Pada zaman dahulu, hiduplah seorang abdi dalem Kraton Mataram yang bernama Ki Sapa Wira. Ia selalu memandikan Gajah milik Sultan Agung yang bernama Kyai Dwipangga. Suatu hari, Ki Sapa Wira terkena sakit bisul di bawah ketiaknya, sehingga ia tidak dapat bergerak dengan bebas. Ia pun kesulitan memandikan Gajah milik Sultan Agung tersebut. akhirnya, ia meminta bantuan kepada adik iparnya yang bernama Ki Kerti untuk memandikan Gajah itu.
Akhirnya, Ki Kerti bersama Gajah itu berangakat. Namun, di tengah perjalanan. Ki Kerti memberikan dua buah Kelapa muda untuk sarapan sang Gajah. Konon, jika seekor Gajah di berikan kelapa muda, ia akan patuh.
Setelah selesai menyantap kelapa muda tersebut Ki Kerti dan Kyai Dwipangga atau sang Gajah melanjutkan perjalanannya menuju sebuah sungai. Di sungai tersebut, Ki Kerti menyuruh Kyai Dwipangga untuk berendam. Ia pun mulai memandikan Gajah itu dengan menggosok-gosok badanya menggunakan daun kelapa. Setelah selesai mandi dan Kyai Dwipangga bersih, ia langsung membawanya kembali ke kraton.
Keesokkan harinya, sama seperti kemarin. Ki Kerti datang ke keraton menjemput Kyai Dwipangga untuk memandikannya. Pada saat itu, cuaca terlihat sangat mendung. Namun, tidak turun hujan. Ia pun membawa Kyai Dwipangga ke sungai tempat biasa memandikan Gajah tersebut. namun, sesampainya di sungai tersebut, Ki Kerti kecewa. Karena, sungai tersebut terlihat sangat dangkal dan surut.
‘’ Mana bisa memandikan Gajah yang besar ini di sini. Jangankan memandikan, berendam pun tidak bisa.’’ Kata Ki Kerti.
Ia pun membawa Kyai Dwipangga ke hilir. Ia melihat airnya lebih besar dari tempat biasa memandikan Kyai Dwipangga. Airnya pun lebih dalam dan lebih bersih. Namun, tiba-tiba saja banjir bandang datang dari arah hulu. Ki Kerti berteriak-teriak dan berusaha meminta tolong sambil melambaikan tangannya. Namun, usahanya sia-sia. Ia pun hanyut dan tenggelam bersama dengan Kyai Dwipangga ke Laut Selatanke duanya tidak dapat terselamatkan dan meninggal dunia.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, Sultan Agung menamai sungai tersebut dengan nama “ Kali Gajah Wong” karena, sudah menghanyutkan seekor Gajah dan orang (wong). Kali tersebut, terletak di sebuah Timur Yogyakarta