Menelusuri Cerita Rakyat Jaka Tarub dan Nawang Wulan yang Melegenda

Setiap daerah di Indonesia memiliki legenda atau cerita rakyat yang berbeda beda. Bahkan ada kalanya, cerita tersebut terdengar mirip dengan pesan moral yang sama. Salah satu cerita menarik yang kali ini hendak dibahas adalah legenda Jaka Tarub dan Nawang Wulan.

Daripada penasaran, tuk cari tahu laur lengkapnya sebagai berikut.

Jaka Tarub Bertemu Nawang Wulan

Suatu hari hiduplah seorang pemuda tampan dan sangat populer bernama Jaka Tarub. Meskipun begitu, Jaka Tarub masih lajang karena merasa belum ada wanita yang bisa membuatnya tertarik. Ketampanan Jaka Tarub pun sudah terdengar hingga pelosok negeri sehingga membuat seluruh wanita merasa penasaran.

Kendati banyak wanita yang datang hendak mendekatinya, Jaka Tarub menilai bahwa kecantikan mereka tidak ada yang spesial. Hingga di suatu waktu, Jaka Tarub berangkat ke hutan untuk mengumpulkan kayu. Aktivitas ini sudah biasa ia lakukan dan menjadi rutinitas sehari hari. di tengah hutan, Jaka Tarub mendengar suara dari arah air terjun.

Karena penasaran, laki laki ini pun mendatangi air terjun untuk mengecek apa yang sebenarnya terjadi. Selama ini, ia tidak pernah melihat ada orang yang menggunakan air terjun tersebut karena letaknya yang terlalu jauh dari desa. Ia mendengar ada sekelompok wanita yang bersenda gurau di sana. Suara tersebut terdengar semakin jelas dan setiap langkah ia mendekat.

Sesampainya di sana, Jaka Tarub sangat terkejut melihat tujuh gadis yang sangat cantik. Mereka semua sedang mandi dan saling bercanda. Gadis gadis tersebut adalah wanita tercantik yang pernah ia lihat semasa hidupnya. Parasnya sangat lembut dan suaranya pun begitu merdu. Karena saking terpesona nya, Jaka Tarub enggan beranjak.

Setelah selesai mandi, ketujuh wanita ini pun mengenakan selendang, Jaka Tarub semakin terkejut saat melijat satu per satu dari mereka terbang ke langit dengan menggunakan selendang tersebut. “Wah sepertinya mereka bukan manusia. mereka adalah bidadari!” kata Jaka Tarub dengan takjub. Melihat hal tersebut, Jaka Tarub ingin mendapatkan salah satu dari mereka.

Jaka Tarub Menyembunyikan Selendang Bidadari

Akhirnya, Jaka Tarub mengambil salah satu selendang yang berada di atas batu. Jaka tarub yakin jika selendang itu adalah milik salah satu bidadari cantik yang ada di hadapannya. Hingga satu bidadari menyadari bahwa selendangnya telah hilang. “Dimana selendangku? Apa kakak kakak melihatnya? Tadi aku yakin meletakkannya di sini.” Tanya wanita tersebut kepada saudara saudaranya.

“Nawang wulan, aku tidak tahu. Bagaimana ini? Waktu sudah sangat sore, kita harus kembali ke kayangan.” Jawab salah satu saudara wanita. “Lebih baik kamu cari saja dulu, nanti kalau sudah ketemu kamu bisa nyusul ke kayangan” Timpal salah satu gadis yang lain. Mendengar jawaban tersebut, Nawang Wulan hanya bisa menangis. Ia juga tidak bisa menahan saudaranya.

Saat Nawang Wulan menangis, Jaka Tarub datang untuk menenangkannya. Jaka Tarub menawarkan rumahnya untuk menjadi tempat tinggal Nawang Wulan sampai dia menemukan selendangnya. Karena tinggal satu atap, Jaka Tarub dan Nawang Wulan pun semakin akrab. Hingga pada akhirnya, Jaka Tarub melamar Nawang Wulan sebagai isterinya.

Nawang Wulan juga sebenarnya telah jatuh cinta pada Jaka Tarub. Pernikahan pun akhirnya terlaksana hingga lahirlah seorang anak perempuan. Meskipun hanya bekerja sebagai petani, keluarga Jaka Tarub tidak pernah kekurangan. Mereka selalu punya nasi untuk makan. Jaka tarub sebenarnya merasa heran, namun istrinya hanya berpesan untuk tidak membuka pancinya saat memasak.

Jaka Tarub pun mengikuti nasihat sang isteri hingga kehidupannya selalu lancar. Namun suatu hari, Jaka Tarub merasa sangat penasaran hingga pada akhirnya membuka tutup penanak nasi. Jaka Tarub pun terkejut saat melihat bahwa istrinya hanya memasak satu butir beras di dalam panci. Jaka Tarub langsung pergi agar isterinya tidak mencurigai tindakannya.

Nawang Wulan Kembali ke Kayangan

Saat Nawang Wulan kembali ke dapur, ia melihat bahwa nasi yang dimasaknya tidak berubah menjadi penuh. Di saat itulah wanita itu tahu bahwa Jaka Tarub sudah melanggar janjinya. Akibat perbuatan suaminya, kemampuan sihir Nawang Wulan pun menghilang. Sekarang ia harus menanak nasi dalam jumlah yang normal sebagaimana mestinya.

Lama kelamaan, beras di lumbung mereka pun semakin menipis. Sampai pada akhirnya, Nawang Wulan menyentuh dasar karung penyimpanannya. Disanalah Nawang Wulan melihat selendangnya. Ia benar benar terkejut dan kecewa, karena selama ini suaminya lah yang membuatnya tidak bisa kembali ke kayangan.

Nawang Wulan selalu mengira bahwa Jaka Tarub adalah laki laki yang baik dan tulus menolongnya. Ia tidak menyangka bahwa suaminya bersifat picik dan tidak bisa dipercaya. Saat Jaka Tarub pulang, Nawang Wulan sedang memakai selendangnya dan bersiap kembali ke kayangan. “Aku akan pulang sekarang. Saat bulan purnama, bawa anak kita keluar dan aku akan datang. “

Pesan Moral Kisah Jaka Tarub dan Nawang Wulan

Kepergian Nawang Wulan tidak bisa dicegah. Akhirnya, Jaka Tarub hanya bisa meratapi kesalahannya. Dari kisah tersebut dapat diambil pesan bahwa kita harus menjadi manusia yang jujur dan tidak mengingkari janji atau sumpah. Jika kita berbohong pada orang lain, maka orang tersebut akan kecewa dan merasa dikhianati. Kondisi itu akan membuat mereka menjauh dari kita.

Itulah kisah singkat tentang legenda Jaka Tarub dan Nawang Wulan yang penuh dengan moral value. Kisah rakyat semacam ini memang menarik untuk dikulik lebih dalam. Disamping cerita tersebut, anda pun bisa menggunakan kisah Legenda Danau Toba sebagai dongeng pengantar tidur untuk anak. Kisahnya cukup singkat namun sangat menarik.