Kalian pasti tahu bahwa cerita dongeng pangeran kodok memiliki banyak sekali versi. Pada malam hari ini kami akan bercerita salah satu versi yang jarang diceritakan. Semoga menambah wawasan kalian mengenai dongeng popular dunia.
Cerita Dongeng Pangeran Kodok (Cina)
Suatu hari, Raja mengadakan sayembara. Anehnya, sayembara ini diikuti oleh binatang. Siapa pun binatang yang bisa melompat dengan tinggi, dia akan menikah dengan putrinya. Sungguh lucu sekali.
Sayembara itu hanya diikuti oleh tiga peserta, yaitu kutu, belalang, dan kodok. Masing-masing dari mereka yakin akan memenangkan sayembara itu.
Pada hari yang ditentukan, mereka berkumpul di aula kerajaan. Semua rakyat berkumpul untuk melihat sayembara aneh itu. Para binatang juga tak mau kalah ingin melihatnya.
Sebelum lomba dimulai, para peserta diminta untuk memperkenalkan diri. Peserta pertama adalah kutu. Dengan sombongnya kutu memperkenalkan diri. Kutu memberi hormat kepada Raja.
“Aku adalah kutu yang bisa melompat sangat tinggi. Setiap hari aku mengisap darah para bangsawan sehingga darah yang mengalir di tubuhku adalah darah biru,” ucap Kutu.
Kemudian disusul dengan belalang. Belalang berdiri dengan bangga, lalu membungkuk memberi salam kepada Raja.
“Aku adalah belalang dari keturunan bangsawan. Bapak-ibuku adalah bangsawan belalang. Jadi, aku pantas mendampingi putri Anda nantinya,” kata Belalang.
Peserta yang terakhir adalah kodok. Kodok hanya membungkuk dan tak banyak bicara. Ia lebih memikirkan bagaimana cara memenangkan perlombaan ini.
Lomba pun dimulai. Semua yang hadir bertepuk tangan. Kutu menjadi yang pertama maju. Ia melompat sangat tinggi sehingga tak ada yang melihatnya di mana dia jatuh. Akhirnya, Raja memutuskan Kutu gagal memenangkan lomba.
Peserta kedua yang maju adalah belalang. Belalang langsung melompat sangat tinggi. Olala… sampai-sampai ia tak bisa mengendalikan diri dan mendarat tepat di wajah Raja. Karena dianggap tak sopan, akhirnya belalang pun kalah dalam perlombaan.
Kemudian peserta yang ketiga adalah kodok. Kodok melompat dengan sangat tinggi. Waah… dia mendarat di pangkuan putri. Hal itu membuat penonton bersorak-sorai. Kodok sangat bahagia. Akhirnya ia berhasil memenangkan perlombaan itu.
Ada hal ajaib setelah perlombaan selesai. Kodok berubah menjadi pangeran tampan. Rupanya, kodok adalah jelmaan seorang pangeran yang dikutuk. Ia harus mencari cinta sejatinya untuk menghilangkan kutukan itu. Akhirnya, pangeran dan putri pun menikah dan hidup bahagia.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Pangeran Kodok (Cina) adalahSegala sesuatu memang harus didapatkan dengan perjuangan.
Dongeng Sebelum Tidur : Jangan Buruk Sangka (Cina)
Ada seorang pemuda yang memiliki seorang teman. Mereka berdua sangatlah akrab. Beberapa kali temannya mengundang makan di rumahnya. Pemuda itu sangat senang. Teman baiknya menyediakan makanan yang enak untuknya.
Beberapa hari kemudian, pemuda itu juga ingin mengundang temannya makan malam. Selama ini si teman selalu menjamunya, sekarang giliran si pemuda. Pemuda itu menyiapkan makanan spesial kesukaannya.
Tak perlu menunggu lama, temannya pun datang. Pemuda itu pun mengajaknya duduk. Ia lalu menuangkan minuman ke dalam cangkir temannya. Ia juga menuangkan minuman itu ke dalam cangkir miliknya.
“Bersulang,” katanya. Pemuda itu langsung meminum sampai habis.Tetapi, temannya tidak ikut minum, hanya memandang cangkirnya. Raut wajahnya tampak cemberut.
“Aku pulang dulu,” ujar si teman, tiba-tiba. “Kapan-kapan aku ke sini lagi,” lanjutnya, lalu buru-buru pulang.
Pemuda itu keheranan.Temannya belum makan apa pun, tapi Ia malah pamit pulang. Minuman yang ia tuang juga belum diminum. Ada apa gerangan?
Berhari-hari teman pemuda itu tak menemuinya. Bahkan, tak ada kabar darinya. Pemuda itu jadi penasaran. Kenapa semenjak jamuan makan malam itu temannya justru menjauhinya? Aneh.
Pemuda itu berniat menemui temannya. Ia langsung mendatangi rumah temannya itu. Rupanya sang teman sedang duduk di teras depan rumah. Pemuda itu langsung menanyakan masalah apa yang membuatnya menjauhinya.
“Kau tahu, saat aku akan minum di rumahmu dulu itu, ternyata ada ular kecil di cangkirku. Apa kau mau membunuhku?” ujar sang teman, kesal.
Pemuda itu jadi kebingungan. Ia sama sekali tidak mengerti tentang ular yang ada di dalam cangkir si teman. Pemuda itu lantas pamit pulang. Ia ingin menyelidiki kebenarannya.
Sesampainya di rumah, pemuda itu langsung duduk di tempat yang diduduki oleh temannya pada waktu jamuan yang lalu. Ia kemudian menuangkan air ke dalam cangkirnya. Olala… rupanya benar, ada bayangan seperti ular di cangkir tersebut. Pemuda itu lalu mendongak ke atas. Rupanya bayangan itu adalah bayangan dari busur panah yang dia Ietakkan di dinding. Ia jadi tertawa sendiri saat mengetahuinya.
Olala… rupanya ada kesalahpahaman di antara kedua sahabat itu. Si pemuda pun segera menemui temannya lagi.
“Ikutlah kembali ke rumahku. Akan aku tunjukkan apa yang terjadi sebenarnya,”ucap si Pemuda.Temannya lalu mengikutinya.
“Duduklah di tempatmu kemarin. Sekarang akan aku tuangkan air ke cangkirmu,” ucap si Pemuda. Lagi-lagi, temannya melihat ada ular kecil di cangkirnya.
“Itu bukanlah ular kecil. Itu adalah bayangan busur milikku,” ucap pemuda itu. Lalu ia mengambil busur panah yang dipasang di dinding rumahnya.
“Nah, sekarang Iihatlah kembali. Apakah ularnya masih ada?”tanya pemuda itu seraya tersenyum. Olala… ularnya sudah tidak ada.
Temannya pun meminta maaf karena sudah berpikiran buruk tentang si Pemuda. Akhirnya mereka pun kembali berteman seperti dulu.
Pesan moral dari Dongeng Sebelum Tidur : Jangan Buruk Sangka (Cina) adalah Jangan suka berprasangka buruk, apalagi kepada teman baikmu.