Legenda Si Pahit Lidah, Cerita Rakyat Sumatera Selatan yang Ada Museumnya Lho!

Kalau bicara tentang cerita rakyat Sumatera Selatan, ada banyak cerita rakyat turun temurun yang berasal dari daerah Sumatera Selatan ini. Salah satu yang paling terkenal adalah Legenda Si Pahit Lidah.

Bahkan saking terkenalnya Legenda Si Pahit Lidah ini sampai ada museum Si Pahit Lidah yang terletak di Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Jadi museum ini merupakan museum arkeolog pertama di Sumatera Selatan.

Di dalam museum, terdapat berbagai macam koleksi arkeologi berupa artefak. Sampai sekarang museum tersebut dibuka dan operasionalnya dibawah pengawasan pemerintah setempat. Tertarik untuk berkunjung ke museum?

Back to the topic, terkait bagaimana cerita Legenda Si Pahit Lidah bisa Anda simak dalam informasi berikut!

Legenda Si Pahit Lidah – Cerita Rakyat Sumatera Selatan Paling Terkenal

Dahulu kala di daerah Sumidang, hidup seorang pangeran bernama Pangeran Serunting. Pangeran Serunting ini merupakan anak dari seorang raksasa yang bernama Putri Tenggang.

Sang pangeran memiliki seorang adik ipar yang bernama Aria Tebing. Hanya saja, hubungan keduanya tidak harmonis. Pangeran Serunting berseteru dengan adik iparnya, Aria tebing karena perasaan iri di antara keduanya.

Legenda Si Pahit Lidah

Apa yang melatarbelakangi rasa iri tersebut?

Pangeran Serunting dan Aria Tebing memiliki ladang padi yang letaknya bersebelahan namun dipisahkan oleh pepohonan. Pada pepohonan yang memisahkan ladang keduanya tersebut, tumbuh cendawan. Nah, cendawan yang tumbuh ke arah ladang Aria Tebing berubah menjadi logam emas, sementara cendawan yang tumbuh ke arah ladang sang pangeran menjadi tanaman tak bernilai.

Rasa iri di antaranya pun muncul dan bahkan mengakibatkan suatu perkelahian yang tak bisa terlerai. Keduanya memulai pertempuran, namun masih ada waktu sampai hari pertarungan tiba. Di sisi lain Aria Tebing sadar kalau sang pangeran jauh lebih sakti dari dirinya karena itu, ia memutuskan mencari cara lain untuk menggagalkan pertarungan tersebut.

Aria Tebing membujuk sang kakak agar mau memberitahukan kepadanya rahasia kesaktian sang pangeran. Sang kakak yang tidak tega kepada adiknya, memberitahu Aria Tebing rahasia dari kesaktian suaminya yaitu terletak pada tumbuhan ilalang yang bergetar meski tidak tertiup angin.

Setelah tahu rahasia tersebut, Aria Tebing menantang pangeran Serunting berkelahi dan ia mengalahkan pangeran Serunting dengan cara menancapkan tombak pada ilalang yang bergetar dan hal tersebut mengakibatkan Pangeran Serunting terluka parah.

Pangeran yang merasa istrinyalah yang membocorkan rahasia kesaktiannya marah. Karena merasa dihianati, pangeran pun pergi mengembara ke Gunung Siguntang untuk melakukan pertapaan. Hyang Mahameru yang mengetahui sang pangeran bertapa menjanjikan kekuatan gaib asalkan pangeran mau memenuhi apa yang dipersyaratkannya.

Syarat yang diajukan oleh Hyang Mahameru adalah bahwa pangeran Serunting harus bertapa kembali di bawah pohon bambu sampai seluruh tubuhnya ditutupi daun bambu. Pertapaan pangeran pun dimulai dan berlangsung selama 2 tahun. Setelah 2 tahun, tubuh sang pangeran dipenuhi daun bambu sehingga pangeran pun mengakhiri pertapaan dan Hyang Mahameru menepati janjinya untuk memberikan kekuatan gaib kepada sang pangeran.

Kekuatan gaib tersebut berupa kesaktian ucapan. Jadi semua hal yang dikatakan atau diucapkan oleh Pangeran Serunting nantinya akan berubah menjadi sebuah kutukan.

Merasa dirinya sudah lebih baik dan memiliki kekuatan gaib, pangeran berniat pulang ke Sumidang. Dalam perjalanan tersebut, sang pangeran mencoba kesaktiannya. Ketika melihat pohon tebu yang sudah menguning, pangeran mengubahnya menjadi batu hanya dalam satu ucapan saja.

Masih banyak hal – hal lain yang dicoba sang pangeran untuk diberikannya kutukan. Sudah cukup lama pangeran menggunakan kekuatannya tersebut untuk mengutuk. Terutama ketika Pangeran Serunting dalam kondisi marah, karena itu akhirnya pangeran yang semakin lama semakin angkuh ini dijuluki sebagai Si Pahit Lidah.

Suatu hari, sang pangeran menyadari kesalahannya. Ia berpikir untuk tidak menggunakan kekuatannya untuk mengutuk melainkan akan menggunakannya untuk hal – hal baik termasuk membantu orang yang kesusahan.

Salah satu orang kesusahan yang dibantu Pangeran Serunting adalah pasangan tua renta yang menginginkan keturunan. Dari rambut pasangan tersebut yang jatuh, pangeran Serunting kemudian mengubah rambut jatuh tersebut sebagai bayi. Akhirnya pasangan tersebut memiliki keturunan.

Setelah itu, masih banyak hal baik lain yang Pangeran Serunting lakukan. Hanya saja, ia masih saja dikenal sebagai Si Pahit Lidah sampai akhir hidupnya.

Pesan moral Legenda Si Pahit Lidah

Tidak ada manfaat yang bisa didapatkan dari pertengkaran atau perkelahian. Menang atau kalah sama – sama merugi. Balas dendam pun tidak ada baiknya, lebih baik fokuskan diri Anda untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu dan jagalah ucapan Anda agar tidak menjadi Si Pahit Lidah.

Selain Legenda Si Pahit Lidah, masih ada banyak cerita rakyat Sumatera Selatan lainnya yang terkenal dan penuh pesan moral. Salah satunya adalah Legenda Pulau Kemaro. Ceritanya seperti apa? Baca : Cerita Rakyat dari Sumatera Selatan : Legenda Pulau Kemaro

Atau cari dongeng anak yang berasal dari Sumatera Selatan? Baca : Kumpulan Cerita Dongeng Anak dari Sumatera Selatan

Demikian informasi yang kami dapat sampaikan terkait Legenda Si Pahit Lidah, cerita rakyat Sumatera Selatan yang sangat terkenal. Semoga cerita yang kami dongengkan di atas dengan pesan moralnya mudah diterima dan menambah wawasan.