langganan Rara tidak menjajakan dagangannya.
“Bu, Ibu!”, Rara memanggil ibunya.
“Iya, Ra, kenapa nak?” Ibu Rara menyahuti putrinya itu.
“Kenapa penjual cupcake tidak jualan ya? Apa penjual cupcake sudah kaya sehingga ia tidak lagi butuh uang?” ucap Rara kepada ibunya.
“Nak, mungkin bapak penjual cupcake-nya sedang berpuasa dan menghormati orang yang sedang berpuasa juga sehingga ia tidak berjualan hari ini.”
Mendengar jawaban tersebut, Rara tentu sangat kecewa. Rara pun kembali bertanya, “Apakah kalau orang tidak berpuasa harus menghormati orang yang berpuasa ibu?”
“Iya Ra. Apalagi kalau sekarang, momentnya adalah puasa ramadhan. Puasa ramadhan itu kewajiban bagi setiap umat muslim khususnya yang sudah baligh. Rara kan muslim, meski masih belum baligh, ada baiknya Rara belajar berpuasa dan belajar menghormati orang yang sedang berpuasa. Dengan begitu nanti Rara bisa berpuasa dengan ikhlas dan senang. Kalau pun Rara tidak berpuasa, salah satu cara menghormati orang berpuasa adalah dengan tidak makan di depannya.”
“Rara mengerti. Besok Rara berpuasa. Lagi pula, penjual cupcake tidak datang. Kalau berpuasa sekarang apa masih bisa ibu?” tanya Rara polos.
“Puasa itu dimulai sebelum terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Nah, kalau sekarang sudah tidak bisa karena fajar sudah terbit berjam – jam yang lalu. Jadi, kalau Rara ingin mulai berpuasa, Rara bisa memulainya besok”.
Rara pun mengangguk tanda mengerti dan setuju. Keesokan harinya, Rara mulai berpuasa. Ini adalah kali pertama bagi Rara menjalankan ibadah puasa.
Hari itu, di jam 09.00, Rara tentu lemas karena biasanya di jam 09.00 ia sedang makan. Namun Rara tetap kuat dan berkata kepada ibunya, “Ibu, kalau Rara nanti puasanya bisa sampai tenggelam fajar, apa Rara akan dapat hadiah dari Allah”
Ibunya pun menjawab, “Iya, Rara nanti akan dapat hadiah dari Allah. Hadiahnya berupa pahala. Tapi Allah kalau memberi hadiah tidak diberikan saat itu juga. Hadiahnya akan disimpan Allah dulu sebagai pahala dan diberikan jika waktunya tiba. Kalau Rara saja bisa bersabar untuk makan di waktu berbuka, Rara juga harus bersabar menunggu hadiah dari Allah ya”. Rara mengangguk tanda paham.
Sore harinya, ketika moment berbuka sudah tiba, ibu Rara menyiapkan cukup banyak makanan. Ketika adzan magrib tiba, keluarga kecil tersebut berbuka.
Betapa senangnya Rara di waktu itu. Bukan hanya karena akan berbuka, namun karena di depannya sudah ada cupcake kesukaan Rara yang diberikan ibunya. “Wah, cupcake! Ibu, apakah ini salah satu hadiah dari Allah selain pahala karena Rara berpuasa?”
Mendengar pertanyaan gadis kecilnya itu, ibu Rara tersenyum dan mengatakan, “Rara harus berterima kasih ya sama Allah dan janji tidak akan mengecewakan Allah karena Allah sudah memberikan banyak hadiah untuk Rara”.
Sejak saat itu, Rara berpuasa secara penuh di bulan ramadhan hingga hari raya tiba dan Rara mendapat hadiah lagi berupa baju lebaran dengan warna favoritnya.
Cerita pendek Ramadhan di atas memiliki pesan bahwa :
Anak harus diajarkan berpuasa sejak dini dan ditanamkan nilai – nilai tentang ibadah untuk membuatnya melatih kesabaran, rasa syukur dan rasa ingin mengenal Allah dan agamanya lebih dalam lagi.
Ingin membaca cerita inspiratif islami lainnya? Baca : Cerita Islami Penuh Makna Paling Inspiratif – Bacaan Untuk Segala Usia
Semoga informasi yang kami bagikan di atas dapat menjadi informasi menarik dan membawa manfaat. Khususnya bagi para orang tua yang ingin menanamkan nilai – nilai ibadah dan keagamaan untuk anak.