Berdasarkan wikipedia Dongeng Bawang Putih dan Bawang Merah merupakan dongeng terkenal Melayu Indonesia yang berasal dari Riau. Pada cerita rakyat ini dikisahkan dua orang gadis cantik yang memiliki sifat dan perangai yang bertolak belakang. Secara sepintas legenda rakyat ini mirip sekali dengan cerita Cinderala yang berasal dari Eropa.
Sinopsis Cerita Rakyat Dongeng Bawang putih dan Bawang merah Singkat
Yuk kita sama-sama ikuti kisah lengkapnya
Bawang Putih di Usir Ibunya
Pada zaman dahulu kala di sebuah desa, hiduplah sepasang suami isti.
Mereka bekerja sebagai petani. Mereka memiliki dua orang putri.
Putri yang pertama bernama Bawang Putih, sedangkan adiknya bernama Bawang Merah.
Namun, dua saudara itu memiliki watak dan sifat yang berbeda.
Bawang Putih sangat rajin membantu ibunya, sedangkan Bawang Merah sangat malas.
Pada suatu pagi, sebelum pergi ke pasar, sang ibu menyuruh Bawang Putih dan Bawang Merah untuk menumbuk padi.
Padi itu sudah harus menjadi nasi saat ia pulang.
“Bantu kakakmu, Bawang Merah,” pinta ibunya.
Bawang Merah mengangguk, Pura-pura mengiyakan perintah ibunya.
Saat ibunya pergi, Bawang Putih meminta Bawang Merah mengambil padi di lumbung.
“Bawang Merah, ayo kita keluarkan padi dari lumbung,” ajak Bawang Putih.
“Kakak saja. Nanti aku yang memotong tangkainya,” balas Bawang Merah,
Bawang Putih lalu mengeluarkan padi itu sendirian. Untunglah, Bawang Putih terbiasa bekerja keras.
“Bawang Merah, padi sudah aku keluarkan dari lumbung. Sekarang giliranmu memotong tangkainya,” kata Bawang Putih.
“Kakak saja sekalian, nanti aku yang akan menjemur padi itu,” balas Bawang Merah sambil duduk malas.
Bawang Putih pun memotong tangkai padi itu.
Bawang Putih kembali meminta Bawang Merah untuk menjemur padi, namun lagi-lagi Bawang Merah menolaknya.
Bawang Merah terus menolak setiap Bawang Putih memintanya untuk membantu. Alhasil, Bawang Putih bekerja sendirian hingga padi itu menjadi beras.
Saat sore hari, barulah padi itu menjadi nasi.
Tubuh Bawang Putih sudah sangat kotor.
Ia pun pamit kepada Bawang Merah untuk mandi di sungai.
Tak selang berapa lama, ibu pulang dari pasar. Bawang Merah cepat-cepat melumuri tubuhnya dengan dedak.
“Tahukah Ibu? Seharian aku bekerja keras sendirian, menumbuk padi hingga menjadi nasi, Aku sungguh lelah, Ibu,” ujar Bawang Merah kepada ibunya, sambil berpura-purer kelelahan.
“Memangnya ke mana Bawang Putih?” tanya sang ibu dengan marah.
“Bawang Putih kerjanya hanya bersolek. Sekarang, dia sedang mandi di sungai,” jawab Bawang Merah.
Saat Bawang Putih pulang ke rumah, sang ibu langsung memarahi Bawang Putih.
Ia juga mengusir Bawang Putih dari rumah.
Sang ibu sama sekali tak memberikan kesempatan kepada Bawang Putih untuk menceritakan yang sebenarnya.
Burung Berwarna Emas
Setelah bawang putih diusir ibunya dari rumah. Ia pun berlari ke hutan sambil menangis.
Sungguh, hatinya sangat sedih karena difitnah oleh adiknya.
Saat sedang menangis, Bawang Putih melihat seekor burung berwarna emas sedang bertengger di dahan pohon. Bawang Putih lalu memanggil burung itu.
“Hai burung, patuklah kepalaku agar aku mati,” pinta Bawang Putih.
Burung itu langsung mematuk kepala Bawang Putih.
Tiba-tiba, muncul mahkota emas yang sangat indah di kepala Bawang Putih.
Bawang Putih menjadi sangat heran. Tapi, ia tak menyerah.
Ia kembali meminta burung untuk mematuk tubuhnya.
Olala, bukannya terluka, baju yang dikenakan Bawang Putih malah berubah seperti baju seorang putri kerajaan.
“Burung, tolong patuklah telingaku. Aku ingin mati saja,” pinta Bawang Putih kembali.
Burung itu mematuk telinga Bawang Putih. Lagi-lagi, terjadi keajaiban.
Muncul anting-anting berhias permata yang indah di telinga Bawang Putih.
Burung itu kemudian mematuk leher Bawang Putih.
Muncullah kalung yang indah pada leher Bawang Putih.
Bawang Putih merasa sangat takjub. Kini, dirinya bagaikan seorang putri kerajaan yang sangat cantik.
“Kenapa semua ini bisa terjadi?” tanya Bawang Putih, kebingungan.
Namun, burung itu sudah menghilang entah ke mana. Bawang Putih lalu berlari ke rumah neneknya.
Ia menceritakan apa yang terjadi kepada neneknya.
Sang nenek yang melihat penampilan Bawang Putih, juga menjadi heran. Ah, keajaiban itu memang pantas diterima Bawang Putih, karena Bawang Putih adalah anak yang baik hati.
Setelah diusir oleh ibunya, Bawang Putih tinggal di rumah neneknya.
Namun, kini Bawang Putih memiliki baju dan perhiasan yang amat cantik.
Ia seperti seorang putri raja.
Kunjungan Bawang Merah
Suatu hari, Bawang Merah mengunjungi rumah neneknya.
Melihat penampilan Bawang Putih yang berubah, Bawang Merah menjadi iri.
Ia pun meminta Bawang Putih untuk menceritakan semuanya. Tanpa rasa curiga, Bawang Putih bercerita kepada Bawang Merah dengan jujur.
Bawang Merah langsung pulang ke rumahnya.
Ia meminta ibunya untuk memarahinya dan mengusirnya dari rumah.
Ibunya pun marah besar kepada Bawang Merah
Bawang Merah menangis dan pergi ke hutan.
Benar saja, ia melihat burung berwarna emas sedang bertengger di salah satu dahan pohon.
“Burung, patuklah kepalaku, dan hiasilah dengan mahkota yang indah,” pinta Bawang Merah.
Burung itu pun mematuk kepala Bawang Merah. Tapi, apa yang terjadi? Olala, bukannya mahkota yang muncul di kepalanya, malah lintah besar yang mengerikan yang muncul.
Bawang Merah masih belum menyadari itu, karena ia menutup matanya.
“Patuklah telingaku dan leherku. Hiasilah dengan anting-anting dan kalung mutiara yang indah,” pinta Bawang Merah kembali.
Burung berwarna emaspun mematuk telinga dan leher bawang putih. Tapi bukan anting dan kalung mutiara yang muncul melainkan ular dan lebah penyengat.
Saat burung itu mematuk tubuh bawang merah lainnya, yang muncul justru kalajengking dan lipan berbisa di sekujur tubuh bawang merah.
Bawang Merah membuka matanya. Alangkah kagetnya ia ketika mendapati dirinya dililit oleh ular yang besar dan di tubuhnya banyak kalajengking. Dia berteriak meminta tolong. Namun tak ada yang mendengarnya karena ia berada jauh didalam hutan. Itulah buah dari perbuatan jahat yang dilakukan oleh Bawang Merah.
Pesan moral dan Kesimpulan
Jangan berlaku curang, ya. Itu sungguh tak baik. Dan dengarkan penjelasan dari orang lain, jangan langsung menyalahkan.
Kebaikan akan selalu berbuah manis. Maka, teruslah menjadi anak yang baik.
Berbuat baiklah, agar kebaikan pula yang akan kamu dapatkan. Jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan pula yang akan kamu dapatkan.