Legenda Dibalik Keindahan Bromo, Kisah Roro Anteng Dan Joko Seger

Cerita rakyat dan legenda di nusantara sangat beragam dan kaya akan pesan moral. Bahkan hampir di setiap tempat wisata alam memiliki kisah yang menarik untuk di telisik. Hingga saat ini, pernahkah anda mendengar cerita tentang roro anteng dan joko seger. Mereka adalah dua tokoh yang ceritanya sangat melekat bagi masyarakat tengger Gunung Bromo. Yuk simak selengkapnya!

Kelahiran Joko Seger dan Roro anteng

Joko seger merupakan anak dari raja Majapahit yang kala itu meninggalkan negerinya untuk membangun desa di sekitar lereng bromo. Di kala itu, beliau sedang gelisah menunggu istrinya yang berjuang melahirkan anak pertamanya. Setelah tengah malam, buah hati yang dinanti nantikan itu pun lahir. Anehnya bayi itu tidak menangis dan rewel, sehingga diberi nama roro anteng.

Di waktu yang hampir bersamaan, di tempat yang tidak jauh dari kediaman mereka, lahirlah seorang anak laki laki dengan suara tangisan yang keras. Bahkan suara tersebut memecah kesunyian di lereng Gunung Bromo yang kala itu belum memiliki banyak penduduk seperti sekarang. Tangisannya yang kencang, membuat si bayi diberi nama Joko Seger.

Roro Anteng Mengelabui Raksasa

Waktupun terus berlalu, hingga roro anteng dan joko seger tumbuh dewasa. Berita tentang kecantikan roro anteng pun menyebar hingga pelosok negeri. Banyak sekali pemuda yang melamar roro anteng, namun selalu saja ditolak. Ternyata, roro anteng telah menjalin hubungan dengan jaka seger. Mereka berdua saling mencintai dan sulit dipisahkan.

Suatu saat, datanglah sosok raksasa dari tengah hutan yang berkeinginan memperistri roro anteng. Karena takut, roro anteng pun tidak bisa menolak, dan malah memberinya syarat untuk membuat danau di puncak gunung dalam satu malam. Misi tersebut disanggupi oleh raksasa. Roro anteng pun lega karena yakin raksasa itu tidak bisa menyelesaikan tugasnya.

Raksasa itu dengan gigih menggapai puncak bromo sekuat tenaga. Ternyata, danau yang dijanjikan raksasa hampir jadi. Roro anteng pun membakar jerami dan meminta penduduk desa menumbuk padi untuk membuat ayam berkokok. Raksasa pun mengira misinya gagal dan pergi dengan penuh amarah sambil melempar batok raksasa. Batok itulah yang menjadi cikal bakal gunung batok.

Roro Anteng Dan Joko Seger Mengorbankan Anaknya

Sekarang cinta roro anteng dan joko seger tidak ada yang menghalangi. Mereka pun menikah dan menanti kehadiran anak. Sayangnya, roro anteng tidak kunjung hamil dan membuat joko seger mengucap nazar atau janji. Dirinya mengatakan jika than memberinya 25 anak, maka salah satu anaknya akan menjadi sesajen untuk kawah bromo.

Setekah ikrar itu diucap, kawah bromo bergemuruh sebagai pertanda jika janjinya telah didengar. Tidak lama setelah itu, roro anteng hamil setiap tahun dan melahirkan total 25 anak. Joko seger pun teringat akan janjinya dan bertanya pada anaknya, apakah ada yang bersedia untuk dikorbankan. Ternyata, anaknya yang bernama Dewa Kusuma menyanggupinya.

Pesan Yang Dapat Dipetik

Dari cerita tersebut, terlihat bahwa roro anteng adalah wanita yang tidak mudah goyah cintanya dari joko seger. Anda pun harus melakukan hal yang sama, dan tidak boleh mudah berpaling hati. Selain itu, diketahui pula bahwa Dewa Kusuma rela berkorban untuk sang ayah dan keselamatan desa. Dirinya bukanlah orang yang egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri.

Itulah alur dan pesan yang bisa anda peroleh dari kisah joko seger dan roro anteng. Dewa kusuma yang dilempar ke dalam kawah menjadi cikal bakal upacara kasada. Cerita serupa tentang pengorbanan seseorang juga bisa anda lihat dalam kisah pengorbanan awan. Alurnya pun menarik dan tidak akan membuat anak merasa bosan.