Cerita dongeng anak kisah Tanduk Alam sebenarnya pernah kakak posting pada blog ini, jika adik-adik rajin mengikuti cerita anak yang kakak posting tentu adik-adik tidak akan melewatkan Cerita Dongeng Putri Raja Banggai dan Tanduk Alam.
Cerita Dongeng Anak : Kisah Tanduk Alam
Dahulu kala, hiduplah seorang ulama agama Islam yang berasal dari Negeri Palembang, pemuka agam itu bernama Hasan Tanduk Alam di masyarakat dikenal dengan nama Tanduk Alam. Dia berkelana ke Negeri Banggai dengan tujuan berdagang serta menyebarkan agama Islam. Namun sebelum tiba di Negeri Banggai, ia menetap di Tanah Sea-Sea dan bekerja sebagai pengrajin barnag-barang dari emas serta membuat berbagai macam perhiasan.
Pada awalnya dia menjual hasil kerajinannya kepada penduduk desa sambil mengajarkan agama Islam, oleh karena itdu ia tidak hanya dikenal sebagai pengrajin emas, namun juga sebagai ulama.
Tanduk Alam tidak hanya dikenal di kalangan penduduk, tetapi juga di kalangan istana Negeri Banggai yang dipimpin oleh Raja Adi Cokro.
Suatu hari, kalangan istana dan seluruh rakyat Negeri Banggai bersedih, karena tiba-tiba Putri Raja Adi Cokro tiba-tiba hilang. Sang Raja pun segera memerintahkan kepada seluruh tentara dan rakyat untuk mencari putrinya.
Namun kemudian mereka mendengar dapat kabar bahwa putri Raja diculik dan disembunyikan di Pulau Sagu atas perintah Raja Ternate yang ingin menguasai Kerajaan Banggai.
Mendengar kabar itu, Raja Adi Cokro segera memanggil keempat pengawalnya untuk membebaskan putrinya di Pulau Sagu. Namun mereka gagal membebaskan, karena jumlah pasukan orang-orang Tobelo yang ada di Pulau Sagu jauh lebih besar.
Raja Adi Cokro sangat mencemaskan nasib putrinya yang ditawan di Pulau Sagu. Di tengah keheningan tersebut, salah seorang pengawalnya angkat bicara. “Ampun, Baginda. Bagaimana kalau kita meminta bantuan Tanduk Alam. Barangkali dia bisa membantu kita untuk membebaskan sang Putri,” usul pengawalnya itu. “Ya benar juga, kalau begitu, panggil Tanduk Alam untuk segera menghadap kepadaku!” perintah sang Raja. Keempat pengawal tersebut segera berangkat ke Tanah Sea-Sea untuk memanggil Tanduk Alam.
Beberapa lama kemudian, Tanduk Alam pun datang menghadap Raja dengan mengenakan pakaian kebesarannya. Kemudian sang Raja menceritakan semua kejadian yang tengah terjadi mengenai putrinya, “Bersediakah kamu membantu prajuritku pergi ke pulau itu untuk membebaskan putriku?” pinta Raja Adi Cokro setelah mengakhiri ceritanya.
“Baik, Baginda. Tapi hamba mempunyai satu permintaan,” jawab Tanduk Alam.
“Apakah itu, Tanduk Alam?” tanya Raja Adi Cokro.
“Hamba bersedia membantu membebaskan putri Tuanku, tapi hamba tidak perlu didampingi oleh pasukan dengan jumlah besar untuk menghindari jatuhnya banyak korban.” jawab Tanduk Alam. Raja pun menyanggupinya, Tanduk Alam hanya didampingi oleh empat pengawal Raja saja.
Dalam perjalanan menuju Pulau Sagu, mereka pun mengatur siasat. Pada saat tengah malam, mereka pun sampai di Pulau Sagu. Tanduk Alam pun segera naik ke pulau itu. Saat menginjakkan kaki di Pulau Sagu, Tanduk Alam segera duduk bersila sambil berdoa kepada Tuhan yang Mahakuasa.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia menghilang. Betapa terkejutnya keempat pengawal tersebut menyaksikan peristiwa itu dari atas perahu layar. Sementara keempat pengawal tersebut menunggu di perahu layar sambil berjaga-jaga dari serangan musuh, Tanduk Alam telah menyelinap masuk ke tempat disembunyikannya putri Raja tanpa sepengetahuan orang-orang Tobelo yang sedang berjaga. Sesampainya di tempat itu, ia melihat sang Putri dikurung di dalam sebuah ruangan.
Tanduk Alam pun segera membuka pintu ruangan itu secara perlahan- lahan, Alangkah terkejutnya sang Putri saat ia terbangun dan melihat seorang pemuda berjubah di dekatnya. “Tenanglah Tuan Putri! Aku Tanduk Alam, diutus oleh Ayahandamu untuk membebaskanmu dari tempat ini,” kata Tanduk Alam dengan suara pelan.
“Benarkah itu, Tuan?” tanya sang Putri.
“Benar, Tuan Putri! Aku kemari bersama keempat pengawal Ayahandamu. Mereka sedang menunggu di perahu,” jawab Tanduk Alam, “Ayo, Tuan Putri! Kita pergi dari tempat ini,” ajak Tanduk Alam.
“Bagaimana caranya, Tuan?” tanya sang Putri bingung. “Duduklah dan pejamkan matamu, Tuan Putri,” ujar Tanduk Alam. Sang Putri pun menuruti perkataan Tanduk Alam. Saat sang Putri memejamkan matanya, Tanduk Alam memegang kedua tangan sang Putri sambil membaca doa. Sesaat kemudian, keduanya pun menghilang dari ruangan itu. Tidak berapa lama kemudian, tiba-tiba mereka berada di atas perahu.
Betapa terkejutnya keempat pengawal tersebut saat melihat Tanduk Alam dan sang Putri tiba-tiba muncul di samping mereka. Mereka segera pulang kembali ke Negeri Banggai. Kedatangan mereka pun disambut meriah oleh keluarga istana dan seluruh rakyat Negeri Banggai. Raja Adi Cokro sangat kagum atas keberhasilan Tanduk Alam membawa pulang putri kesayangannya. Raja Adi Cokro pun mengakui dan memuji kemampuan dan kesaktian Tanduk Alam.
“Terima kasih, Tanduk Alam, hadiah apa yang kamu inginkan dariku?” tanya Raja Adi Cokro.
“Sekiranya Baginda tidak keberatan, hamba minta sebidang tanah kosong dan rawa-rawa untuk hamba tanami durian dan sagu,” jawab Tanduk Alam.
“Permintaanmu akan aku kabulkan, Tanduk Alam!” jawab Raja Adi Cokro.
“Terima kasih, Baginda Raja! Semoga hasilnya di kemudian hari tidak hanya bermanfaat bagi hamba, tetapi juga untuk kesejahteraan rakyat negeri ini,” ucap Tanduk Alam. Raja Adi Cokro pun semakin kagum terhadap kemuliaan hati Tanduk Alam. Tanduk Alam pun membuka lahan dengan menanam durian dan sagu di lahan bekas rawa-rawa. Pada tahun-tahun berikutnya, Tanduk Alam mendapatkan hasil yang berkelimpahan. Kehidupannya pun semakin sukses, kaya dan bahagia. Walaupun Tanduk Alah sudah menjadi orang yang sangat kaya raya, Ia selalu membantu penduduk di sekitarnya dalam membuka lahan untuk menanam durian dan sagu. Sejak saat itu, masyarakat Banggai semakin menghormati dan menyayangi Tanduk Alam.
Karena rasa hormat masyarakat kepada Tanduk Alam, ia dapat menyebarkan syiar agama Islam di daerah Banggai dengan mudah. Lebih lagi setelah ia mempersunting Putri basalo Tano Bonunungan, ia semakin mudah dalam menyiarkan keyakinannya.
Tidak butuh waktu lama pemeluk agama Islam di Negeri Banggai, khususnya di Tanah Sea-Sea dan Tano Bonunuhgan semakin banyak. Tanduk Alam menyebarkan agam islam di Negeri Banggai hingga ia menghembuskan napas terakhirnya. Dengan tujuan menghargai jasa beliau terhadap Negeri Banggai, masyarakat di daerah tersebut mengubur jasad Tanduk Alam tepat di bagian belakang istana Raja Banggai.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Anak : Kisah Tanduk Alam adalah Berbuat baiklah dan ikhlas membantu orang lain, maka jalan hidup kita pasti akan dimudahkan.
Baca cerita dongeng anak menarik lainnya yaitu Fabel Dongeng Sebelum Tidur : Gajah Yang Baik Hati dan Kisah Dongeng Anak PAUD : Gajah Yang Baik Hati