Legenda Rakyat Sumatera Utara : Kisah Teriadinya Donau Toba

Diceritakan, hiduplah seorang pemuda di suatu desa dekat sebuah danau. Pemuda tersebut selalu menangkap ikan di danau dengan memakai bubu (pukat). Pada suatu hari, si pemuda memperoleh seekor ikan yang sangat besar. Ia menjadi sangat ketakutan. Ia lalu mengamati ikan tersebut. Saat itulah didengarnya suara yang menyapanya.

Kisah Dongeng Danau Toba
Kisah Dongeng Danau Toba

“Anak namboru” (putra saudara perempuan ayah), ternyata suara itu datang dari ikan besar tersebut. Lalu ikan itu melanjutkan pertanyaannya, “Apakah anak namboru mau membawa aku pulang?”

Mendengar hal itu, si pemuda kembali terkejut. Namun, karena Si ikan telah menyapanya dengan sapaan persaudaraan menurut adat Batak, maka si pemuda menjawab, “Saya akan membawa boru tulang (putri paman, saudara laki-laki ibu) pulang ke rumah,” jawab si pemuda.

Kemudian Si ikan berkata lagi, “Kalau kau mau membawa aku pulang ke rumah, kamu harus berjanji terlebih dahulu,” kata Si Ikan. Lalu ikan berkata lagi, “Perjanjiannya, pertama kamu tidak boleh memberi tahu siapa pun bahwa aku diperoleh dari bubu ini. Kalau kamu ingkar janji, akan datang malapetaka yang tidak dapat dicegah.” Mendengar persyaratan itu, si pemuda menyetujuinya. Setelah mengucapkan janji, maka Si ikan menjelma menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Kemudian, ia mengajak gadis cantik itu pulang ke desanya dan

dipersuntingnya sebagai istri.

Pada suatu hari, kebahagiaan mereka semakin bertambah, istrinya mengandung anak mereka.

Singkat cerita, anak pertama lahir. Tidak berapa lama, istrinya hamil lagi dan kemudian lahirlah anak kedua. Setelah anak pertama beranjak remaja, ia ditugaskan mengantar nasi dan air tajin kepada ayahnya di ladang.

Seiring dengan berjalannya waktu, kebahagiaan mereka sedikit terusik, karena istrinya tiba-tiba tidak menyediakan air tajin kesukaannya. Kesabaran dan kesetiaan suaminya benar-benar diuji, tetapi rasa kesal itu semakin tak terkendali. Bercampur marah dia berkata, “Dasar tidak tahu diuntung, ibumu adalah manusia yang didapat dengan bubu ikan, dengan hanya memberi umpan dedak dan ubi!”

Mendengar ucapan suaminya itu, ia sangat terkejut karena suaminya telah melanggar janji dan akan terjadi malapetaka terhadap dirinya sendiri, suami, dan anak-anaknya. Kemudian, istrinya pergi meninggalkan mereka.

Sadarlah bahwa janjinya telah dilanggar. Ia merasa sangat menyesal. Belum lama sesal itu dirasakannya. Di luar, awan tampak gelap dan hujan pun turun dengan lebatnya. Semakin lama hujan semakin deras, sehingga kampung tersebut dilanda banjir. Ia dan anak-anaknya tak dapat menyelamatkan diri lagi. Demikian juga dengan semua penduduk di kampung tersebut, hanyut terbawa banjir. Lama-kelamaan, genangan air itu menjadi besar dan tampaklah sebuah danau. Tersebutlah nama Danau Toba atau Danau Silalahi yang ada sampai saat ini.

 

Setiap janji yang telah diucapkan harusĀ  dipegang teguh sampai kapan pun. Pelanggaran terhadap janji berakibat bukan hanya pada diri sendiri, tetapi juga menimpa orang-orang yang dicintai.