Kisah rakyat Jaka Tarub dan Legenda Kawah Sikidang merupakan dua contoh cerita rakyat legenda paling populer di nusantara. Rasanya hampir semua orang pernah mendengar tentang cerita rakyat ini. Saking populernya Kisah rakyat Jaka Tarub dan Legenda Kawah Sikidang sering di jadikan Contoh Cerita Rakyat Legenda pada pelajaran sekolah. Kalo adik-adik belum pernah mendengar kisahnya, ini saat nya kalian untuk membaca posting Kakak kali ini sampai selesai.
Contoh Cerita Rakyat Legenda Dari Jawa Tengah : Kisah Jaka Tarub
Disebuah desa bernama Tarub tinggallah seorang janda. Mbok Randa Tarub namanya. Ia mempunyai seorang anak angkat, seorang anak lelaki yang di kemudian hari setelah beranjak dewasa kerap disapa Jaka Tarub.
Jaka Tarub anak yang rajin dan berbakti kepada ibu angkatnya. Ia mengolah tanah di sawah dan ladang milik ibu angkatnya. Di sela-sela waktunya digunakannya untuk mencari kayu bakar di hutan. Kadang ia berburu dengan menggunakan sumpitnya. Jaka Tarub terkenal piawai memainkan sumpitnya, jarang meleset jika ia menyumpit. Wajahnya juga tampan hingga membuat gadis-gadis sangat menghendaki dapat disuntingnya. Namun, Jaka Tarub tampaknya belum berminat untuk berumah tangga. Mbok Randa Tarub senantiasa mengingatkannya, “Jaka anakku, sebelum ibumu ini tutup usia, aku ingin melihat engkau berumah tangga.”
Namun, hingga Mbok Randa Tarub meninggal dunia karena sakit, Jaka Tarub belum juga beristri.
Sepeninggal ibu angkatnya, Jaka Tarub lebih banyak menghabiskan waktunya dengan melamun. Ia merasa sangat sedih ditinggalkan perempuan tua yang telah diakuinya sebagai ibu kandung itu. Pada suatu siang Jaka Tarub tidur dan bermimpi. Dalam impiannya itu ia memakan daging rusa. Amat lezat rasanya. Seketika ia terbangun, Jaka Tarub pun bergegas menuju hutan seraya membawa sumpitnya. Ingin benar ia memakan daging rusa seperti yang dirasakannya dalam impiannya itu.
Sangat mengherankan baginya, Jaka Tarub tidak menjumpai seekor hewan buruan pun. Tidak dilihatnya seekor rusa pun. Bahkan hingga Jaka Tarub menuju bagian hutan yang belum pernah dijelajahinya pun, tetap tidak dijumpainya seekor rusa di tempat itu. Jaka Tarub menjadi lelah. Duduklah ia kemudian di atas batu yang terdapat di pinggir telaga. Keadaan sepi dan ditambah dengan lelah yang dirasakannya membuat Jaka Tarub mengantuk. Tak berapa lama kemudian ia telah tertidur.
Baru beberapa saat Jaka Tarub tertidur, telinganya mendengar suara yang mengejutkan baginya. Suara perempuan-perempuan yang tengah bercanda. Jaka Tarub terheran-heran mendengar suara-suara itu. Mengapa pula ada perempuan-perempuan di tengah hutan? Siapakah mereka? Atau jangan jangan, mereka adalah hantu-hantu perempuan penunggu hutan itu!
Jaka Tarub penasaran. Ia pun mencari sumber suara itu. Amat terpernjat Jaka Tarub ketika mendapati tujuh perempuan tengah mandi di telaga itu. Sangat cantik-cantik wajah mereka. Jaka Tarub berhasrat menikahi salah seorang dari mereka. Seketika dilihatnya tujuh selendang yang terletak di dekat telaga itu, Jaka Tarub langsung mengambil salah satu selendang. Segera disembunyikannya selendang itu.
Menjelang sore tujuh perempuan cantik itu hendak mengakhiri acara mandi mereka. Salah seorang perempuan itu mengajak enam perempuan lainnya untuk segera kembali ke Kahyangan. Mengertilah Jaka Tarub jika tujuh perempuan itu adalah tujuh bidadari.
Salah seorang bidadari, Nawang Wulan namanya, tidak menemukan selendangnya. Bidadari bungsu itu berusaha keras mencari selendangnya, namun tetap tidak diketemukannya. Enam kakaknya turut pula mencari. Tetap, selendang Nawang Wulan tidak ditemukan. Enam kakak Nawang Wulan akhirnya meninggalkan Nawang Wulan sendirian. Mereka terbang ke Kahyangan dengan menggunakan selendang mereka masing-masing.
Sepeninggal enam kakaknya, Nawang Wulan menangis. Ia sangat sedih karena tidak bisa kembali ke Kahyangan. Dunia manusia merupakan sesuatu yang sangat asing baginya. Ia merasa akan kesulitan untuk tinggal di dunia manusia itu, terlebih-lebih tidak ada seorang pun yang dikenalnya di dunia manusia itu.
Jaka Tarub segera mendekat dan mengajak berkenalan. Dikemukakannya kesediaannya untuk menolong Nawang Wulan. Merasa tidak ada lagi sosok yang dapat dimintai tolong, Nawang Wulan pun menyatakan kesediaannya ketika Jaka Tarub mengajaknya pulang ke rumah Jaka Tarub.
Beberapa waktu kemudian Jaka Tarub menikahi Nawang Wulan. Keduanya hidup berbahagia. Jaka Tarub tidak lagi bermalas-malasan
karena merasa telah mempunyai tanggung jawab. Terlebih-lebih ketika istrinya mengandung dan kemudian melahirkan seorang bayi perempuan.
Jaka Tarub memberi nama anaknya itu Nawangsih. Setelah menikah, Jaka Tarub sesungguhnya merasa heran. Lumbung padinya serasa tidak pernah berkurang isinya, melainkan bertambah. Panen yang kemarin belum habis, panen berikutnya telah didapatkannya. Padahal, setiap hari istrinya itu menanak nasi. Lantas, bagaimana hal itu bisa terjadi? Jaka Tarub tidak menanyakan masalah itu, melainkan disimpannya di hatinya saja. Meski, hal itu membuat rasa penasarannya kian meninggi.
Pada suatu hari Nawang Wulan berpesan kepada Jaka Tarub, “Kakang, aku tengah memasak nasi. Tolong jagakan apinya. Pesanku,jangan sekali-kali Kakang membuka tutup kukusan ini. Tunggu hingga aku pulang dari sungai”
Sepeninggal istrinya, Jaka Tarub sangat penasaran akan larangan istrinya. Jaka Tarub pun melanggar pesan istrinya. Ia membuka tutup kukusan. Betapa terperanjatnya Jaka Tarub ketika mendapati setangkai padi di dalam kukusan. Istrinya menanak nasi hanya dari setangkai padi!
“Pantas padi di lumbungku serasa tidak pernah habis-habis dan bahkan terus bertambah;” gumam Jaka Tarub. “Rupanya istriku menanak setangkai padi untuk menjadi nasi satu kukusan penuh!”
Ketika Nawang Wulan pulang dari sungai, ia membuka tutup kukusan. Dilihatnya setangkai padi yang diletakkannya masih berupa setangkai padi. Mengertilah ia jika suaminya telah melanggar pesannya untuk tidak membuka tutup kukusan. Kesaktiannya yang selama itu dirahasiakannya akhirnya musnah.Ia harus berlaku laksana manusia di bumi untuk menanak nasi. Ia harus menumbuk padi, menampi, hingga akhirnya menanak beras itu menjadi nasi. Nawang Wulan terpaksa bekerja keras seperti ibu-ibu lainnya. Maka, persediaan padi di lumbung suaminya terus berkurang. Hingga suatu waktu padi di lumbung itu tinggal sedikit hingga alas lumbung pun terlihat. Ketika itulah Nawang Wulan menemukan selendangnya!
Nawang Wulan amat sedih sekaligus geram, suaminya itu ternyata yang menyembunyikan selendangnya. Ia merasa, suaminya memang telah merencanakan agar ia tinggal di bumi dan kemudian menikahinya. Nawang Wulan segera mengenakan selendangnya dan terbanglah ia menemui suaminya. Katanya, “Kakang, aku akan kembali ke Kahyangan. Jaga dan rawatlah Nawangsih baik-baik. Buatlah dangau di sekitar rumahmu ini dan letakkan Nawangsih pada setiap malam harinya. Aku akan datang untuk menyusuinya. Pesanku, sekali-kali janganlah engkau mengintip atau datang mendekat!”
Jaka Tarub tidak dapat mencegah kepergian istrinya setelah kedoknya terbongkar. Ia terpaksa rnengiyakan pesan istrinya.
Nawang Wulan lantas terbang menuju langit setelah mencium Nawangsih.
Jaka Tarub lantas membuat dangau di sekitar rumahnya. Sesuai pesan istrinya, setiap malam ia meletakkan Nawangsih di dalam dangau itu. Ia merasa sangat menyesal karena pernah melanggar pesan istrinya, maka kini ia memegang teguh pesan istrinya itu. Sama sekali ia tidak berani mengintip atau datang mendekati dangau ketika istrinya tengah menyusui Nawangsih, buah hati mereka.
Pesan moral dari contoh cerita rakyat legenda dari jawa tengah : kisah Jaka Tarub adalah kebohongan atau kedustaan, meski ditutup rapat-rapat. Pada akhirnya akan terbuka. menutup kebohongan atau kedustaan tak ubahnya menyimpan bangkai, bau busuknya pasti akan tercium pula meski telah rapat-rapat ditutup.
Contoh Cerita Rakyat Legenda dari Jawa Tengah : Legenda Kawah Sikidang
Diwilayah Dieng pada zaman dahulu berdiri sebuah kerajaan. Istana kerajaan itu sangat megah lagi indah. Putri Shinta Dewi berdiam di istana kerajaan itu.
Shinta Dewi amat terkenal kecantikannya. Layaknya dapat disejajarkan dengan kecantikan bidadari Kahyangan. Tidak sedikit pangeran dan putra bangsawan yang berkehendak melamar dan memperistri Shinta Dewi. Namun hingga selama itu belum ada pemuda yang berani datang mengajukan pinangannya pada Shinta Dewi.
Syandan, tersebutlah seorang pangeran kaya raya. Kidang Garungan namanya. Kekayaan sang pangeran begitu terkenal, Iaksana semua kemewahan dimilikinya. Selain itu, Pangeran Kidang Garunganjuga terkenal sakti. Shinta Dewi mendengar pula adanya seorang pangeran yang sangat kaya raya lagi sangat sakti itu.
Pada suatu hari datang utusan Pangeran Kidang Garungan ke istana kerajaan di Dieng. Utusan itu mengemban amanat dari Pangeran Kidang Garungan untuk melamar Shinta Dewi.
Mendapati datangnya lamaran dari Pangeran Kidang Garungan, Shinta Dewi langsung menyatakan persetujuannya. “Baiklah,” katanya kepada sang utusan, “sampaikan kepada Pangeran Kidang Garungan bahwa aku menerima pinangannya. Silahkan Pangeran Kidang Garungan untuk datang ke istana kerajaan ini untuk membahas pernikahan yang akan kami lakukan.”
Utusan itu pun kembali setelah mendapat jawaban yang baik dari Shinta Dewi. Pangeran Kidang Garungan lalu mengadakan persiapan menuju Dieng setelah mendengar lamarannya diterima Shinta Dewi. Kereta indah berlapis emas disiapkan untuk menjadi kendaraan sang pangeran untuk menuju istana tempat tinggal calon istrinya itu. Kuda-kuda pilihan disiagakan pula. Tak lupa, berbagai hadiah yang kesemuanya indah telah disiapkan untuk diberikan kepada Shinta Dewi. Pada hari yang telah ditentukan berangkatlah Pangeran Kidang Garungan dengan iringan para pengawal.
Shinta Dewi telah mengadakan persiapan penyambutan. Istana kerajaan telah dihias dengan berbagai hiasan yang menyedapkan pandangan. Aneka hiburan telah pula disiapkan. Juga aneka makanan serta minuman yang kesemuanya enak dan lezat. Semuanya telah menunggu kedatangan pangeran kaya raya lagi sakti itu.
Namun, betapa terperanjatnya Shinta Dewi setelah bertemu dengan Pangeran Kidang Garungan. Sosok pangeran itu bukan seperti yang dibayangkannya. Tubuh Pangeran Kidang Garungan memang tegap lagi gagah. Akan tetapi kepala Pangeran Kidang Garungan ternyata menyerupai kepala kijang jantan!
Dalam hati, Shinta Dewi seketika itu menyatakan penolakannya menjadi istri Pangeran Kidang Garungan. Namun, apa yang harus dilakukannya untuk menggagalkan rencana pernikahannya?
Setelah memikirkan berbagai cara, akhirnya Shinta Dewi pun mengajukan syarat kepada Pangeran Kidang Garungan sebelum diperistri. Katanya, “Hendaklah pangeran membuatkan aku sebuah sumur yang sangat besar lagi dalam. Pembuatan sumur itu harus pangeran sendiri yang mengerjakannya.”
Pangeran Kidang Garungan terheran-heran mendengar permintaan calon istrinya itu. Namun, ia bisa menerima permintaan Shinta Dewi setelah calon istrinya itu menjelaskan padanya jika mereka akan menggunakan air sumur itu untuk mandi bersama.
Pangeran Kidang Garungan menerima syarat itu. Tanpa membuang waktu, hari itu juga ia langsung bekerja. Dengan mengerahkan segenap kesaktiannya ia segera bekerja untuk menciptakan sebuah lubang yang besar lagi dalam. Kedua tangannya yang kekar lagi kokoh terus menggali tanah. Tanduknya digunakannya pula untuk menggali tanah yang keras. Tidak berapa lama lubang yang besar lagi dalam telah tercipta. Sumur hampir selesai.
Shinta Dewi sangat terperanjat melihat kemampuan Pangeran Kidang Garungan yang dalam waktu tak berapa lama hampir menyelesaikan sumur yang dibuatnya. Ia sangat takut jika sumur itu akhirnya selesai dalam waktu tak berapa lama lagi. Ia harus bertindak untuk menggagalkan pekerjaan Pangeran Kidang Garungan. Ketika mendapati Pangeran Kidang Garungan masih berada di dalam lubang besar lagi dalam itu, Shinta Dewi pun memerintahkan para prajuritnya untuk menutup kembali lubang tersebut dengan tanah.
Pangeran Kidang Garungan yang masih berada di dalam lubang menjadi marah tak terkira ketika mendapati dirinya tertimbun di dalam lubang. Ia tahu, Shinta Dewi bermaksud mencelakakan dirinya. Ia pun mengerahkan kesaktiannya untuk menembus tanah yang digunakan untuk menimbun dirinya. Terjadi ledakan yang besar ketika tubuh Pangeran Kidang Garungan keluar dari timbunan tanah. Tanah di sekitar lubang itu bergetar hebat karenanya. Namun, sebelum tubuh Pangeran Kidang Garungan berhasil keluar dari lubang, Shinta Dewi memerintahkan para prajuritnya untuk kembali menimbun lubang tersebut. Para prajurit bekerja keras memenuhi perintah Shinta Dewi untuk menimbun lubang dengan tanah hingga Pangeran Kidang Garungan tidak dapat muncul ke permukaan tanah.
Pangeran Kidang Garungan terus berusaha untuk dapat keluar dari timbunan tanah. Setiap kali ia menerobos tanah yang digunakan untuk menimbunnya, setiap kali itu terdengar suara ledakan yang keras. Tanah menjadi bergetar dan permukaannya terasa panas.
Meski telah berusaha keras, tetap Pangeran Kidang Garungan tidak dapat keluar dari lubang yang dibuatnya sendiri karena para prajurit terus menimbun lubang dengan tanah. Menyadari dirinya tidak bisa lagi keluar dari lubang, Pangeran Kidang Garungan pun mengeluarkan sumpah kutukannya, “Shinta Dewi! Karena perbuatan burukmu pada diriku ini, maka seluruh anak keturunanmu kelak akan berambut gimbal!”
Sumur yang meledak hingga membuat tanah bergetar dan permukaannya terasa panas itu di kemudian hari dinamakan Kawah Sikidang. Di dalam kawah itu dipercaya terdapat Pangeran Kidang Garungan. Tanah yang bergetar hebat dan permukaannya yang terasa panas dipercayai bermula dari kemarahan menggelegak dari Pangeran Kidang Garungan yang dijebak oleh Shinta Dewi. Adapun beberapa warga di Dieng yang berambut gimbal juga dipercaya merupakan anak keturunan Shinta Dewi.
‘ Kidang dalam bahasa Jawa berarti Kijang.
Pesan moral dari Contoh Cerita Rakyat Legenda dari Jawa Tengah : Legenda Kawah Sikidang adalah jangan mudah berjanji sebelum memikirkannya baik-baik. jika kita berjanji hendaklah kita tepati. Pengingkaran janji akan menyebabkan kerugian bagi kita di kemudian hari dan juga merugikan orang lain yang telah mendapat janji tersebut.
Jika adik-adik penasaran ingin mengetahui berbagai contoh cerita rakyat legenda nusantara lainnya, maka kakak anjurkan adik-adik membaca artikel kami lainnya yaitu cerita rakyat indonesia, dongeng cerita rakyat nusantara dan kumpulan cerita rakyat