Kalau bicara tentang cerita rakyat atau legenda nusantara, ada cukup banyak cerita rakyat dari berbagai daerah yang bisa kita dengar. Salah satunya berasal dari Kalimantan Timur yakni Legenda Pesut Mahakam.
Legenda ini merupakan cerita rakyat turun temurun yang mengisahkan tentang kisah mamalia air tawar yakni ikan pesut yang bisa ditemukan di sekitar Sungai Mahakam. Hanya saja kini populasi ikan pesut yang juga terkenal sebagai lumba – lumba air tawar tersebut sudah sangat menurun.
Lantas, seperti apa cerita rakyat atau legenda dibalik ikan air tawar yang langka yakni Pesut Mahakam?
Legenda Pesut Mahakam
Legenda Pesut Mahakam bermula dari kisah seorang ayah yang tinggal bersama dua orang anaknya di sebuah desa kecil yang ada di Kalimantan Timur. Desa tersebut bernama Muara Muntai.
Sang ayah hanya tinggal berdua dengan kedua anaknya setelah sang istri meninggal karena sakit. Untuk menghidupi kedua anaknya, sang ayah menjual kayu bakar di pasar. Ia juga menggantikan peran sang istri yakni menjadi sosok ibu pengganti bagi kedua anaknya.
Sang ayah selalu berusaha memberi yang terbaik untuk kedua anaknya. Ia rajin membersihkan rumah, mencuci pakaian, memasak dan mengurus keperluan lain. Hanya saja suatu hari, sang ayah merasa tidak sanggup melakukan semua pekerjaan rumah sendirian hingga ia memutuskan untuk menikah lagi.
Sang ayah menikahi seorang perempuan yang cantik dan baik hati. Ia juga sangat menyayangi anak – anak dari sang suami. Sang anak diperlakukan seperti anak kandungnya sendiri. Ia menyiapkan masakan dan kebutuhan keluarga barunya dengan sangat baik.
Dengan penuh kasih sayang yang tercurah, baik ayah dan kedua anaknya sama – sama bahagia dengan kehadiran ibu tiri yang baik hati tersebut. Hanya saja, sikap baik tersebut ternyata tak berlangsung lama.
Suatu hati, ketika sang ayah pergi ke hutan mencari kayu bakar, ibu tiri menunjukkan sikap aslinya. Ia memperlakukan kedua anak tirinya dengan kurang ajar. Ia menyuruh anak – anak tersebut dengan berkata kasar dan penuh amarah. Jika tidak sanggup menjalankan keinginannya, kedua anak tersebut dipukul hingga sekujur tubuhnya penuh memar.
Sementara ketika sang ayah pulang ke rumah, sikap ibu tiri berbanding 180 derajad dengan sikapnya ketika tak ada suaminya. Suatu hari ketika sang ayah tak ada di rumah, ibu tiri kembali menyuruh kedua anak tersebut pergi ke hutan mencari kayu bakar.
Karena takut dipukul jika tidak melakukannya, kedua anak itu pun beranjak pergi dengan sesegera mungkin. Semakin lama, kedua anak tersebut semakin jauh masuk ke dalam hutan. Karena tersesat, anak tersebut kesulitan mencari jalan pulang. Terlebih saat itu kondisi perut mereka sedang sangat lapar. Mereka pun tak sanggup untuk berjalan terlalu jauh dari hutan.
Tak lama kemudian ketika mereka berusaha mencari tempat berteduh, mereka menemukan sebuah sungai kecil. Di sekitar sungai tersebut terdapat banyak pohon pisang. Pohon pisang tersebut buahnya banyak yang matang dan harum.
Anak – anak yang kelaparan itu pun seketika memakan buah pisang dengan sangat lahap. Namun karena hari sudah semakin gelap sementara kayu bakar yang dicari tak cukup untuk dibawa pulang, mereka memutuskan untuk tidur di hutan. Terlebih mereka juga tidak tahu harus lewat kemana untuk pulang.
Keesokan harinya anak – anak tersebut mencari kembali kayu bakar sesuai permintaan sang ibu tiri. Setelah dirasa cukup, mereka segera mencari jalan pulang dan mereka menemukannya. Setibanya di rumah, anak – anak tersebut mencari ibu tiri dan berharap ada makanan di meja makan karena kondisi perut mereka yang sangat lapar.
Hanya saja, kondisi rumah sedang sangat sepi. Ibu tiri tak ada di rumah. Namun di dapur, mereka menemukan sepanci ketan yang masih hangat. Karena kelaparan, mereka pun menyantapnya dengan sangat lahap.
Tak lama kemudian, ibu tiri dan sang ayah tiba di rumah. Keduanya sangat kaget karena makanan hangat tak ada yang tersisa. Kedua anak tersebut berniat menjelaskan kondisinya. Akan tetapi sang ibu tiri memotong pembicaraan dan justru mengadu kepada sang suaminya bahwa kedua anak tersebut tak pulang dua hari karena bermain diluar.
Ia tak mengungkapkan bahwa dirinyalah yang menyuruh kedua anak tersebut pergi mencari kayu bakar di hutan. Tanpa mendengar penjelasan dari anaknya sendiri, sang ayah langsung percaya dengan omongan istrinya itu. Sang ayah pun memarahi kedua anak tersebut.
“Dasar anak nakal. Kalian ini punya otak tidak? Kalian anak manusia atau anak ikan?”
Setelah ucapan ayah tersebut, petir terdengar tiba – tiba. Kedua anak tersebut kemudian merasakan panas yang hebat di seluruh badan. Pelan – pelan tubuh kedua anak yang malang itu berubah menghitam dan ketika berlari menuju sungai, tubuh mereka berubah menjadi ikan berwarna hitam.
Melihat anaknya yang berubah menjadi ikan, sang ayah pun menyesal dan menangis. Dari sanalah cerita rakyat Pesut Mahakam dimulai. Kedua ikan jelmaan kedua anak malang tersebut diyakini merupakan ikan pesut yang menghuni Sungai Mahakam.
Selain legenda Pesut Mahakam, adakah cerita rakyat atau legenda dari Kalimantan lainnya?
Cukup banyak legenda atau cerita rakyat populer yang berasal dari tanah Kalimantan. Salah satunya yang juga terkenal adalah Legenda Batu Menangis dari Kalimantan Barat. Mau tahu ceritanya? Baca : Cerita Rakyat Batu Menangis Kalimantan Barat, Begini Kisahnya
Sementara cerita rakyat dari Kalimantan Selatan, baca : Cerita Rakyat Kalimantan Selatan Terkenal, Sudah Baca Ceritanya?
Demikian informasi yang kami dapat bagikan kali ini terkait Legenda Pesut Mahakam, cerita rakyat yang berasal dari Kalimantan Timur. Informasi menarik lainnya tentang cerita rakyat nusantara bisa Anda cek di dongengceritarakyat.com. Salam literasi!