Cerita Dongeng Untuk Anak dengan Pesan Moral

Cerita dongeng untuk anak yang kami ceritakan di blog ini selalu memiliki pesan moral yang bisa diambil. Kami selalu mencoba memberikan dongeng anak terbaik untuk pengunjung semua. Selamat membaca dan mendongeng.

Cerita Dongeng Untuk Anak : Legenda Batu Bangkai

Setiap hari Andung Kuswara sibuk mencari kayu bakar untuk dijual, sedangkan ibunya mencari buah-buahan di hutan.

Andung ingin merantau agar nasibnya bisa berubah. Ia mempunyai bekal ilmu pengobatan. Sudah banyak tetangganya yang merasakan khasiat obat-obatan bikinan Andung.

“Ibu, izinkan aku merantau. Aku ingin kita menjadi kaya,” kata Andung. “Apakah sudah kamu pikirkan matang-matang?” jawab sang ibu.

Andung mengangguk mantap. Dengan berat hati, ibunya melepaskan Andung merantau.

Selama perjalanan, Andung banyak mengobati orang-orang sakit yang dijumpainya. Upahnya ia gunakan untuk membiayai hidup selama merantau.

Sampailah Andung di Kerajaan Basiang. Penduduk kerajaan sedang kena wabah penyakit kulit. Andung segera mengobati setiap orang yang dijumpainya. Banyak orang berbondong-bondong datang meminta diobati oleh Andung.

Pada saat yang sama putri raja sedang sakit keras. Raja pun segera mengutus prajuritnya untuk meminta pertolongan Andung.

Andung terpesona dengan kecantikan sang putri. Andung pun bersungguh-sungguh mengobatinya. Sang putri menjadi segar dan sehat seperti sediakala. Kemudian, Raja menikahkan anaknya dengan Andung.

Sang Putri kemudian hamil. Ia meminta suaminya untuk mencarikan buah kesturi. Andung bersedia mencari buah tersebut meski sebenarnya sulit dicari. Ia pun pergi ke kampung asalnya, tempat tumbuhnya pohon kesturi.

Ibu Andung melihat anak kesayangannya. Ibunya segera berteriak memanggil anak kesayangannya, “Andung… Andung… ini aku ibumu, Nak!”

“Hei, Nenek Tua! Jangan sembarangan mengaku sebagai ibuku!”

Sang Ibu kaget mendengar jawaban Andung. Tanpa sadar, ibu Andung bergumam, “Ya, Tuhan, mohon keadilanmu terhadap semua ini.”

Setelah itu, badai muncul dengan kuatnya disertai hujan yang lebat. Karena ketakutan, Andung spontan berteriak, “Ibu, maafkan aku!”

Sayang, permintaan maaf itu terlambat. Andung perlahan-lahan berubah menjadi batu. Konon sampai sekarang, batu tersebut masih ada di Kecamatan Loksado, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.

Dongeng Cerita Anak : Si Bungsu dan Biyawak

Alkisah ada suatu kerajaan yang rakyatnya hidup dengan tentram dan damai. Kerajaan itu diperintah oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Sang Raja mempunyai 7 orang putri, semuanya belum bersuami. Suatu hari, sang Raja mengadakan sayembara. Barang siapa dapat membangun istana megah di seberang sungai maka akan dijadikan menantu.

Ada enam orang pemuda yang menyanggupi permintaan sang Raja. Keenam pemuda itu bekerja keras siang dan malam dan hasilnya luar biasa. Dalam tempo yang tidak terlalu lama, berdirilah sebuah istana megah di seberang sungai.

Karena istana tersebut berada di seberang sungai. Raja pun kembali mengadakan sayembara untuk membuat jembatan. Namun sungguh aneh hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu tidak ada seorangpun yang menyanggupi sayembara itu.

Tiba-tiba, ada seorang nenek tua dan seekor biawak hadir di ruang persidangan. Mereka hendak mengikuti sayembara.

“Sayembara ini terbuka untuk siapa saja. Kaya, miskin, tampan, jelek, tidak masalah,” kata sang Raja.

“Nah, anakku, kau sudah mendengar sendiri perkataan sang Raja tadi.” Tak disangka, ternyata biawak yang diajak bicara adalah tidak lain anak sang Nenek.

Cerita Dongeng Untuk Anak dengan Pesan Moral
Cerita Dongeng Untuk Anak dengan Pesan Moral

Sepeninggal nenek tua, Raja memanggil ketujuh putrinya untuk diberitahu perihal si Nenek dan anaknya. Enam putri menolak mentah-mentah untuk menikah dengan biawak tersebut, hanya putri bungsu yang bersedia.

Keesokan harinya, semua orang kaget, ternyata biawak itu sudah menyelesaikan pekerjaannya. Raja pun kemudian menepati janjinya untuk disandingkan dengan calon menantunya. Keenam pasangan yang lain terlihat serasi, kecuali putri bungsu.

Malamnya, Putri bungsu merasa mengantuk, Biawak yang yang menjadi suaminya ditinggal begitu saja di sudut kamar. Ia tertidur pulas. Namun tiba-tiba, di sampingnya telah berbaring seorang seorang pemuda tampan.

“Sungguh tak tahu malu! Walau suamiku seekor binatang, ia jauh lebih baik dibanding kau yang tidak tahu tatakrama!”

“Sabar istriku, sebenarnya aku adalah suamimu sendiri. Oleh karena suatu hal, aku dikutuk menjadi seekor biawak,” terang pemuda tampan itu.

Mengetahui keadaan yang sebenarnya, amarah sang Bungsu reda. Sang Raja beserta penghuni kerajaan yang lain pun merasa bahagia. Kemudian, si Bungsu pun hidup bahagia dengan suaminya.

Temukan Cerita dongeng untuk anak terbaik kami lainnya pada posting Cerita Dongeng Untuk Anak PAUD Terbaik dari Yunani dan Cerita Dongeng Untuk Anak Anak Dari Cina dan Korea