Fabel kera adalah cerita dongeng binatang yang paling sering diceritakan setelah dongeng kancil. Kali ini kami kembali memposting cerita dongeng hewan kera untuk adik-adik semua. Selamat membaca.
Cerita Dongeng Binatang : Kera si Penipu
Di sebuah hutan dengan pohon-pohon yang lebat, dan daun-daun yang hijau, seekor bangau sedang berjalan dengan kaki panjangnya ke sebuah sungai, untuk menangkap ikan dan kodok.
Kodok, adalah makanan favorit si bangau. Bangau mempunyai sahabat akrab di hutan itu yang bernama kera, mereka saling membantu. Si bangau suka mencari kutu si kera, dan mengantarkan kera terbang jauh.
Sayapnya yang lebar, kakinya yang panjang, dan lehernya yang panjang itu Bangau masih memanfaatkan untuk berpergian jauh. Karena sayap yang lebar dan kuat, Kera jadi semakin senang dengan bangau. Tapi dia tak pernah membantu atau membalas budi si bangau.
Kera selalu licik dan khianat inginnya sendiri. Saat itu mereka berdua berjalan-jalan mencari makanan untuk berdua, Bangau belum sadar bahwa kera itu licik dan menipunya.
“Bangau, kamu ingin makan ikan dan kodok bukan?” tanya kera. Bangau yang sedang mengambil buah pir yang berjatuhan dengan paruhnya menoleh dan mengangguk.
“Kasihan, kalau begitu kau cari ikan dan kodok yang banyak, serta aku megambil pisang dan buah-buahan yang lain,” ucap kera.
“Kau betul, kera. Ya sudah sampai jumpar pamit bangau yang sudah asyik pergi ke sungai.
Kera pun yang pintar memanjat dapat mengambil buah-buahan dengan cepat dikumpulkannya anggur, apel, pir, pisang, dan leci dan diletakkannya di bawah pohon rambutan, tempat janjian mereka berdua.
“Bangau, bangau kau maunya saja ditipu olehku, Hihihi” tawa kecil kera lalu melahap sepotong pisang.
Bangau pun mendapati banyak ikan dan kodok, tapi ia terkejut bahwa buah-buahan untuk mereka berdua telah habis, kera pun malah mengambil satu ekor ikan lalu dibakarnya di atas batu yang panas.
“Dimana buah-buahannya?” tanya bangau heran. Dia juga belum menyangka bahwa kera menipunya. Malah kera juga mengambil jatahnya.
“Bangau, hari ini kaki aku sakit. Tadi aku hanya mendapat beberapa buah jadinya kumakan karena kau begitu lama,” ucap kera berbohong.
“Kasihan sekali, ayo kita serbu makanannya,” kata bangau iba. Ini ketiga kalinya dia ditipu oleh kera.
Tapi setelah kejadian itu kedua kalinya, Bangau tentu sakit hati. Tetapi dia tidak mau memutuskan hubungannya. Kera menyimpan banyak makanan, dan sisanya hanya untuk bangau.
Lusa, kera ingin menipu bangau lagi, dia ingin ke pulau Medang. Tak mungkin ada yang mengizinkan meminjamkan perahu pada kera. Lagi pula hari ini warga bangau sedang susah mencari makan, karena akhir-akhir ini sungai menjadi kering.
TOK!TOK!TOK!
Kera mengetuk pintu rumah pohon si bangau yang tinggal sendirian. Bangau sedang bangun tidur, karena kera terlalu cepat ingin bangau mengantarkan ke pulau Medang.
“Oh, selamat pagi kera.” sapa bangau mengucek matanya yang masih mengantuk.
“Pagi juga bangau!” balas kera.
“Ada apa kera? Kamu seperti tidak sabar itu? Kau mau bermain bersamaku?” tanya bangau bertubi-tubi.
“Bangau aku ingin kau mengantarkanku ke pulau Medang. Disana banyak kodok Iho, dan aku mencari buah sawo” tipu si kera membuat bangau bersiap-siap.
“Oke, ayo kita berangkat bangau!” perintah kera sambil menaiki punggung bangau.
Bangau pun mengepakkan sayapnya yang lebar menuju pulau medang. Di sepanjang jalan celotehan dan candaan kera membuat bangau tak bisa berkonsentrasi. Pulau Medang sangatlah jauh, tapi demi warga bangau.
Bangau sudah kelelahan, energinya tinggal 5 persen sampai. Mereka pun tiba di tempat tujuan. Bangau terbaring dipasir dengan kelelahan. Kera asyik memakan sawo yang melimpah.
Kera telah tidur, perutnya membiru tanda kekenyagan. Setelah bangau mencari kodok, dia tak menemukannya hingga kera bangun.
“Bangau, sudah kenyang?” tanya kera pura-pura.
“Sang kera, Anda telah kenyang di sini. Makanan berlimpah. Kodok dan belalang yang Anda janjikan tidak ada di sini. Oleh karena itu, saya tidak mungkin tingggal di sini. Saya akan kembali ke kampung halamanku.” Kata Bangau.
Dengan buah sawo yang berlimpah di sini, anda bisa hidup tujuh turunan. Oleh karena itu, besok saya akan pulang. Saya akan menceriterakan kepada warga kera tentang hutan sawo mu.” Lanjut bangau yang sadar bahwa dia sudah ditipu.
Mendadak kera terenyak gugup. “Jangan begitu,” kilah kera “saya tak mungkin tinggal disini sendirian.”
“Tetapi aku tak bisa hidup tanpa kodok, iya bukan?”
Bangau pun terasa sakit hati. Dia pun membalas tipuan si kera.
“Kalau begitu baiklah. Mari terbangkan saya pulang ke kampung bersamamu,” ujar sang kera. “Maaf sang kera, sayapku belum begitu pulih untuk bisa terbang dengan beban tubuhmu. Jangankan terbang dengan sang kera. Terbang sendiri pun belum tentu kuat.”
“Kalau begitu kita tunggu saja sampai Anda pulih kembali kekuatannya.” Sang bangau menjawab,
“Mana mungkin aku harus menunggu. Apa yang harus saya makan? Apa saya harus coati kelaparan di sini sementara kamu punya buah sawo yang berIimpah? Saya kira kamu dapat pulang sendiri dengan perahu. Kamu dapat membuat perahu kan.”
Sang kera tertunduk malu. Ia ingat akan kebohongannya. Sebenarnya ia hanya punya sedikit keahlian membuat perahu. Namun, karena malunya kepada sang bangau, ia berkata,”Kalau begitu bantulah saya mencari tanah liat. Nanti saya yang menempanya.”
Singkat cerita, perahu itu sudah jadi. Mereka mendorong ke tengah lautan, dan berangkatlah mereka berdua. Sang kera naik perahu dengan perasaan takut sekali.
Sesekali, perahu itu diterjang ombak. Wajah sang kera menjadi pucat. Sebaliknya, sang bangau selalu bernyanyi: “Curcur humat, curcur hurnat, bila hancur saya selamat, bila hancur saya selamat”
Tentu saja sang bangau dapat terbang jika perahu itu hancur diterpa ombak. Kemungkinan untuk hancur memang ada, karena perahu itu hanya dibuat dari tanah liat oleh kera yang tidak ahli.
Sementara itu, mereka telah berlayar jauh ke tengah lautan. Pulau Sumbawa sebagai kampung halamannya telah tampak dari kejauhan. Tiba-tiba badai bertiup dengan kencang. Hujan pun turun dengan lebat. Ombak lautan bergulung-gulung menerpa perahu mereka. Dalam waktu yang singkat, perahu itu pecah berantakan. Sang bangau segera terbang, sedangkan sang kera dengan susah payah mencoba berenang. Namun, tubuhnya yang kecil tidak mampu melawan derasnya arus dan besarnya gelombang lautan yang kian mengganas. Akhirnya, sang kera mati ditelan ombak lautan.
Lautan tenang kembali. Nun di atas langit tampak sang bangau terbang dengan tenang menuju kampung halamannya.
Pesan Moral dari Cerita Dongeng Binatang : Kera si Penipu adalah jangan suka berbohong pada siapa pun. Jangan suka memanfaatkan teman untuk kepentingan diri sendiri. Dan jauhi sifat licik, karena sifat itu sangat tercela dan dapat merusak persahabatan.
Baca juga dongeng hewan bergambar terbaik lainnya pada artikel cerita kancil mencuri timun